Maumere, Ekorantt.com – Nasib puluhan tukang dan buruh bangunan Pusat Kegiatan Masyarakat (PKM) Bola di Kecamatan Bola, Kabupaten Sikka masih terkatung-katung hingga saat ini. Upah mereka belum dibayar oleh kontraktor.
Padahal bangunan puskesmas tersebut sudah diresmikan oleh Bupati Sikka pada 12 Juni 2020 dan telah dimanfaatkan untuk melayani masyarakat.
Gedung yang dibangun menggunakan anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) 2019 sebesar Rp3,9 miliar lebih itu pun masih menyisakan persoalan.
Salah seorang kepala tukang, Henderikus Hermus mengaku bahwa dirinya dan para buruh yang lain kecewa berat lantaran nasib yang mereka alami.
“Total upah yang belum dibayar kontraktor sekitar Rp500 juta. Kami pernah hubungi kontraktor itu tapi tidak pernah ditanggapi sampai sekarang,” kata Henderikus kepada Ekora NTT, Sabtu (12/6/2021).
“Berbagai upaya untuk menagih utang kami ini telah kami lakukan yakni meminta pemerintah untuk membantu memfasilitasi tetapi hingga kini tidak ada titik terangnya,” tambahnya.
Menurut Henderikus, pihaknya sudah meminta bantuan ke kantor DPRD Sikka, Dinas kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, dan beberapa kali bertemu Bupati Sikka. Tapi hasilnya nihil.
“Kami sudah menyerah karena sampai saat ini tidak ada hasil. Semuanya sudah mentok. Tidak ada satu rupiah pun yang kami dapat. Apalagi sekarang persoalannya sudah ke pengadilan,” kata Henderikus.
Nasib yang sama dialami Penyedia Jasa material, Dismas Piatu Noeng. Dismas kecewa karena perjuangan mereka tak menemui titik terang.
“Sekarang kami pasrah saja biar mereka makan kami punya keringat juga baik. Kami sudah berjuang setiap saat pulang pergi Bola-Maumere sampai kami harus tinggalkan pekerjaan kami tetapi sia-sia semuanya. Sekarang kami harus minta bantuan ke mana lagi,” ungkap Dismas kepada Ekora NTT, Sabtu (12/6/2021).
Dismas mengaku, upahnya yang belum dibayar oleh kontraktor sekitar Rp180 juta lebih.
“Itu baru saya punya upah, belum lagi kelompok-kelompok tukang dan buru bangunan lainnya, ” katanya.
“Kami berharap pemerintah membantu memfasilitasi lagi agar upah kami ini secepatnya di bayar oleh kontraktor,” tambah Dismas.
Sampai sekarang, kata Dismas, para tukang dan buruh ini menganggur. “Sehingga untuk membiayai kebutuhan hidup rumah tangga dan anak sekolah, ada yang harus menjadi tukang ojek,” ujarnya.