Mbay, Ekorantt.com – Usaha takjil dan kue milik Endang Mustika selalu ramai dikunjungi oleh pembeli dalam pekan pertama bulan puasa di wilayah Tonggurambang, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Memulai usaha sederhana memanfaatkan momentum bulan puasa telah lama diimpikan oleh Endang.
Semula Endang berharap modal dari keuntungan penjualan pakaian yang ditawarkan secara daring dan pulsa telepon. Ternyata jumlahnya tidak cukup untuk mewujudkan niatnya itu.
Di saat situasi demikian, ibu satu anak ini didatangi karyawan Kopdit Pintu Air Cabang Mbay yang menawarkan produk layanan melalui program Jempola (jemput bola). Model rekrutmen anggota baru dengan pola pinjam-simpan sebesar Rp5 juta.
Endang menerima tawaran itu. Tak hanya memperoleh pinjaman usaha, dia juga punya saham, terakomodir dalam dana kesehatan bilamana menderita sakit dan uang dukacita bila suatu ketika meninggal dunia.
Pengalaman Endang dibagikan kepada beberapa orang sahabat dan tetangganya. Mereka mengikuti jejaknya memanfaatkan program Jempola.
“Ini (Jempola) sangat masuk akal. Pinjaman kita tidak habis. Kita menjadi anggota Kopdit Pintu Air. Kita punya saham, ada dana kesehatan dan dukacita untuk kebutuhan kita di kemudian hari,” cerita Endang saat berbicara kepada Ekora NTT pada Selasa, 4 Maret 2025.
Penjualan takjil dan kue pada minggu pertama bulan Ramadan, diakui Endang, lumayan ramai dibandingkan sebelum bulan Ramadhan. Pendapatannya lumayan membuatnya untuk selalu bersyukur kepada Tuhan.
“Alhamdulillah penghasilan bagus setiap hari. Kalau kita mau dapat lebih banyak, maka kita harus kerja lebih keras,” ujar Endang.
Ketua Komite Kopdit Pintu Air Cabang Mbay, Emanuel Sargosa Loke, mengatakan Jempola yang ditawarkan telah menolong belasan anggota untuk memulai usaha. Penjualan takjil dan kue pada bulan puasa, salah satu jenis usaha selain usaha papalele.
Menurut cerita beberapa orang ibu kepadanya, kata Eman, mereka sebenarnya telah meminjam uang di lembaga keuangan yang lain. Namun mereka beralih menggunakan program Jempola yang memberi keuntungan lebih.
“Kata ibu-ibu ini sudah delapan tahun menjadi nasabah disalah satu BUMN, tapi sahamnya hanya Rp250 ribu,” katanya.
Hal yang membuat mereka lega, dana yang dibutuhkan diproses sangat cepat demi menyokong usaha. Punya saham, hak atas dana kesehatan dan dana dukacita.
“Inilah yang membesarkan harapan,” kata Eman.
Penulis: Eginius Moa