Cerita Dino Kerjon, Buka Apotek untuk Bantu Sesama

Borong, Ekorantt.com – Empat tahun bekerja di ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas Borong, membuat Dino Kerjon tahu betul jenis-jenis obat yang tidak bisa diklaim oleh BPJS dan yang selalu kekurangan stok di Puskesmas. Untuk mendapatkan obat-obat tersebut, keluarga pasien harus membeli di apotek di luar Puskesmas. Seringkali, keluarga pasien kewalahan mencari apotek untuk membeli obat pada pukul 21.00 WITA ke atas. Pasalnya, pada jam tersebut, hampir semua apotek di Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur, sudah tutup.

Fenomena ini membuat Dino berniat untuk membuka usaha apotek. Namun, ia terpaksa mengurungkan niat itu karena belum punya modal.

Dino bekerja di Puskesmas Borong sejak 2011 hingga 2015. Pada 2011 sampai 2013, ia menjadi tenaga sukarelawan – tenaga kerja tanpa honorarium – di Puskesmas tersebut. Ia kemudian diangkat menjadi Tenaga Harian Lepas (THL) pada 2013. Pada 2015, ia dipindahkan dari Puskesmas Borong ke kantor Dinas Kesehatan Manggarai Timur. Ia kemudian diberhentikan bersama 332 THL lainnya pada 2020.

Diberhentikan dari THL menjadi jalan bagi Dino untuk mewujudkan niatnya. Dengan modal seadanya, dari hasil menjual dua unit sepeda motornya, ia membuka apotek di depan rumahnya di Bugis, Kelurahan Rana Loba, Kecamatan Borong. Apotek itu diberi nama Eleonora Farma. Eleonora berarti sinar, cahaya, harapan. Sesuai nama tersebut, Dino ingin apoteknya itu menjadi sinar atau cahaya dan harapan bagi sesama, dan bagi masa depan keluarganya.

“Apotek ini mulai operasi sejak Januari 2021,” tutur Dino kepada Ekora NTT, Kamis (6/5/2021).

iklan

Setiap hari, Apotek Eleonora Farma dibuka mulai pukul 08.00 WITA hingga pukul 02.00 WITA. “Saya buka sampai tengah malam untuk membantu masyarakat yang membutuhkan obat pada jam-jam di mana apotek lain sudah tutup,” katanya.

Dino membagi waktu kerja dengan istrinya, Asty Degho – yang juga adalah tenaga apoteker di apotek mereka. Dino melayani pembeli sejak sore hingga tengah malam, dan sang istri bekerja dari pagi hingga sore.

“Banyak orang menertawakan kami karena buka sampai tengah malam. Mereka berpikir bahwa tidak mungkin ada orang yang datang beli sampai jauh malam. Tetapi, sejauh ini, kalau dihitung, jumlah pembeli pada siang dan malam hari itu hampir seimbang,” ceritanya.

Selain melayani pembeli hingga tengah malam, Dino juga membuka sistem cash on delivery (COD) bagi masyarakat sekitar kota Borong yang membutuhkan obat. Pembeli tunggu di rumah, tim Apotek Eleonora Farma yang mengantar obat. Untuk melancarkan sistem COD, Dino menggaji seorang karyawan. 

“Kami melihat peluang bahwa masyarakat yang butuh obat di sekitar kota Borong, seperti di Jawang, Longko, Cepi Watu dan beberapa wilayah lainnya cukup tinggi, tetapi apoteknya terpusat di kota. Kami melihat peluang ini. Yang sakit di Jawang, yang sakit di Longko, mereka tunggu saja di sana. Kita yang menjemput bola, makanya kami menggunakan jasa COD itu, sistem hantar obat,” papar alumni Sekolah Tinggi Kesehatan Patria Husada Blitar, Jawa Timur itu.

“Tentu kami terima layanan pemesanan obat dengan sistem COD terhadap pemesanan yang berdasarkan resep dokter atau melalui resep apoteker,” tambahnya.

Sistem COD dilayani hingga pukul 21.00 WITA. Dino mengaku membatasi jam untuk pemesanan obat dengan sistem COD karena apotek lain di Borong tutup pada jam tersebut.

“Kami selalu membangun kerja sama dengan apotek-apotek lain di sini. Untuk pemesanan COD, jika ada jenis obat yang tidak ada di apotek kami, maka kami mengambil di apotek lain. Makanya kami batasi pelayanan jasa COD sampai jam sembilan malam karena apotek lain tutup pada jam itu,” ucapnya.

Kini, Dino boleh bernapas legah. Nama apoteknya sudah mulai dikenal oleh warga kota Borong dan sekitarnya. Semua itu berkat usahanya yang gigih. Ia memanfaatkan berbagai momen untuk mengenalkan Apotek Eleonora Farma ke kayalak.

“Kebetulan saya punya klub bola kaki. Setiap kami mengikuti pertandingan persahabatan di beberapa tempat seperti di Kisol, Tanggo dan beberapa tempat lainnya, saya selalu membagikan masker dan vitamin gratis untuk mempromosikan usaha saya,” tuturnya.

Dalam beberapa kesempatan, Dino juga bekerja sama dengan pihak Satuan Lalu Lintas Polres Manggarai Timur, membagikan masker dan vitamin gratis kepada pengendara maupun penumpang kendaraan.

“Saya bersyukur juga punya banyak teman. Jujur, teman-teman saya juga turut membantu mempromosikan Apotek Elenora Farma,” ujarnya.

Dino menyebut, “Teman adalah rezeki.” Oleh karena itu, lanjutnya, “Jika Anda ingin berbisnis, maka bangunlah relasi dengan banyak orang karena meraka yang akan membantu membesarkan bisnismu.”

Ia berpesan kepada generasi muda agar jangan takut memulai usaha. Usaha apa saja. Generasi muda, kata dia, harus berani keluar dari zona nyaman, dan jangan terlalu berharap pada pekerjaan kantoran. Tinggalkan pola pikir lama yang selalu menganggap bahwa sarjana itu harus jadi PNS atau harus bekerja di kantor.

“Saya rasakan betul perbedaan saat saya masih jadi THL  dengan posisi saya saat ini. Saya lebih bebas. Pemasukan juga lebih baik,” tandasnya.

Meski demikian, Dino sadar betul bahwa kendala terbesar bagi generasi muda untuk mulai merintis usaha adalah modal. Bank masih sulit memberikan pinjaman modal usaha kepada generasi muda.

“Kalau pengalaman saya, bank sepertinya belum percaya dengan generasi muda. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus hadir untuk mendukung generasi muda agar mendapatkan pinjaman modal,” katanya.

“Pemerintah daerah harus menjadi mediator antara generasi muda dengan bank-bank yang ada di daerah ini, supaya bank bisa memberikan pinjaman untuk modal usaha bagi generasi muda. Sebab, kalau tidak, sarjana-sarjana kita yang akan datang pasti tetap menaruh harap untuk  jadi pegawai THL di Lehong,” pungkasnya.

Rosis Adir

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA