Keuskupan Labuan Bajo Didorong Rancang Transformasi Gereja yang Lebih Inklusif

Pastor Manfred menekankan tentang penguatan komunitas iman yang berdaya transformasi sosial daripada sekadar pelayanan sakramental.

Labuan Bajo, Ekorantt.com – Keuskupan Labuan Bajo didorong merancang transformasi untuk membawa gereja lebih dekat dengan umatnya, dengan menekankan pentingnya pelayanan pastoral yang lebih inklusif, partisipatif, dan kontekstual.

Rektor Unika Santu Paulus Ruteng, RD. Agustinus Manfred Habur mengatakan, Gereja Keuskupan Labuan Bajo memiliki moto episkopat “Supaya Dunia Diselamatkan oleh-Nya” (Yoh, 3:17).

Melalui moto ini, Keuskupan Labuan Bajo terus berkomitmen mengembangkan model pastoral yang relevan dengan kebutuhan zaman modern.

“Dalam upaya ini, gereja mengadopsi pendekatan Sapta Alih yang bertujuan untuk memperbaharui dan mengintegrasikan pelayanan pastoral dengan konteks sosial dan budaya yang dinamis,” ujar Pastor Manfred ketika menjadi pemateri dalam Sidang Pastoral Post-Natal di Aula Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Kesambi pada Selasa, 14 Januari 2025.

Ia menjelaskan, pendekatan Sapta Alih mencakup tujuh dimensi transformasi yang saling terkait, yaitu alih perspektif, alih fokus, alih metode, alih subjek, alih bahasa, alih struktur, dan alih tujuan.

“Alih perspektif menekankan perubahan dari orientasi institusional ke individu sebagai subjek utama pewartaan Injil,” ujar Pastor Manfred dalam sidang bertajuk “Pastoral Tata Kelola Partisipatif: Persekutuan-Partisipasi-Perutusan,” itu.

Gereja mengadakan pelatihan kepemimpinan berbasis komunitas bagi pemuda untuk membangun rasa tanggung jawab sebagai pewarta iman di tengah masyarakat.

Sedangkan alih fokus, Pastor Manfred menekankan tentang penguatan komunitas iman yang berdaya transformasi sosial daripada sekadar pelayanan sakramental.

Gereja mendirikan koperasi umat yang bertujuan meningkatkan perekonomian lokal, seperti koperasi produsen hasil laut yang mendukung para nelayan, sekaligus memberdayakan mereka dengan nilai-nilai injil.

Sementara pendekatan dialogis, partisipatif, dan berbasis teknologi digital merupakan poin-poin yang ditekankan pada alih metode.

Pastor Manfred berpendapat gereja mengadakan kursus online tentang kitab suci atau ajaran sosial gereja, serta aktif menggunakan media sosial untuk menyebarkan konten pastoral dalam bentuk video pendek yang menarik.

Kemudian alih subjek, jelas dia, memberdayakan umat awam sebagai subjek aktif dalam karya pastoral, tidak hanya mengandalkan pelayanan dari klerus.

“Guru agama Katolik dan kader Komunitas Basis Gerejani dilibatkan untuk memimpin kegiatan doa atau kelompok pendalaman iman di tingkat komunitas basis atau stasi,” kata Pastor Manfred.

Sedangkan pada alih bahasa, Manfred menekankan penggunaan bahasa yang relevan dengan konteks budaya dan sosial masyarakat setempat agar pesan Injil dapat diterima dengan baik.

Gereja mengintegrasikan seni dan budaya lokal seperti tarian tradisional dalam liturgi dan kegiatan pastoral, serta menyampaikan homili dalam bahasa lokal atau dialek.

Pada alih struktur, ia menekankan pentingnya sinodalitas dengan memberikan ruang bagi partisipasi umat dalam pengambilan keputusan pastoral.

Dewan pastoral paroki yang melibatkan perwakilan umat dari berbagai kelompok menjadi forum penting untuk mendengar suara komunitas dalam perencanaan program-program pastoral.

Alih tujuan, sebutnya, berfokus pada transformasi sosial berdasarkan nilai-nilai Kerajaan Allah daripada pemeliharaan institusi semata.

Gereja memulai inisiatif pelestarian lingkungan seperti program penanaman mangrove di pesisir Labuan Bajo untuk menjaga ekosistem laut dan memberikan edukasi tentang tanggung jawab ekologis, kata Pastor Manfred.

Ia yakin bahwa dengan mengimplementasikan Sapta Alih secara konkret, Gereja Keuskupan Labuan Bajo tidak hanya menjadi tempat peribadatan, tetapi juga agen perubahan yang transformatif di tengah masyarakat.

“Upaya ini diharapkan dapat menjawab tantangan kontekstual seperti pariwisata super premium, kemiskinan, dan degradasi lingkungan, serta memperkuat peran gereja sebagai saksi nyata karya keselamatan Kristus di dunia,” tuturnya.

Akan tetapi, penerapan pendekatan ini memerlukan komitmen bersama dari seluruh elemen Gereja, baik klerus maupun awam, untuk menghadirkan wajah Kristus yang penuh kasih di tengah dunia yang semakin kompleks.

Manfred pun mengajak semua umat untuk terlibat aktif dalam karya pastoral, sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara RD. Rikardus Jehaut menyoroti pentingnya kepatuhan terhadap hukum kanonis dalam menjalankan program pastoral.

“Hukum gereja bukanlah sekadar aturan, tetapi sarana untuk menjaga kesatuan dan keadilan dalam komunitas umat beriman,” jelasnya.

Dia juga menekankan perlunya transparansi dan akuntabilitas dalam tata kelola gereja agar misi pastoral dapat berjalan dengan efektif dan sesuai dengan nilai-nilai Kristiani.

TERKINI
BACA JUGA