Menikmati Indahnya Air Terjun Muru Nawe di Detuwulu Ende

Ende, Ekorantt.com – Wilayah Pantura Kabupaten Ende menyimpan banyak potensi wisata. Dari pesona pantai, pemandangan pegunungan, padang sabana hingga wisata budaya. Salah satunya wisata air terjun Muru Nawe.

Berada di Desa Detuwulu, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende, wisata ini belum banyak diketahui. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dan promosi.

Air terjun Muru Nawe, bisa ditempuh dalam waktu dua jam perjalanan dari kota Ende, ibu kota Kabupaten Ende menggunakan roda dua maupun roda empat. Jalanan yang berlubang, dan rusak menjadi tantangan tersendiri bagi para pengunjung.

Sesampainya di Desa Detuwulu pengunjung langsung arahkan kendaraan menuju Muru Nawe. Jaraknya sekitar satu kilometer. Pemerintah setempat telah membangun jalan tani menuju lokasi tersebut. Sehingga pengunjung tidak perlu berjalan kaki untuk menikmati pesona air terjun Muru Nawe.

Selain infrastruktur jalan yang belum terurus, tempat ini belum dialiri jaringan listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Warga Detuwulu sedang memasak Moke DW (Foto: Ansel Kaise/Ekora NTT)

Moke DW

Di sekitar area air terjun, terdapat puluhan tempat penyulingan Moke Detuwulu, atau orang mengenalnya dengan nama Moke DW, minuman alkohol tradisional asal NTT.

Saban hari, ratusan warga Detuwulu berjibaku untuk menyadap enau, kemudian disuling menjadi moke DW, yang siap untuk dipasarkan.

Detuwulu dikenal penghasil minuman alkohol berkualitas wahid. Sebagian besar warga Detuwulu bekerja sebagai penyuling moke.

Hasil jualan moke tidak hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, tetapi biaya pendidikan anak hingga perguruan tinggi.

Kepala Desa Detuwulu, Don Bosko Kami kepada Ekora NTT menuturkan bahwa pihaknya telah merencanakan pengelolaan potensi desa seperti air terjun Muru Nawe, dan moke DW yang dikelola Badan Usaha Milik Desa.

“Kami sedang membahas bersama BPD agar potensi tersebut dikelola BUMDes,” kata Don Bosko.

Don Bosko meminta, PLN untuk mempercepat pembangunan jaringan listrik agar produksi moke di desa itu meningkat.

“Karena kalau ada listrik mereka pasti masak moke sampai tengah malam. Sekarang pukul 17.00 Wita mereka sudah berhenti karena tidak ada penerangan,” pungkasnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA