Cerita Yakobus, dari Jual Kulit Kerang, Bergaul dengan Turis hingga Fasih Berbahasa Inggris

Maumere, Ekorantt.com – Mencari kulit kerang ialah rutinitas setiap hari oleh Yakobus Noeng (53), warga RT 005, RW 002 Desa Waiara, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka. Rutinitas itu ia lakukan untuk membiayai hidup keluarganya.

Pria asal Doreng yang sudah menetap lama di Waiara ini memang tidak punya pilihan pekerjaan lain selain mencari, mengumpulkan kulit kerang di Nangahale Doi, lalu menjual. Hasil laut itu ia jualkan ke para turis yang menginap di Sea World Club.

Di penginapan itu, selain kepentingan menjual kulit kerang, Yakobus tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar bahasa Inggris. Meski hanya dorp out sekolah dasar, ia pandai mengajak para turis untuk berkomunikasi. Hari demi hari ia lakukan itu hingga akhirnya fasih berbahasa Inggris.

Yakobus tinggal bersama istri dan ketujuh anaknya di sebuah rumah semi permanen ukuran 5×7 di Waiara, Kewapante. Kehidupan keluarga yang serba kekurangan membuat Yakobus bekerja keras membanting tulang. Niatnya ialah memperbaiki kualitas hidup keluarganya.

Agar niatnya itu berjalan mulus, ia terus berakal mencari pelanggan kulit kerang di penginapan itu. Para turis-lah adalah ladang Yakobus untuk memasarkan kulit kerang.

iklan

“Biasanya bule yang paling banyak beli kulit kerang ini adalah asal Amerika dan Perancis. Kalau dari Australia kadang beli kadang juga tidak,” katanya.

“Tiap hari bertemu turis memaksa saya untuk bisa berbahasa Inggris. Nama saya sudah terkenal di luar negeri. Karena kalau turis datang di Sea World Club pasti saya dipanggil karena biasa membantu mereka belikan minyak dan sayur,” pungkas Yakobus sambil menunjukkan rekomendasi yang ditulis dalam bahasa Inggris karena biasa membantu turis.

Pekerjaan menjual kulit atau cangkang kerang itu Yakobus digeluti sejak tahun 1993. Cangkang kerang yang tidak digunakan para nelayan, ia kumpulkan lalu sortir untuk dijual. Tidak semua cangkang dijual, tergantung bentuk dan warna yang unik.

Biasanya, dalam seminggu ia menghasilkan 500 ribu hingga 600 ribu dari hasil itu. Bahkan, bisa lebih dari 1 juta disaat wisatawan ramai. “Kalau tidak ramai bisa dapat 500 ribu sampai 600 ribu. Jika betul-betul sepi palingan 200 ribu sekali jual,” tutur Yakobus.

Yakobus juga kadang membeli kulit kerang dari nelayan Nangahale Doi. Kulit kerang besar dibeli dengan 5 ribu sebuah kemudian dijual ke turis dengan harga 50 ribu. Sedangkan kulit kerang yang kecil dijual 3 buah seharga 20 ribu.

Yakobus menyadari penghasilan menurun drastis disaat Covid-19 merebak di Tanah Air. Pembatasan kegiatan pariwisata dan menurunnya kunjungan para turis ke penginapan Sea World Club membuat kehidupan keluarganya terpukul.

Pernah suatu ketika, ia menukar (barter) tiga cangkang kerang besar dengan kacamata selam milik turis. Kacamata itu kemudian dijual kepada nelayan setempat seharga 200 ribu.

“Hitung- hitung 3 kulit kerang besar kalau dijual 150 ribu. Kemudian saya tukar dengan satu kacamata selam. Lalu saya jual lagi kepada teman nelayan dengan harga 200 ribu. Untung 50 ribu,” katanya sambil tertawa.

Ia berharap pandemi Covid-19 cepat berlalu agar pemerintah dapat membuka kegiatan pariwisata. Begitu sebaliknya, jika tidak maka dapat mepengaruhi terhadap kehidupan ekonomi keluarganya.

Atho Parera/ Yuven Fernandez

TERKINI
BACA JUGA