Maumere, Ekorantt.com – Dalam setiap kunjungan ke desa wisata, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar selalu mengimbau para pengelola desa wisata untuk lebih kreatif dan aktif mempromosi desa wisata di media sosial.
Menjawabi imbauan Menteri ini, Pegiat Seni Desa Wisata Tebuk, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka Elisabeth Yuliana Dua Nona (27) empat bulan terakhir ini gencar mempromosikan desa wisata Tebuk yang ditetapkan sebagai desa wisata tahun 2020 lalu.
Kepada Ekora NTT pada Sabtu (25/9/2021) jebolan FKIP Unipa Indonesia-Maumere Jurusan Bahasa Inggris ikut terlibat langsung dalam pembuatan video tentang wisata.
Elsa bergabung dalam kegiatan Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan juga bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo membuat video tentang wisata virtual tentang Desa Tebuk.
Bukan hanya di Desa Tebuk, ia juga mempromosikan beberapa tempat wisata seperti Patung Bunda Segala Bangsa Nilo, Gereja Tua Sikka dan Tanjung Kajuwulu.
“Semua kegiatan ini ditayang langsung di Labuan Bajo di depan para Menteri termasuk Menteri Kominfo Johni G. Plate,” ujar Elsa.
Sementara untuk Kabupaten Sikka, tambahnya, punya live-nya dipilih Sanggar Rudun Blutuk dan Mawarane Tebuk untuk pamer sarung-sarung tenun.
Elsa menyatakan Desa Tebuk sebenarnya punya potensi wisata yang bagus. Desa yang lahir dari filosofi pohon tebuk (gebang) yang dulunya tumbuh di sekitar desa bisa dijadikan paket wisata.
Ia menyebutkan ibu-ibu pandai menenun, bapak-bapak pandai main musik tradisional dan anak-anak remaja pandai menari.
“Hal ini yang membuat saya sebagai anak Desa Tebuk gencar promosikan Tebuk sebagai desa wisata lewat medsos untuk diketahui banyak orang,” katanya.
Elsa mengakui dulu Desa Tebuk cukup terkenal dikalangan wisatawan mancanegara. Adapun dua sanggar yang terkenal yakni Sanggar Mawarane dan Gaet Gu. Hanya Sanggar Gaet Gu saat ini terhenti karena tidak ada penerus.
“Kami berusaha untuk bangun kembali sanggar yang pernah jaya di masa lalu seperti sanggar musik tradisional Klekor Gedang. Di Desa Tebuk sendiri sebenarnya punya satu sanggar tenun khusus menenun sarung laki-laki namanya Sanggar Penggi,” jelas Elsa.
Menurutnya, hal yang paling utama untuk mengembangkan desa wisata adalah semua masyarakat dan lembaga desa harus kompak dan solid serta ditunjang dengan sistem promosi yang kuat.
Yuven Fernandez