Kartu Angka Mengantar Anak Mengenal Bilangan

Mbay, Ekorantt.com – Oktavianus Bai Ozan Muka, siswa kelas 1 SDI Madambake, Kecamatan Nangaroro, Kabupaten Nagekeo mengacungkan jari tangan saat diberi kesempatan mencocokkan angka pada pembelajaran membilang bilangan.

Pembelajaran inti menggunakan kartu angka dipraktikan setelah sebelumnya para siswa menggunakan media hitung konkret seperti biji jagung, biji asam, kulit siput, batu, dan swipoa.

“Di kartu itu tertulis angka berapa, Ozan?” tanya Fransiska Kasi (56), guru kelas 1 SDI Madambake.

“Angka sembilan bu,” jawab Ozan. Fransiska lalu memerintah siswa itu mencocokkan angka sembilan dengan jumlah hewan pada kartu nama yang terpisah.

Fransiska menuntun Ozan untuk menghitung jumlah hewan. Siswa lain menyimak.

“Apakah benar jumlah hewan sembilan?” tanya Fransiska. “Benar bu guru,” timpa para siswa.

Pembelajaran membilang bilangan merupakan salah satu model pembelajaran dasar di kelas awal.

Siswa diberi peta atau arah untuk mengenal berbagai jenis bilangan, seperti bilangan nol, bulat, asli, prima, cacah, bilangan pecahan, bilangan rasional dan bilangan irasional.

Fransiska menyatakan kemajuan pemahaman siswa kelas rendah lebih cepat dengan menggunakan alat peraga yang kontekstual. Dengan demikian, selain menyebut angka, siswa lebih enteng membilang.

“Ketergantungan anak pada guru itu sangat tinggi. Mereka lebih mudah meniru dan cepat mengenal dan melafalkan,” ujar Fransiska.

Siswa kelas 1 SDI Madambake di Nagekeo sedang menggunakan alat peraga kontekstual dalam pembelajaran membilang bilangan (Foto: Ian Bala/Ekora NTT)

Ia mengatakan penerapan model pembelajaran bilangan dengan menggunakan peta sistem pembelajaran INOVASI lebih mudah memberi kemudahan bagi guru dan anak.

Guru luwes mengajar sehingga membuat anak lebih cepat memahami. Misalnya, saat menggunakan kartu ajar angka dalam bilangan, dalam implementasinya, siswa cepat meniru praktik guru.

Dalam refleksi pembelajaran, praktik menggunakan kartu angka menyenangkan dan mampu mengantar siswa mengenal bilangan.

“Dalam pembelajaran di kelas, guru hanya memberi perangsang cara berpikir siswa. Ruang harus lebih banyak kepada siswa untuk lebih antusias,” kata Fransiska.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA