Ende, Ekorantt.com – Ikatan Pelajar Mahasiswa Kabupaten Ende (Ipelmen) Kupang melaksanakan Pekan Pengabdian Masyarakat (PPM) di Desa Tinabani, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende.
PPM dilaksanakan sejak Senin 18 Juli 2022 dan berakhir Minggu 24 Juli 2022 sebagai Program Tahunan Badan Pengurus Ipelmen Kupang Periode 2022/2023.
Para mahasiswa asal Ende yang sedang berkuliah di berbagai perguruan tinggi di kota Kupang itu melakukan kegiatan-kegiatan seperti bakti sosial, sosialisasi pendidikan, dan edukasi pola hidup sehat.
Selain itu, mahasiswa Ipelmen juga memberikan pendidikan politik pemilih bagi warga desa yang menghadirkan narasumber dari Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Ende.
Kehadiran mereka di Desa Tinabani mendapat tanggapan positif dari pemerintah Desa Tinabani dan warga desa.
Ekora NTT ikut berkunjung ke desa Tibabani pada jumat 22 juli 2022 seraya memantau kegiatan para mahasiswa.
Pada hari itu, belasan mahasiswa sedang membersihkan jalan dusun dari pusat desa menuju kampung Kuru Endo.
Kampung Kuru Endo merupakan titik terjauh dari ibu kota Desa Tinabani.
Jaraknya kurang lebih 5 kilometer. Meski melewati jalan tanah dan bebatuan lepas nan terjal, Ekora NTT akhirnya sampai di kampung itu.
Di sana, tampak para mahasiswa sedang beristrahat siang, setelah setengah hari berjibaku membersihkan jalan walau menggunakan alat seadanya seperti parang dan pacul.
Kehadiran Ekora NTT disambut hangat oleh Kepala Desa Tina Bani, Ketua RT Yosep Wasa, dan warga lainnya.
“Ternyata di Ende masih ada kampung yang jalannya susah begini kakak, di sini warga kesulitan untuk jual hasil karena kondisi jalan rusak parah,” ujar Rita Repi Ketua Ipelmen Kupang.
Mahasiswi Semester VIII Stikom Uyelindo tersebut mengaku jika memilih Tinabani sebagai lokasi PPM karena mendengar informasi jika desa tersebut memang tergolong desa isolir.
“Kami pilih di sini karena memang infonya desa pedalaman yang sulit di Kabupaten Ende, ternyata setelah hampir seminggu di sini, kami merasakan kesulitan itu. Kalau soal potensi ekonomi, mereka sangat kuat. Masalahnya di akses jalan. Mesti di perhatikan serius,” pinta Rita.
Di kampung Kuru Endo terdapat 24 Kepala Keluarga dengan jumlah 118 jiwa. Meski tergolong terisolir, kampung itu memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.
Hamparan lahan perkebunan seperti cengkih, kopi, kelapa, dan kemiri menjadi sandaran penghasilan warga.
Beberapa warga mengaku jika mereka sulit dalam memasarkan hasil bumi karena kondisi akses transportasi yang tidak mendukung.
“Ke desa saja 5 kilo. Terus dari situ ke kota jalannya susah sekali. Lewat kilometer 18 itu. Pak lihat toh kondisinya. Naik ojek bisa 100 ribu sampai Ende,” ujar mama Susana,Warga Kuru Endo.
Kepala Desa Tinabani, Hendrik Ngati mengaku bangga dengan kehadiran mahasiswa di desanya.
“Saya senang, bangga dan terharu. Mereka datang beri motivasi yang bagus. Sosialisasi tentang kesehatan, pendidikan. Ini hal positif bagi para orang tua bahwa sekolah itu penting dan harus sampai mahasiswa. Kita boleh sulit di akses tapi kita tidak boleh bodoh. Raih ilmu sampai perguruan tinggi agar kelak bisa keluarkan desa dan kampung dari keterbelakangan,” ungkap Kades Hendrik.