Komunitas Tato Maumere Tangkal Stigma Negatif tentang Tato

Maumere, Ekorantt.com – Komunitas Tato Maumere mendapat kesempatan emas untuk lebih dekat dengan masyarakat dan mengenalkan siapa mereka.

Pertemuan mereka kali ini agak berbeda pasalnya untuk pertama kali komunitas tato itu beriteraksi secara langsung dengan anak-anak sambil membicarakan topik tato. Bicara soal tato tentu pro kontra sudah terbayang di kepala pembaca.

Biasanya Komunitas Tato Maumere berkolaborasi dengan komunitas orang dewasa. Kali ini, Komunitas Tato Maumere bersama Komunitas Huruf Kecil memperkenalkan tato kepada anak-anak. Mereka coba menepis stigma buruk tentang tato itu sendiri dari kalangan anak anak.

Kegiatan yang berlangsung di Taman Patung Teka Maumere pada 7 September lalu ini diikuti oleh belasan anak dari usia 3 sampai 13 tahun yang tergabung dalam Komunitas Huruf Kecil.

Para pegiat komunitas Tato membagikan pengalaman bagaimana mereka memutuskan bertato, bagaimana mereka hidup bermasyarakat, dan bagaimana seharusnya masyarakat menilai mereka termasuk anak-anak.

Anak-anak yang tergabung dalam Komunitas huruf kecil sangat antusias tanpa sekat dan takut bertanya. Pertanyaan sederhana soal apa itu tato, apakah proses tato itu menyakitkan keluar dari imajinasi mereka. Selain itu, mereka juga diajarkan teknik menggambar sederhana.

Ketua Komunitas Tato Maumere, Yosep Tobias Parera alias Dody mengaku penting bagi mereka untuk memberi pemahaman kepada anak-anak.

“Sesuatu yang mereka belum tahu buat mereka menjauh, menjaga jarak, kami tidak ingin itu,” ucap Dody.

“Anak-anak kalau lihat kami mereka lari, takut, ada yang bisik-bisik seolah kami hendak berbuat jahat,” tambahnya.

Komunitas Tato ingin anak-anak tahu bahwa tato tidak identik dengan orang jahat. Justru banyak orang jahat yang tidak bertato. Komunitas Tato menghargainya sebagai seni.

Bagi mereka, tato mengabadikan memori, pengalaman, dan memiliki cerita di baliknya.

Agar maksud dan pesan soal tato bukan kriminal ini tersampaikan dengan baik kepada anak-anak, komunitas tato Maumere melakukan pendekatan yang dapat diterima oleh anak anak.

Bahasa yang digunakan juga tidak sulit, bahasa sehari-hari yang penting anak mengerti dan senang.

Diakui Dody, fakta yang terjadi di masyarakat adalah minimnya pemahaman mengenai orang bertato. Masyarakat menilai sebelah mata, segala perbuatan kriminal, melawan hukum, dialamatkan pada orang bertato.

Padahal sejarah tato di NTT berkembang dari upaya selamat dari perbudakan seks di zaman penjajahan misalnya. Para gadis membuat tato sendiri untuk menandai dirinya sudah menikah agar tidak menjadi bulan bulanan tentara jepang yang sedang birahi.

Komunitas tato berharap anak anak komunitas huruf kecil bisa menjadi agent of change, “mereka mau membawa pesan bahwa tato bukan kriminal, tato bukan jahat,” ucap Dody.

Ketua Komunitas Huruf Kecil, Qikan berharap agar dengan kegiatan ini anak dapat bergaul tanpa sekat, bertumbuh dengan baik, dan memiliki pandangan yang positif.

“Kami mau supaya anak-anak bisa bergaul dengan siapa saja dan tidak menilai orang dari penampilan,” ungkapnya.

Menurut dia, keluarga bukan lagi satu-satunya faktor penentu baik tidaknya tumbuh kembang seorang anak.

Anak butuh lingkungan layaknya keluarga yang terus membagi nilai nilai positif yang bersumber dari kehidupan sehari-hari termasuk dari mereka yang memilih seni rajah tubuh.

Di samping itu hal menarik yang dapat dipetik adalah bagaimana geliat komunitas di Maumere ini saling dukung dan membagi hal baik untuk kemajuan lingkungan dan anak bangsa.

Sudah saatnya semua elemen masyarakat dan pemerintah melek, dan tidak menutup diri, saling bahu membahu melawan persoalan yang tengah kita alami.

Aty Kartikawati

spot_img
TERKINI
BACA JUGA