Petrus Rafael Atawolo, Dulu Tenaga KSO Kini Petani Garam yang Sukses

Lewoleba, Ekorantt.com – Semenjak adanya kebijakan Bupati Lembata merumahkan semua tenaga KSO (Kerja Sama Operasional) pada lingkup Pemkab Lembata 2018 lalu, tak sedikit dari meraka terpaksa banting stir untuk membuka usaha milik pribadi.

Hal itu juga dialami Petrus Rafael Atawolo. Pria Lebatukan yang sembilan tahun mengabdikan diri sebagai tenaga KSO pada Dinas Koperindag Lembata itu, kemudian membuka rumah produksi sawah garam di Desa Tapobaran, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata.

“Sewaktu menjadi KSO, saya ditugaskan sebagai tenaga teknis harian, mengurus rumah produksi sawah garam milik Pemkab Lembata di Desa Tapobaran, Kecamatan Lebatukan, yang letaknya tepat di kampung saya”.

Selama bekerja pada rumah produksi garam milik Pemda Lembata,  pria 40 tahun ini juga sempat mengikuti beberapa pelatihan dan magang.

“Tahun 2012 saya ikut magang tentang proses produksi garam di pusat produksi garam rakyat di Pulau Madura, Jawa Timur, di PT. Garam (Persero) Indonesia, Jawa Timur, dan pada tahun 2016 saya ikut pelatihan satu minggu di Sabu Raijua,” terangnya.

iklan

Berbekal pengalaman itu, dirinya tertarik membangun usaha sendiri. Pasalnya hal teknis sudah dikuasai secara baik ditambah bantuan modal dari keluarganya.

Rafael yang ditemui media di lokasi produksi garam miliknya pekan lalu menjelaskan, letak geografis Pulau Lembata yang dikelilingi oleh laut sangat cocok untuk mengembangkan potensi garam, sebab prospek ekonomi ke depan sangat menjanjikan.

Memanfaatkan tanah miliknya yang berada tepat di pinggir hutan bakau, Rafael kemudian membuka satu hektare lahannya untuk dijadikan sawah garam sebagai cikal bakal produksi garam miliknya.

“Tahun pertama 2018, saya sewa alat berat untuk buka lahan. Setelah itu tahun berikutnya 2019, saya bersihkan lagi. Lalu awal tahun 2020, pembuatan petak garam. Semua saya pakai alat berat, dan dibangun bertahap,” bebernya.

Rafael menyebutkan, total anggaran yang terpakai untuk membangun usaha produksinya selama dua tahun mencapai 80 juta rupiah. Untungnya, ia dibantu oleh keluarga di Jakarta.

“Usaha produksi garam resmi beroperasi sejak bulan Oktober tahun 2019. Dan dari bulan Oktober kemarin sampai Minggu kedua bulan November hasil produksinya mencapai 25 ton, atau kurang lebih 340 karung (50 Kg per karungnya),” jelasnya.

“Jadi kurang lebih 24 juta per satu kali panen itu uji coba awal di 2019 kemarin”.

Soal pemasaran, PT. Cendana Indopearls dan PT. Mitra Timur Raya Utama di Larantuka rutin membeli garam produksi Rafael. Selebihnya, dipasarkan di dalam wilayah Lembata.

Suami dari Maria Hilaria Solot Maing ini juga memperluas lahan usaha. Kini total areal produksi mencapai 1,5 hektare. Dirinya juga akan berinovasi dengan memanfaatkan hutan mangrove di dekat sawah garam sebagai spot wisata. Tujuan pengembangan spot ekowisata ini adalah menjadi sumber penghasilan tambahan bagi usahanya.

“Sekaligus menjadi outbond bagi para pelajar, yang datang untuk belajar dan penelitian,” ucapnya optimis.

Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday meninjau lokasi produksi garam milik Petrus Rafael Atawolo di Desa Tapobaran, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata, Kamis (11/6/2020)

Saat mengunjungi lokasi produksi garam milik ayah dua orang anak ini pada Kamis (11/6/2020), Wakil Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday takjub dan bangga. Pasalnya, jarang ditemukan anak muda yang memiliki keterampilan untuk memanfaatkan potensi daerah.

“Daerah kita sangat komplit dengan semua sumber daya alam. Sekarang bagaimana kita manfaatkan itu dengan cara-cara modern dan terupdate. Selain itu perlu ditunjangi skill dan semangat mencari tahu dari semua literatur yang ada. Rafael hebat,” ucap Wabup Thomas.

Melihat semangat Rafael, Wabup Thomas berupaya membantu dan mendukungnya.

“Saya pasti akan bangun komunikasi dengan Pak Bupati, pemerintah provinsi dan juga kementerian-kementerian di Jakarta, sehingga dalam perjalanan jika ada celah kita bisa atur alokasi bantuannya,” kata Wabup Thomas.

Berinovasi pada usaha garam, kata WabupThomas, akan menjadi bagian penting dari pembangunan ekonomi di Kabupaten Lembata.

Apalagi garam menjadi salah satu kebutuhan dasar rumah tangga masyarakat.

“Sehingga apa pun itu perlu diback-up oleh regulasi dan anggaran dari pemerintah supaya produksi masyarakat, baik dalam skala kecil, menengah hingga skala yang lebih besar bisa terjaga,” ujarnya.

Kontributor: Lagamaking

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA