Ruteng, Ekorantt.com – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Prodi PBSI) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng menerbitkan tiga buku karya sastra dalam Semester Genap Tahun Akademi 2021/2022.
Penerbitan tiga antologi karya sastra itu merupakan produk akhir mata kuliah “Menulis Kreatif”.
Tiga buku tersebut, yakni ‘Titik Temu’ karya mahasiswa PBSI 2020 B, ‘Titik Aksara’ karya mahasiswa PBSI 2020 C, dan ‘Bianglala Kehidupan’ karya mahasiswa PBSI 2020 D.
Sebagai mata kuliah “Menulis Kreatif”, masing-masing mahasiswa menulis karya-karya sastra puisi, cerpen, drama mini, dan skenario film kemudian disatukan menjadi antologi dan diterbitkan menjadi buku karya sastra.
Buku karya sastra yang bertema bebas ini merupakan murni karya mahasiswa. Sebuah kreativitas yang diasah melalui perkuliahan “Menulis Kreatif”.
Komisaris kelas 2020 B, Helena Deci mengungkapkan perkuliahan “Menulis Kreatif” merupakan proses belajar menulis karya sastra.
Bagi mereka, perkuliahan ‘Menulis Kreatif’ adalah proses menumbuhkan daya kreativitas dan kemampuan mengolah daya imajinasi untuk menghasilkan karya sastra.
“Saya dan teman-teman belajar banyak bagaimana menciptakan sebuah karya sastra,” ungkap mahasiswa asal Lamba Leda, Manggarai Timur itu kepada Ekora NTT, Minggu (12/5/2022).
Sementara, Komisaris Kelas 2020 D, Yosefina Filkanova mengungkapkan latar belakang memilih judul antologi karya sastra bagi kelas mereka berangkat dari curahan hati dan pengalaman.
“Kami mahasiswa PBSI 2020 D menghadirkan buku karya sastra dengan judul Bianglala Kehidupan. Buku ini berisi hasil karya sastra berupa puisi, cerpen, drama mini, skenario film sebagai hasil curahan hati, mengolah pengalaman, perasaan, dan daya imajinasi. Bianglala Kehidupan merupakan gambaran warna-warni keseluruhan curahan hati dan pikiran masing-masing kami,” ujarnya.
“Dengan menciptakan karya sastra dalam buku ini, kreativitas mahasiswa semakin bertambah dan mengerti bahwa menulis sangatlah berati,” tambah mahasiswa asal Lembor itu.
Sementara itu, Oktavianus Nokar, Komisaris Kelas 2020 C mengungkapkan bahwa, dengan berpegang teguh pada keberanian dan syarat perkuliahan maka terbitnya buku karya sastra adalah tuntutan dan syarat perkuliahan Menulis Kreatif yang mana telah membuat mereka membangun prespektif berbeda tentang produk ini.
“Kami menulis berdasarkan hasil pemikiran, perasaan, dan daya imajinasi kami yang bersumber dari pengalaman harian. Karya sastra yang kami tulis disatukan dalam sebuah buku antologi dengan judul Titik Aksara. Adanya buku ini memberi kami suatu hal baru bahwa menulis sebagai proses kreatif mampu memberi makna pada kehidupan, sekaligus membangun karakter kami,” katanya.
Mewakili kelas, ketiga komisaris mengungkapkan terima kasih kepada Dosen Pengampuh Mata Kuliah Menulis Kreatif.
“Kami sangat berterima kasih kepada dosen pengampuh Mata Kuliah Menulis Kreatif, karena beliau benar-benar memberi kami ruang untuk menjadi pribadi yang inovatif, aktif, dan kreatif. Bukan hanya itu, beliau juga menjadi orang yang paling berpengaruh dalam proses penerbitan buku ini. Segala teori tentang menulis sebagai proses kreatif bersumber dari beliau. Kami sangat bangga bahwa apa yang menjadi tuntutan Ujian Akhir Semester dari mata kuliah ini bisa terpenuhi,” ungkap Nokar yang didukung Deci dan Nova.
Tidak hanya itu, Dosen pengampuh mata kuliah Menulis Kreatif, Bernardus Tube Beding ikut memberi apresiasi atas penerbitan tiga buku antologi karya sastra mahasiswa PBSI.
“Saya memberi apresiasi dan selamat kepada para mahasiswa PBSI Angkatan 2020 yang telah membuktikan dirinya dalam menulis karya sastra. Sesungguhnya, mahasiswa PBSI memiliki kemampuan menulis, tetapi belum tampak karena terhalang ketidakpercayaan diri. Mereka telah memulai, artinya mereka telah membangun karakter menulis,” kata dosen asal Lamalera, Lembata ini.
Lebih lanjut, Koordinator UKM Literasi Sastra itu berharap, setelah buku ini terbit, kiranya memotivasi mahasiswa untuk terus menulis. Mahasiswa akan terbentuk untuk terus berkarya dan akan memiliki kompetensi.
“Tidak ada penulis yang langsung jadi, semua orang membutuhkan proses. Bahkan yang mengatakan dirinya belum bisa pun selalu memiliki kesempatan untuk berproses asal mereka mau. Karena untuk mampu menulis, maka menulislah dengan segera. Tidak ada cara lain untuk mampu menulis selain dengan cara menulis,”ungkapnya.
Ama Berno, demikian sapaan akrab Dosen PBSI itu mengemukakan, menulis itu merekam sejarah. Melalui menulis, bisa mengeksistensikan diri kita.
“Bagi saya, mahasiswa generasi Z untuk mengeksiskan diri tidak hanya harus sibuk dengan dunia maya dan foto-foto saja. Tapi berkaryalah melalui menulis karena menulis lebih nyata dan lebih lama dilihat massa. Mereka yang menulis tidak akan pernah hilang dari sejarah. Bahkan ketika mereka tiada sekalipun, saat tulisan mereka masih ada mereka akan selalu dikenang,” pesannya.
Produk mata kuliah yang diampuh oleh Bernardus Tube Beding tersebut akan diajukan untuk mendapatkan ISBN (International Standard Book Number) sehingga menjadi konsumsi banyak orang.
Tentu, kata Ama Berno, sebelum jadi buku, beberapa proses yang memakan waktu lumayan panjang itu seperti proses pengeditan, layout, desain, dan lainnya membutuhkan waktu ekstra untuk mendapat hasil yang baik.
“Di lain sisi, proses membaca tiap naskah merupakan salah satu hambatan yang muncul sebelum kumpulan tulisan ini jadi dalam bentuk buku,” katanya.
Ama Berno juga mengatakan, hal yang penting dan tidak boleh dilupakan adalah proses dalam percetakan dan ISBN itu akan membutuhkan waktu lebih, yang terpenting adalah kualitas bukunya bagus.
“Pada akhirnya, hal yang paling penting adalah bagaimana proses menulis itu menjadi hal yang mendarah daging nantinya. Semoga buku itu disukai, dibaca, dan dibuat catatan kritisnya nanti,” tutup Ama Berno.