Saat Pandemi, Guru di Mabar Berkunjung ke Rumah Siswa Lewati Jalan Tak Beraspal

Labuan Bajo, Ekorantt.com – Mengikuti instruksi pemerintah pusat, semua pemerintah daerah di Nusa Tenggara Timur mengeluarkan instruksi untuk meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan diganti dengan belajar dari rumah.

Para bupati/walikota di NTT bahkan telah memperpanjang masa belajar dari rumah. Apakah belajar dari rumah efektif? Bagaimana cara atau strategi guru dalam memberikan materi pelajaran kepada peserta didik di tengah pandemi?   

Honoratus Jelalut (32), seorang guru SMA Negeri 1 Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat memilih untuk  mengunjungi siswa/inya di rumah.

(Baca juga:Kisah Guru Sirilus Sambangi 27 Siswanya ke Rumah selama Wabah Covid-19)

Bila pada kondisi biasa, ia bersua dengan peserta didiknya di dalam kelas. Tapi di tengah pandemi, ia terpaksa berkunjung ke rumah siswa untuk memberikan materi pelajaran dan tugas belajar.

iklan

Ia begitu setia walau harus menempuh jarak 3 sampai 4 kilometer dengan kondisi jalan yang rusak dan belum beraspal. Beruntung saja Honoratus punya sepeda motor, sehingga lebih mudah.

“Proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Ndoso tetap berjalan sesuai instruksi Pemerintah Provinsi. Yang pertama, bahwa proses KBM di rumah saja, dengan tiga metode, yang pertama online, offline, dan penugasan secara manual,” tutur pria asal Satarmese ini kepada Ekora NTT, akhir April 2020 lalu.

Ia memilih metode yang ketiga yakni penugasan secara manual. Hal itu dilakukan Honoratus mengingat sulitnya jaringan internet. Belum lagi, sebagian besar peserta didik tak punya handphone standar untuk keperluan internet.

Sekali dalam seminggu, ia mengantar atau mengambil tugas di rumah peserta didiknya. Proses ini berjalan dengan baik dan tak menemui kendala yang berarti.

“Misalnya kemarin, kami antar tugas seluruh mata pelajaran dan dikerjakan oleh siswa sampai pada tanggal 29 April. Maka tanggal 30 April, selain kami pergi ambil hasil pekerjaan siswa, kami juga antar tugas yang baru,” tutur Alumni Kampus PGRI Kupang itu.

Honoratus rutin memeriksa tugas peserta didiknya. Pemeriksaan tugas dilakukan untuk mengukur keseriusan dan pemahaman siswa.

“Kami tidak putus asa walaupun jalan yang kami lalaui belum beraspal. Jarak yang kami tempuh sekitar 3-4 kilo meter ini tentu karena tugas dan bentuk pengabdian terhap negara yang harus dijalankan. Semangat kami selalu kompak dan tidak pudar demi kecerdasan siswa sebagaimana tugas seoarang guru,” pungkasnya dengan semangat.

Adeputra Moses

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA