Maumere Ekorantt.com – Pasca ditetapkan sebagai Desa Siaga Bencana pada tahun 2018 lalu, perhatian untuk pembangunan turap pengaman pantai di Desa Watumilok belum memberikan kontribusi yang berarti terhadap 60-an nelayan di desa tersebut. Kehidupan warga yang mengandalkan hasil laut itu belum maksimal karena ketiadaan tempat labuh yang aman bagi motor ikan nelayan.
Selain itu, turap pengaman pantai yang belum terselesaikan sejak tahun 2014 hasil perjuangan Desa Watumilok melalui dana PNPM belum memberikan kenyamanan masyarakat pesisir dikala gelombang besar dan abrasi mengancam pada musim barat.
Koordinator Nelayan Pantai Waipare, Sobirin Gobang kepada Ekora NTT di Pantai Waipare Senin, 13 Juli 2020 menuturkan, sekitar 60 nelayan di pantai Waipare mengandalkan laut sebagai sumber hidup. Mereka mengharapkan kiranya dibangun pemecah gelombang sejak lama.
Pasalnya, lanjut Gobang, pada musim barat motor ikan milik nelayan tidak aman.
“Baru-baru ini satu motor milik teman kami hancur diterjang gelombang. Kami mau bagaimana lagi? Setiap kali Musrenbangdes dari dana desa sebesar Rp800 juta lebih kami selalu usulkan untuk bangun pemecah gelombang dan turap pengaman pantai tapi belum terealisir,” ujar Gobang.
Sekretaris Desa Watumilok, Mas Arif yang ditemui Ekora NTT di kantor Desa Watumilok mengakui, turap pengaman pantai yang dibangun di Dusun Waipare A merupakan perjuangan desa melalui dana PNPM pada musyawarah tingkat kecamatan.
“Kalau kita kaji lebih jauh dan membandingkan dengan turap dari Kota Maumere hingga Lokaria itu turap Waipare sama sekali tidak layak seperti itu. Tetapi untuk sementara turap dengan kondisi yang ada masih mampu membendung dan melindungi masyarakat pesisir pantai beberapa tahun terakhir ini,” jelas Arif.
Pembangunan fisik seperti turap pengaman pantai dan pemecah gelombang, jelas Arif, butuh dana besar sehingga tidak bisa mengandalkan dana desa.
“Setiap kali Musrenbangdes turap jadi prioritas utama kemudian diteruskan ke kecamatan dan kabupaten tapi sampai saat ini belum bisa terjawab. Termasuk permintaan dibangunnya pemecah gelombang itu,” ujar Arif.
Sebenarnya, lanjut Arif, pembangunan turap sudah ada titik terang ketika Desa Watumilok ditetapkan sebagai desa siaga bencana tahun 2018.
“Pada saat itu ada program kerja sama Badan Penanggulangan Bencana dan Desa Siaga Bencana dengan mengajukan proposal 70 miliar untuk turap pengaman pantai tetapi terhadang gempa di Lombok akhirnya dana dialokasikan untuk korban gempa Lombok,” tutupnya.
Yuven Fernandez