Cerita Pasutri Ini, Belasan Tahun Hidup Jadi Pemulung

Maumere, Ekorantt.com – Banyak pekerjaan yang dilakoni setiap anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, tidak banyak pula orang bertahan hidup berlama-lama dalam satu profesi saja, apalagi menjadi pemulung yang hari-harinya bersentuhan dengan hal kotor.

Niat ini tidak berlaku bagi Anton Sa’u [60] dan Petronela Sue [40], pasangan suami istri [Pasutri] di Kota Maumere, Kabupaten Sikka-Flores NTT yang sudah belasan tahun tekun menjadi pemulung sampah.

Bagi Anton dan Petronela, menjadi pemulung sampah merupakan mata pencaharian yang dapat menghidupi keluarga mereka. Dari sampah-sampah bekas mereka bisa menghasilkan pendapatan.

Anton mengisahkan pekerjaan pemulung ia geluti sejak tahun 2005. Dengan sebuah gerobak ia mulai mengumpulkan dos bekas, besi tua, alumunium dan plastik bekas keliling Kota Maumere.

“Besi tua pada waktu itu dijual dengan harga Rp 500, dos harga Rp 250 dan plastik harga Rp 100,” beber Anton.

iklan

Karena pekerjaan itu dinilai dapat memenuhi kebutuhan hidup, Anton bersama istrinya mulai ‘mengeroyok’ sampah pada tahun 2009. Pasutri ini mengumpulkan sampah-sampah bekas secara bergantian, pada pagi dan sore hari. Sampah-sampah yang dikumpulkan itu kemudian dipilah, dikemas lalu dijual ke supplier.

“Setiap satu atau dua minggu kami mulai jual ke pengepul dan bisa raup hasil 2 juta,” ucap Anton.

Dari pendapatan sebesar itu, pria paruh baya asal Noemuti, Timor Tengah Utara [TTU] ini sudah mengira bahwa sebagai pemulung ternyata cukup menjanjikan. Bahkan, ia dan istrinya yang berasal dari Detukeli-Ende ini bisa menabung demi anak-anak mereka yang kini masi duduk dibangku SD dan SMP.

“Bagi kami pekerjaan ini sangat dinikmati. Mendapat uang dengan cara halal. Apalagi tinggal di Kota Maumere banyak kios dan toko tentunya dos dan barang bekas lainnya pasti ada. Yang penting rajin,” tambah Petronela.

Tabung di KSP Kopdit Pintu Air

Anton dan Petronela memang bercita-cita ingin menyekolahkan anak-anak mereka hingga menjadi Sarjana dari hasil sampah. Warga yang sudah menetap lama di RT 19, RW 004, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Alok Timur-Maumere ini akhirnya memutuskan menabung di KSP Kopdit Pintu Air.

Anton resmi menjadi anggota KSP Kopdit Pintu Air pada tahun 2014. Ia memilih masuk koperasi karena memudahkan ajukan pinjaman, jika sewaktu-waktu membutuhkan.

“Karena anak-anak masih kecil jadi kami menabung untuk biaya pendidikan saat kuliah nanti,” kata Anton.

Selain sebagai pemulung, pasutri empat anak ini ternyata memiliki usaha kios sembako di kediaman mereka persis di kompleks Lapas-Maumere. Untuk mengembangkan usaha itu, Anton mengajukan pinjaman ke Kopdit Pintu Air.

Awalnya, ia tidak pernah terbersit dalam pikirannya untuk mengajukan pinjaman lantaran pendapatan yang kadang tidak menentu. Berkat dukungan dari istri dan kegigihan dalam usaha dan pekerjaan itu Anton akhirnya ajukan pinjaman.

“Hingga saat ini saya sudah pinjam di Kopdit Pintu Air sebanyak empat kali dan sudah tidak takut lagi untuk meminjam,” katanya optimis.

Anton mengaku setiap kali meraup hasil dari sampah, ia dan keluarga selalu mensyukuri kepada Yang Maha Kuasa atas berkat yang diberikan. Ia dan Petronela meyakini usaha dan kerja keras itu selalu diberkati oleh Tuhan.

“Sebelum keluar rumah untuk bekerja bersama istri selalu berdoa memohon bantuan dari Yesus dan Bunda Maria untuk menaungi dalam kerja dan memohon rezeki pada hari itu,” ungkap Anton.

Yuven Fernandez

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA