DJN Perkuat Desa di Sikka untuk Tingkatkan Produksi Jagung

Maumere, Ekorantt.com – Dewan Jagung Nasional (DJN) dan Anggota DPD RI, Angelius Wake Kako (AWK) mengadakan pertemuan dan sosialisasi bersama beberapa kepala desa, BPD dan pendamping desa di Kabupaten Sikka.

Acara yang dihadiri oleh Wakil Ketua MPR RI, Fadel Muhammad, selaku Ketua DJN, di Hotel Pelita Maumere, Jumat (5/5/2023) itu untuk memperkuat pemerintahan desa meningkatkan produktivitas jagung.

Angelius, yang juga masuk dalam struktur DJN menyatakan kehadiran Fadel Muhammad ke NTT sangat penting dalam menentukan impor jagung di seluruh Indonesia.

“Kalau kurang atau pengusaha mau impor harus tanda tangan beliau. Jadi impor atau tidak tergantung pak Fadel. Saya melihat sendiri karena beliau Ketua Umum Dewan Jagung Nasional. Dan legalisme beliau selama kurang lebih tiga tahun ini bersama saya di DPD dan di MPR,” katanya.

“Saya melihat pak Fadel berkali-kali marah ketika pemerintah instan hanya untuk pemenuhan kuota karena industri ribut barang kurang pabrik ribut. Pak Fadel selalu dorong masyarakat untuk tanam jagung,” sambung Angelius.

iklan

Saat DJN sedang membangun ekosistem, Angelius meminta untuk mendorong peningkatan jagung di NTT, dan akhirnya disetujui.

DJN menargetkan bahwa NTT harus menyuplai 1 juta ton di tiga sampai empat tahun ke depan. Sehingga untuk mencapai 1 juta ton maka penggeraknya di desa, kata dia.

“Intinya hari ini adalah pertemuan kegelisahan terkait masalah jagung yang masih kurang produksi karena dalam beberapa tahun Indonesia mengalami defisit dan soal akses pasar. Sehingga perlu dibangkitkan kembali semangat menaman jagung untuk masa yang akan datang,” ujarnya.

DJN adalah lembaga yang mengurusi ekosistem jagung dan menghimpun semua mulai dari pemain benih, sarana dan prasarana produksi hingga pembeli. Wilayah NTT sebagai daerah tropis yang oleh DJN memiliki potensi untuk dikembangkan jagung.

Targetnya ialah memanfaatkan lahan tidur sebagai lahan produksi jagung dan keterbukaan pasar.

“Sehingga hari ini melalui Dewan Jagung Nasional kita bisa memfasilitasi antara petani penghasil jagung dengan pembeli,” kata Angelius.

Ekosistem Bisnis

DJN bermitra dengan salah satu perusahaan industri jagung terbesar di Asia Tenggara dari Thailand namanya PT Chaeron Pokphand. Perusahan ini membutuhkan jagung 8000 ton perhari setara dengan 2,9 juta ton per tahun.

“Sehingga jangan pernah ada lagi kegelisahan petani kalau kami tanam jagung tidak bisa jual. Itu tidak mungkin lagi. Saya dengan pak Fadel menjadi taruhannya. Kalau jagung yang dipanen petani itu tidak terserap di pasar itu tidak mungkin terjadi. Taruhannya kami,” katanya.

Angelius menuturkan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang sudah dilakukan oleh Pemprov NTT diapresiasi. Namun, bagi kepala desa yang ingin menginvestasikan melalui dana desa (DD) dengan 20 persen ketahanan pangan itu bisa dibagikan.

“Apakah utuh 20 persen itu ke jagung atau bagi berapa, sesuai dengan kondisi dan keadaan di wilayah desanya masing-masing,” ujar Angelius.

Pihaknya juga butuh kerjasama dengan pemerintah daerah dalam hal melakukan intervensi yang berkaitan dengan peningkatan produksi jagung seperti alat dan mesin pertanian.

Hal itu dimaksud untuk menjadikan jagung sebagai basis utama pertanian jangka pendek, karena lebih cepat mendapatkan uang.

Mantan Ketua PP PMKRI ini menegaskan, gerakan tersebut harus terus berlanjut hingga target ekspor yang keluar dari NTT antar daerah itu harus 1 juta ton di empat hingga lima tahun ke depan.

“Kalau 1 juta ton keluar dari NTT berarti dengan harga Rp4.500 berarti empat lima tahun ke depan ada uang yang beredar di NTT sebanyak Rp4,5 triliun hampir mendekati APBD NTT. Kalau itu kita konsisten petani di NTT akan sejahtera,” ungkapnya.

Terkait keluhan petani soal bibit jagung, AWK mengatakan, ekosistem yang dibangun melalui Dewan Jagung Nasional adalah ekosistem bisnis.

“Benihnya sudah disiapkan namun kita tidak memaksa petani untuk memilih bibit yang kita siapkan. Pilihan benih terserah petani, namun ada alternatif yang disiapkan memang benihnya harus dibeli dari BISI karena kita bermitra dengan BISI juga,” katanya.

AWK menerangkan, BISI yang menyuplai benih, BISI juga yang melakukan pendampingan jika geliatnya di Kabupaten Sikka sampai dengan ukuran 100 hektar akan ada orang BISI yang standby di sini.

“Sehingga mereka tahu kapan tanam dan kapan harus di drop. Tidak perlu menunggu pemerintah,” katanya.

DJN melihat geliatnya sudah dimulai dengan panen perdana di Kabupaten Flores Timur. Selanjutnya akan perkuat petani di Kabupaten Ende dan Bajawa karena menuju 1 juta ton harus lahan 200 ribu hektar satu provinsi.

TERKINI
BACA JUGA