Gaet Kaum Milenial, Pemuda Asal Kefa ini Kembangkan Agrowisata

Kefa, Ekorantt.com – Di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), baru 128 orang petani lombok dan tomat produktif terhitung dari umur 20 sampai 50 tahun. Angka yang sangat kecil jika berbanding dengan total umur produktif di Kabupaten TTU sebanyak 25.000 orang dari total masyarakat Kabupaten TTU secara keseluruhan sebanyak ± 36.000 jiwa.

Pemerintah Kabupaten TTU sejauh ini telah mengeluarkan program Padat Karya Pangan (PKP) yang menekankan pentingnya umur produktif bertani untuk memenuhi lumbung pangan bagi keluarga. Dengan demikian, kaum milenial yang ada tidak hanya bermimpi menjadi seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) tetapi mengubah pola pikir masyarakat bahwa pertanian mampu membawa perubahan lebih besar ketimbang menjadi seorang ASN.

Pelaksanaan program Padat Karya Pangan juga dapat menjawabi permasalahan kemiskinan dan ketidakberdayaan masyarakat desa di Kabupaten Timor Tengah Utara . Dengan Program Padat Karya Pangan, pemerintah ingin melakukan pemberdayaan masyarakat desa.

Sebab, masyarakat Timor Tengah Utara memiliki banyak potensi seperti lahan yang cukup untuk mengolah kebun, didukung dengan Penyuluh Pertanian Lapangan/Pendamping Lapangan yang kreatif.

Walaupun demikian, ada kendala yang dihadapi seperti sistem kerja tebas bakar dan kualitas pendampingan di lapangan yang belum optimal.

iklan

Oleh karena itu, pemerintah perlu mengatur strategi pelaksanaan program Padat Karya Pangan dengan sistem kerja yang kompetitif, strategi pendekatan pemberdayaan yang intensif, dan koordinasi yang baik di antara pelaksana program Padat Karya Pangan. Tujuannya adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa.

Namun, sebagian besar pengusaha memanen kesuksesan di bidang pertanian dengan memanfaatkan lahan tidak terpakai menjadi agrowisata yang menghasilkan uang.

Mereka juga berhasil menarik pengunjung dengan memanfaatkan keindahan pertanian.

Bersama seorang teman menggunakan kendaraan roda dua, Ekora NTT menyusuri Kota Kefamenanu hingga tiba di lokasi pertanian yang berada tepat di Dusun Beba, Desa Oelami, Kecamatan Bikomi Selatan, Kabupaten TTU.

Kami membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari Kota Kefamenanu. Tampak lokasi gersang tersebut benar-benar memanjakan mata dengan pemandangan daun tomat dan lombok yang hijau serta terpampang puluhan bedeng yang berjejer rapi.

istimewa

Namanya Irenius Metan. Dia kelahiran Banain C, 25 Maret 1987. Ireneus merupakan salah satu petani holtikultura yang membudidayakan tomat dan lombok pada lahan yang jarang digunakan karena kekurangan air tersebut. Ia menyulap lahan yang sudah tertidur lama tersebut menjadi lahan yang menghasilkan uang secara mandiri tanpa campur tangan dari pihak pemerintah.

Dia hanya mengharapkan dukungan dari pemerintah setempat terkait pupuk, bibit, dan obat.

Pertanian hortikultura tersebut didesain dengan konsep agrowisata. Menurutnya, pertanian bisa dijadikan sebagai tempat wisata atau sekadar mengambil gambar

Itu merupakan salah cara merangsang hati kaum milenial bertani karena agrowisata tidak hanya untuk pedagang (papalele) yang mau membeli tomat ataupun lombok.

“Agrowisata pertanian akan mengundang pengunjung dan dengan sendirinya mereka pulang pasti akan membeli apa yang kita tanam, dan kita tidak perlu harus bersusah payah mencari pasaran. Dengan sendirinya pengangguran di TTU berkurang,” ujarnya saat ditemui di lahan miliknya pada Rabu (29/7/2020).

Lahan pertanian dengan luas 50 are atau setengah hektare tersrbut ditanami tomat sebanyak 3.600 pohon dan lombok sebanyak 1.900 pohon. Setiap minggu, ia memanen 50-65 box tomat dipanen dengan berat 15 buah tomat sebesar 1 Kg.

Umur panen mencapai 65 hari. Ia sudah dapat panen sebanyak 3 kali.

Kekurangan air di Desa Oelami diselesaikan dengan teknik irigasi tetes.

Menurutnya, tumbuhan tersebut memiliki jiwa dan tersenyum bila petani mau bertani karena hobi.

Diceritakan, satu kali masa panen tomat hingga akhir, petani tersebut mampu meraup keuntungan sebesar 65-70 Juta.

Adapun lebar bedeng 90 meter, panjang bedeng 20 meter, sedangkan lebar got 60 cm. Lebar bedeng dan lebar got turut menentukan keberhasilan produksi buah pada pertanian dengan konsep pertanian agrowisata tomat.

“Tanaman memiliki jiwa dan akan marah jika tidak rawat dengan baik dan tanaman akan tersenyum bila kita setiap hari selalu memperhatikan tanaman. Jiwa petani dan tanaman akan mengikat pada produksi buah,” ungkapnya.

Untuk menghindari kegagalan karena hama yang menyerang tanaman kapan saja, dirinya mengutamakan pencegahan daripada pengobatan.

“Tergantung perawatan saja. Kalau mau berhasil kita harus merawat dengan serius karena saya tidak mau hama serang dulu baru saya kasih obat. Prinsipnya mencegah lebih baik,” ungkapnya.

Pria dengan latar belakang pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat STIKES Surya Mitra Husada Mandiri Kediri tahun 2011 tersebut tidak meragukan jika latar belakang pendidikan bukan menjadi alasan harus bekerja di rumah sakit atau tempat kesehatan. Petani bisa sukses apabila bisa meninggalkan gengsi dengan kesempatan yang tersedia.

Sementara itu, pendamping PKH Kecamatan Mutis itu menargetkan, tahun depan, dirinya akan menghasilan 200 juta dengan penambahan 10.000 pohon tomat.

Mengakhiri percakapan, dirinya berharap agar sarjana muda yang ada di TTU jangan pernah gengsi menjadi petani. Sebab, setiap tahun, TTU memproduksi ratusan bahkan ribuan sarjana muda dengan lulusan dari berbagai fakultas dari 3 universitas yang berada di wilayah tersebut.

Oleh karena itu, para mileneal harus berani mewujudkan apa yang disebut dengan “Petani Berdasi”, karena  ia sendiri sudah merasakan suksesnya menjadi petani.

“Harus menjadi petani berdasi bukan saja ASN yang berdasi. Setiap 3 bulan saya dapat meraup keuntungan hingga Rp70 juta. Apa kaum milenial masih bermimpi untuk jadi seorang ASN? Pesan saya, Jangan terpaku dengan latar belakang pendidikan,” jelasnya.

Kristoforus Dos Santos

TERKINI
BACA JUGA