Vaksinasi untuk Mengeliminasi: Peringatan Hari Rabies Sedunia

Oleh

dr. Erwin Yudhistira Y. Indrarto*

Setiap tanggal 28 September, diperingati Hari Rabies Sedunia. Tanggal tersebut mengingatkan kita pada kematian Louis Pasteur, seorang ilmuwan asal Prancis yang menemukan vaksin rabies pertama.

Peringatan tahunan ke-13 ini memiliki tema Rabies: Vacinate to Eliminate/Vaksin untuk Melenyapkan.

Apa yang perlu kita ketahui?

iklan

Rabies atau disebut juga penyakit anjing gila adalah infeksi pada susunan saraf pusat hewan berdarah panas dan manusia yang disebabkan oleh virus rabies dari genus Lyssavirus. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies (HPR).

Di Indonesia, HPR pada manusia adalah anjing, kucing, dan kera.

Namun, yang menjadi sumber penularan utama adalah anjing. Sekitar 98% dari seluruh penderita rabies tertular melalui gigitan anjing.

Di dunia, sebanyak 99% kematian akibat rabies disebabkan oleh gigitan anjing. Cara penularan rabies terjadi melalui gigitan, goresan cakaran, atau jilatan pada kulit terbuka oleh hewan yang terinfeksi virus rabies.

Kasus rabies yang terjadi di wilayah Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) belakangan ini semakin marak. Bahkan telah ditemukan kambing yang positif terserang virus rabies.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sikka, NTT, mencatat, sebanyak 1.483 korban gigitan anjing, 33 spesimen positif, dan 2 orang di antaranya meninggal selama periode Januari – 30 Agustus 2019.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 59.000 orang di dunia meninggal setiap tahun akibat penyakit rabies.

Bila gejala rabies seperti demam, takut berlebihan pada air (hidrofobi), dan sangat peka terhadap angin (aerofobia) muncul, sangat kecil peluang penyembuhannya secara statistik.

Sampai saat ini, belum ditemukan obat/cara pengobatan untuk penderita rabies sehingga selalu diakhiri dengan kematian pada hampir semua penderita rabies, baik manusia maupun hewan.

Rabies dapat dicegah dengan melakukan profilaksis sesudah pajanan (Post Exposure Prophylaxis/PEP) atau sebelum pajanan (Pre Exposure Prophylaxis/PrEP).

PEP terdiri atas mencuci luka akibat HPR menggunakan sabun di bawah air mengalir selama kurang lebih 15 menit, pemberian vaksin anti rabies (VAR), dan pemberian serum anti rabies (SAR) sesuai indikasi.

WHO menganjurkan pemberian VAR masing-masing 1 dosis pada hari ke – 0, 3, 7, 14, dan 28; Atau 2 dosis pada hari ke – 0, lalu masing-masing 1 dosis hari ke – 7, dan hari ke – 21 melalui suntikan ke otot.

Sementara itu, luka risiko tinggi seperti jilatan atau luka pada lapisan kulit bagian dalam, luka di atas bahu (leher, muka, kepala), luka pada jari tangan dan jari kaki, luka di area kelamin, luka yang lebar atau dalam, atau luka yang banyak, dianjurkan diberikan SAR.

Pemberian SAR dilakukan dengan cara disuntikkan di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan ke otot.

Pemberian VAR dan SAR juga relatif aman dan efektif untuk ibu hamil dan menyusui.

PEP yang dilakukan sesegera mungkin 100% efektif mencegah rabies.

Namun, keterlambatan dilakukannya PEP, pencucian dan perawatan luka yang tidak benar, luka akibat HPR yang tidak diperhatikan, dan ketidakpatuhan pasien mengikuti jadwal vaksin menyebabkan PEP gagal yang berujung pada kematian.

PrEP dilakukan untuk memberikan kekebalan pada orang-orang yang memiliki risiko tinggi terinfeksi rabies seperti petugas kesehatan (dokter/perawat) yang menangani kasus luka gigitan HPR/penderita rabies, dokter hewan, dan teknisi yang berhubungan dengan hewan berisiko.

PrEP diberikan masing-masing 1 dosis pada hari ke – 0, 7, dan 21 atau 28.

Belum lama ini, Dinkes Kabupaten Sikka yang diperantarai dr. Asep Purnama, Sp. PD, bekerja sama dengan Yayasan Shanti membuat sistem pelaporan kasus gigitan HPR menggunakan smartphone.

Sistem ini diberi nama Sikat Rabies (Sitem Informasi dan Komunikasi Terpadu Rabies).

Dengan sistem ini, pelaporan menjadi lebih cepat, tercatat dengan baik, pemantauan pasien dan HPR lebih baik, dan lokasi HPR dapat diketahui lebih cepat. Dengan demikian, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan juga dapat segera bertindak.

Tema Hari Rabies Sedunia tahun ini bertujuan meningkatkan kesadaran para pemilik anjing dan sektor terkait untuk melakukan vaksinasi anjing serta menjamin ketersediaan vaksin rabies terutama di daerah endemis rabies.

Dengan melakukan vaksinasi 70% populasi anjing di daerah yang berisiko, rantai penularan rabies dapat diputuskan.

Selain itu, dengan kerja sama lintas sektor pemerintah terkait serta meningkatnya kesadaran masyarakat, rabies dapat dicegah, dikontrol, dan bahkan dilenyapkan.

Hal tersebut dilakukan untuk mencapai target WHO, yaitu 0 kasus kematian akibat rabies pada 2030 (Zero by 30).

Sudahkan Anda mendukung?

* Dokter Umum di Puskesmas Watubaing, Kabupaten Sikka, NTT

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA