Maumere, Ekorantt.com – Pastor Katolik Pater Dr. Otto Gusti Nd. Madung, SVD saat dimintai tanggapannya tentang ucapan Ustad Abdul Somad terkait jin kafir di salib Yesus Kristus, Rabu (21/8) mengatakan, dia tidak setuju jika Abdul Somad diproses hukum. Sebab, blasfemi atau penodaan agama tidak pernah dapat diproses secara hukum positif.
Menurut Dosen Filsafat Politik pada STFK Ledalero, Flores, NTT ini, agama tidak dapat dinodai dengan sebuah pernyataan.
“Mungkin dinodai lewat perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama itu seperti korupsi, pelecehan martabat manusia, dan lain-lain,” katanya.
Saat ditanyai tentang laporan PMKRI Cabang Maumere ke Mapolres Sikka terkait dugaan tindak pidana penistaan agama oleh Ustad Abdul Somad, Pater Otto berpendapat, sebaiknya PMKRI menanggapi substansi pernyataan Abdul Somad.
Menurut Pater Otto, pernyataan Abdul Somad tidak etis. Sebab, kata-kata kafir jelas berkonotasi kolonial dan bertentangan dengan prinsip kesetaraan yang menjadi salah satu pilar penting masyarakat Indonesia yang plural.
“Kita mau agar Indonesia semakin beradab ke depan,” ungkapnya.
Lebih jauh, Pater Otto menandaskan, tingkat keberadaban bangsa Indonesia ditentukan melalui kualitas demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM), dan rule of law atau aturan hukum.
Menurut dia, blasfemi atau penistaan agama jelas bertentangan dengan demokrasi dan HAM.
“Dan proses hukum terhadap Ahok tempo hari juga cacat bagi demokrasi dan HAM di Indonesia,” pungkasnya.
Jadi, menurut Pater Otto, PMKRI Cabang Maumere seharusnya tidak perlu melaporkan Abdul Somad ke Polres Sikka.
Sebelumnya, dua organisasi massa Katolik di Maumere, yaitu PMKRI Cabang Maumere dan Forum Komunikasi Alumni (Forkoma) PMKRI melaporkan Ustad Abdul Somad ke Mapolres Sikka atas dugaan tindak pidana penistaan agama pada Sabtu (17/8).
Mereka menilai, dalam video berdurasi 1 menit dan 53 detik itu, UAS menghina simbol agama Nasrani, yaitu patung dan salib.
Menurut saya, kta mesti jadi orang Katolik yang pemaaf bukan pendendam. Apapun yang di katakan oleh agama islam dalam hal ini ustad Somad atau ustad – ustad yang lain, tidak perlu di gubris, karena yang suka menyebar kebencian di dunia ini adalah mereka, bukan kita. Kita mesti merasa bangga bahwa para pemimpin gereja kita, dalam setiap kotbah, tidak menyinggung soal kepercayaan atau agama lain, itu artinya kita lebih bermartabat di hadapan Allah dan Tuhan kita Yesus Kristus. Itu saja yang harus perlu kita ingat.
Agama islam dan ustad – ustad itu tidak mengajarkan soal hidup bersama dalam komunitas manusia di bumi berdasarkan cinta, karena itu, mereka memprovokasi dan mengadu domba bangsa manusia supaya saling bunuh, karena mereka menginginkan sebuah peperangan, kehancuran sebuah negara dan bangsa, dengan dalih agama. Mereka tidak berpikir agama menyelamatkan umat manusia tetapi manusia menyelamatkan agama. Jihad atas nama agama itu menjadi bukti bahwa manusia menyelamatkan agama. Padahal kita tahu dan sadar bahwa seharusnya agama menjadi pedoman agar orang hidup lebih baik di muka bumi ini. Kepercayaan bahwa mati jihad supaya masuk surga itu sebenarnya berasal dari “Pikiran dan ajaran manusia” saja. Tak seorangpun di muka bumi ini yang mati lalu bangkit dan membawa harta kekayaan dari kuburnya dan membuat hidup lebih baik lagi di bumi. Itu kebodohan cara pandang manusia tentang iman. Kalau orang yg berpikir pake akal sehat, agama seharusnya menyelamatkan manusia bukan manusia menyelamatkan agama. Oleh karena itu, menganut agama yang benar berarti manusia harus hidup saling mengasihi dan saling menghargai sebagai makhluk hidup berakal budi. Kita dituntut untuk hidup sesuai dengan keinginan Allah sang pencipta tetapi cara kita memaknai hidup justru bertentangan dengan ajaran Allah.
Jadi seharusnya tidak perlu ada front pembela agama karena tidak ada urusan dengan iman tetapi berurusan dengan manusia. Secara nyata, manusia hidup mengurusi dirinya sendiri sedangkan agama hanya mengatur soal iman manusia. Contohnya mengajarkan orang spy hidup rukun dan damai “apalah artinya jika pedoman hidup dalam rukun islam di sebarkan kepada orang lain tetapi tabiatnya tidak menunjukan ajaran itu sendiri?” Percuma berkoar – koar berceramah dan berkotbah di mesjid dan gereja.
Bagii kita orang Kristen, ajaran tentang Cinta Kasih itu sudah mutlak menjadi hukum tertinggi dan terbesar yang mengajarkan kita tentang cara hidup yang benar sebagai manusia beragama. Ajakan Pater Otto untuk tidak melaporkan ustad SOMAD ke polisi itu benar, supaya kita jangan ikut keciprak dalam kebodohan berpikir soal perbedaan cara memahami keimanan orang lain. Semoga kita menjadi orang Katolik yang pemaaf bagi sesama manusia di bumi Indonesia ini.