Kreasi Anyaman dari Nginamanu

Bajawa, Ekorantt.com – Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada termasuk wilayah yang memiliki potensi bambu yang luar biasa, selain di wilayah Mataloko dan Mangulewa.  Potensi ini  mendorong sejumlah ibu yang tergabung dalam Sanggar Subinana mengembangkan usaha anyaman berbahan dasar bambu.

Selain untuk meningkatkan perekonomian keluarga, usaha kecil ini bertujuan untuk menjaga warisan leluhur agar tidak punah termakan zaman.

Sejak tahun 2019, Sanggar Subinana menghasilkan sejumlah karya anyaman berbahan baku bambu yang mempunyai nilai jual tinggi.

Ketua Sanggar Subinana, Emanuel Djomba mengungkapkan bahwa cikal bakal berdiri Sanggar Subinana yakni ketika dirinya melihat potensi yang ada di Desa Nginamanu, di mana banyak ibu bergelut dengan dunia menganyam sebagai kerja sampingan selain bertani.

Emanuel kemudian mengorganisir para penganyam yang rata-rata adalah ibu rumah tangga untuk bergabung dalam sanggar yang dibentuknya itu.

iklan

“Awalnya saya melihat ada potensi besar di kampung saya, banyak ibu yang pintar menganyam. Sehingga saya berinisiatif mengumpulkan mereka dalam satu kelompok sehingga bisa mendapat pelatihan untuk meningkatkan kompetensi mereka,” ujarnya.

Menurut Emanuel, kerajinan tangan dari bambu mempunyai permintaan yang cukup tinggi meskipun dalam skala lokal atau di Kabupaten Ngada saja.

Produk yang dihasilkan oleh kelompok ini ada bermacam-macam, mulai dari Bere atau tas untuk pria dalam budaya Ngada dan Mbae Oka atau tempat untuk menyimpan sirih pinang bagi kaum wanita.

“Kemarin saat kunjungan Gubernur NTT juga kita sempat kewalahan karena tidak mampu memenuhi permintaan dari konsumen,” ungkap Emanuel.

Produk-produk ini bahkan diikutsertakan dalam pameran pada acara Festival Inerie dan pemeran pembangunan Kecamatan Wolomeze.

Pihaknya, kata Emanuel, telah bekerja sama dengan mitra yayasan bambu lestari dalam melakukan pendampingan bagi para pengrajin anyaman demi peningkatan kompetensi.

Emanuel menyebutkan, setiap produk mempunyai nilai jual variatif, mulai dari Rp200.000 hingga Rp300.000, tergantung dari kesulitan dalam mengerjakannya.

Pengrajin anyaman, Sofia Mako menuturkan, usaha anyaman sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik biaya hidup sehari-hari maupun biaya pendidikan anak.

“Yang jelas, usaha ini sangat membantu kami pak, terlebih pada masa pendemi, dengan menganyam kami bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucap Sofia.

Menurut Sofia, dalam berkarya, dirinya menjaga kepercayaan konsumen. Baginya, inilah kunci agar pelanggan tetap berlangganan.

Belmin Radho

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA