Kunjungan Belajar Yakines ke Komunitas Wetan Helero Hewa, Ruang Berbagi Pengetahuan tentang Pangan Lokal

Ketika berkunjung ke kebun Komunitas Wetan Helero, Ferdinandus mengatakan, timnya melihat langsung ragam tanaman pangan lokal yang masih terawat dengan baik.

Larantuka, Ekorantt.com Akhir Mei lalu, Tim Yayasan Komodo Indonesia Lestari (Yakines) Manggarai Barat melakukan kunjungan belajar ke Komunitas Wetan Helero di Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur.

Kunjungan ini berlangsung selama dua hari, yakni pada Selasa hingga Rabu, 28-29 Mei 2024.

Program Koordinator Yakines, Ferdinandus Mau Manu mengatakan, kunjungan belajar Yakines bertujuan untuk meningkatkan kapasitas staf dalam rangka membangun pemahaman mengenai konsep kedaulatan pangan, masa depan pangan, serta pelestarian sumber daya alam.

Tim Yakines bersama Komunitas Wetan Helero mengunjungi kebun pangan lokal milik komunitas yang berlokasi tidak jauh dari Kampung Hewa pada hari pertama dan focus group discussion (FGD) berkaitan dengan budaya pangan lokal pada hari kedua.

iklan

Ketika berkunjung ke kebun Komunitas Wetan Helero, Ferdinandus mengatakan, timnya melihat langsung ragam tanaman pangan lokal yang masih terawat dengan baik.

“Tanaman-tanaman pangan lokal itu yang nyaris tidak ada dan tidak dibudidayakan di wilayah Manggarai Barat,” kata Ferdinandus.

Ferdinandus juga mengapresiasi semangat dan partisipasi orang muda Hewa dalam bertani, terutama yang tergabung dalam komunitas Wetan Helero.

“Kita melihat adanya gerakan orang muda sebagai penggerak utama (di bidang pertanian – red.) karena kita melihat tidak banyak orang muda yang bergerak di pertanian.”

Ferdinandus mengambil contoh di Labuan Bajo, “tidak banyak orang muda yang tertarik dengan dunia pertanian, apalagi dengan pangan lokal.”

Kunjungan Belajar Yakines ke Komunitas Wetan Helero Hewa, Ruang Berbagi Pengetahuan tentang Pangan Lokal_1
Aneka pangan lokal yang dipamerkan saat diskusi bersama antara Yakines dan Komunitas Wetan Helero Hewa

“Kita di Manggarai Barat alami krisis kaum muda yang mau bertani. Tetapi kita temukan fakta menarik di sini bahwa kaum muda ternyata menjadi salah satu pelopor untuk melestarikan pangan lokal.”

Ferdinandus mengatakan, konteks Hewa sangat bagus untuk  pelestarian pangan karena tingkat penguasaan lahan masih tinggi dan masuk dalam wilayah yang tergolong subur. Kenyataan di Manggarai Barat menurutnya kebalikan dari yang ia temukan di Hewa.

“Ketika pulang, kita akan bawa cerita serta upaya mempertahankan dan mewariskan pangan lokal. Bahwa bukan hanya kita yang di Manggarai Barat saja yang sedang berjuang, tetapi hampir semua petani di wilayah Flores, supaya teman-teman di sana lebih bersemangat lagi,” jelasnya.

Lebih lanjut, kata Ferdinandus, kunjungan belajar menjadi salah satu langkah awal “yang coba kita rintis untuk membangun jejaring petani Flores.”

Jejaring itu, jelasnya, menjadi ruang pertukaran pengetahuan dan pengalaman dari para petani.

Barter Pengetahuan

Local Champion Pangan Baik sekaligus Koordinator Komunitas Wetan Helero, Maria Mone Soge atau dikenal Shindy Soge mengatakan, momen pertemuan dalam kunjungan belajar dari Yayasan Yakines menjadi ruang saling berbagi pengetahuan dan informasi-informasi mengenai kerja baik dalam rangka menjaga dan melestarikan pangan lokal.

“Dengan kedatangan mereka (Tim Yayasan Yakines – red.), mereka bisa melihat  dan belajar secara langsung terkait keberagaman pangan lokal yang ada di wilayah desa kami, terkait proses pengolahan lahan, dan juga terkait tradisi dan budaya kami,” kata Shindy.

“Begitupun sebaliknya kami bisa mendengarkan cerita baik dari mereka terkait keberagaman pangan mereka, serta keberlanjutan dari pangan mereka lebih kepada soal masih terus dilestarikan atau terancam punah.”

Lanjut Shindy, Komunitas Weta Helero mendapatkan banyak ilmu baru dari kunjungan belajar tersebut, seperti tips agar bisa mengadvokasi dan melobi anggaran untuk usaha pelestarian pangan lokal agar tetap terjaga dan lestari.

“Menariknya juga kami mendapatkan ilmu baru tentang bagaimana melakukan perkawinan silang padi lokal untuk mendapatkan varietas baru.”

Melalui kegiatan itu, kata Shindy, harapannya “ke depannya kami dapat terus berjejaring dan berkolaborasi untuk pengembangan  komunitas kami, juga untuk kelestarian dan keberlanjutan dari pangan lokal sebagai bentuk adaptasi kami terhadap kondisi iklim yang terjadi yang dapat berdampak kepada krisis pangan.”

Magdalena Tolok dari Yayasan Ayu Tani Mandiri mengatakan, pihaknya sangat bangga dengan hal-hal yang diberikan oleh Local Champion bersama Yayasan Yakines.

“Harapan saya jika Ayu Tani sudah tidak dampingi lagi, mereka tetap semangat jalani niat baik mereka untuk kembangkan pangan lokal yang beragam,” tutupnya.


Penulis: Risto Jomang

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA