Maumere Ekorantt.com – Menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat banyak pelaku usaha mulai aktif mengatur strategi untuk mendapatkan perhatian dari konsumennya. Bila awalnya para pelaku usaha cenderung pasif dan menunggu konsumen yang datang ke tempat usahanya maka kini mereka memilih lebih aktif menerapkan strategi pemasaran jemput bola guna meningkatkan omzet penjualannya.
Strategi jemput bola ini jugalah yang diterapkan Anastasia Feli Lakawolo (45), pengepul sekaligus distributor telur ayam lokal di kota Maumere.
Strategi ini diterapkan juga karena menurutnya pandemi Covid-19 membatasi ruang gerak para ibu untuk ke pasar membeli telur ayam lokal. Peluang ini ia manfaatkan.
Awal merintis usaha ini hanya coba-coba dan bermodalkan nekat. Bayangkan saja dengan modal awal Rp 1,8 juta dari hasil gadai kalung dan ditunjang motor Honda Beat super ramping sebagai pelancar. Selama ini ia menjadi tangan pertama yang membeli telur ayam dari peternakan ayam milik Seminari Tinggi Ledalero di Patiahu.
“Sasaran distribusi saya adalah kios, angkringan, rumah makan, tempat catering, rumah industri kecil pembuatan kue, ” jelas Felly.
Felly mengisahkan hari pertama jualan ia mendapat keuntungan Rp 30 ribu. Hari kedua mulai merangkak naik menjadi Rp 72 ribu. Hal ini memacu semangat untuk menekuni profesi ini.
Ia mengungkapkan tak pernah terlintas dalam pikiran untuk bekerja seperti ini tapi keadaan memaksa saya untuk bangkit dari keterpurukan setelah 14 tahun bekerja di Bumiputera 1912 Maumere, dan Perusahaan dinyatakan berbenah untuk waktu yang lama.
“Saya mulai bangkit dari keterpurukan hidup karena di dunia ini tidak ada yang kekal selain perubahan,” ungkapnya lirih.
Dengan keadaan yang dialaminya, Felly mengaku kalau ia mengidolakan pelanggan. Karena pelanggan adalah orang-orang baik yang diutus Tuhan menolong disaat ia kehilangan penghasilan dari pekerjaan tetapnya.
Tetapi life must go on, selain ke Patiahu, Fely juga membeli telur ayam lokal pada peternak ayam di Belang, Kloangpopot, Hoder. Lokasi ini cukup jauh tetapi demi tuntutan hidup dijalani dengan penuh sukacita.
“Sehari saya bisa jual 2 sampai 4 ikat, tiap ikat berjumlah 6 papan. Keuntungan lumayan tiap bulan bisa mencapai Rp 3 juta,” ungkap Fely.
Ia pun menyadari bahwa mendistribusikan telur menggunakan sepeda motor juga mengundang resiko ketika melewati lorong atau jalan jelek bisa saja telur belum sampai tangan pelanggan sudah pecah. Karenanya strategi untuk mengikat papan telur di atas motor betul- betul harus diperhatikan agar keamanan telur terjamin.
Tantangan lain katanya harus bersaing ketat dengan distributor telur dari Makassar dan Surabaya.
“Obsesi saya ke depan mudah- mudahan usaha saya ini berkembang dan memiliki kios besar yang bisa menampung telur ayam lokal dan bisa merekrut pekerja untuk membantu saya,” tutup Fely.
Yuven Fernandez