Ruteng, Ekorantt.com – Koodinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah menilai kebijakan pemerintah kerap melemahkan sistem pangan lokal. Hal ini berdampak pada diabaikannya pangan lokal dalam sistem pangan nasional.
Ia mencontohkan, penggunaan benih dari luar daerah menyebabkan bergesernya benih-benih lokal. Said menyampaikan hal itu pada semiloka transformasi sistem pangan yang berbasis budaya, berkeadilan, dan berkelanjutan di Hotel Laprima Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Senin, 14 Agustus 2023.
Belum lagi tantangan dalam konteks perubahan budaya konsumsi yang lebih suka pada hal-hal instan.
“Tidak mungkin kita hanya mendorong menanam saja, tetapi begitu panen nggak ada yang makan, yah. Susah juga,” ujarnya.
Di sisi lain, perubahan iklim menjadi salah satu tantangan yang mempengaruhi sistem pangan. Perubahan iklim berdampak para menurunnya produktivitas pertanian.
Menurutnya, penguatan kebijakan pangan lokal mesti mulai dari pemerintah tingkat desa hingga kabupaten. Dengan begitu keberadaan benih lokal menjadi sangat penting untuk membangun ketahanan pangan.
“Bagaimana untuk memastikan pangan lokal punya tempat, sehingga menjadi bagian dari proses pembangunan sistem pangan,” ujarnya.
Selain itu, di tingkat basis juga harus didorong aksi-aksi konservasi benih pangan lokal dan penguatan kapasitas masyarakat untuk mengolah pangan lokalnya lebih menarik.
Sebelumnya, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mendorong adanya transformasi sistem pangan yang baik di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
Direktorat Pangan dan Pertanian Bappenas, Ifan Martino menuturkan bahwa pihaknya telah memasukkan program transformasi sistem pangan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
“Itu sebetulnya sudah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2022 tentang Pangan,” ujarnya.
Menurutnya, hal yang perlu dilakukan adalah mengubah cara pandang. Jika selama ini pangan dipandang sebagai hal yang terpisah, maka saatnya harus saling terkoneksi.
“Produksinya sendiri dan distribusinya sendiri, dan konsumsinya sendiri. Nah, kita mau mengubah itu menjadi satu sistem dan saling terkoneksi,” ungkapnya.
Irfan menginginkan agar produksi pangan harus berdasarkan jumlah permintaan. Hulu dan hilir mesti saling terhubung, sehingga membentuk suatu korelasi yang tidak terpisahkan.