Kisah Guru di Ende, Menularkan Cinta OdGJ kepada Suami dan Anak

Ende, Ekorantt.com – Jalan Eltari Ende, tepatnya di Kafe Myau-Myau pada 6 Agustus 2020 sore. Ibu Siska, seorang yang baru saya kenal hari itu, memasuki area kafe. Kami bersalaman. Bersama rekan jurnalis lain, kami duduk santai berhadapan dengan meja persegi sambil berbagi cerita.

“Ini ibu secara kebetulan, kami ketemu,” ujar saya membuka perbincangan.

Iya, kebetulan. Begitu kesan yang muncul saat saya bertemu dengan Ibu Siska di Kantor Dinas Perhubungan Ende beberapa jam sebelumnya. Saat berjumpa, raut wajahnya sulit ditebak. Antara sedih dan gembira. Antara muram dan senyum.

Padahal, Ibu Siska kehilangan handphone. Syukurnya, salah satu staf di dinas perhubungan mendapatkannya kembali. HP sudah dalam genggaman Ibu Siska.

“Singkat cerita, orang dinas minta kita tulis berita bahwa salah satu stafnya menemukan handphone,” saya menambahkan, sembari menegaskan bahwa itu tidak punya nilai berita.

iklan

Adalah lebih baik kami berbagi cerita tentang kiprah Ibu Siska, sapaan dari Maria Fransiska Du’a Ika, yang berprofesi sebagai guru. Kami pun sepakat dengan hal itu.

Ibu dua anak itu menuturkan bahwa dirinya sudah belasan tahun bekerja sebagai guru. Sekarang ia mengampu mata pelajaran Agama Katolik di SMK Negeri I Ende merangkap wali kelas X.

Suka duka menjadi seorang guru, telah ia rasakan. Bagi Lulusan Sekolah Tinggi Pastoral IPI-Malang ini, lebih banyak sukanya. Berada bersama peserta didik di kelas punya kebahagiaan tersendiri.

“Pasti ada pengalaman berhadapan dengan anak yang nakal. Saya sering alami. Bahkan, ada anak-anak yang sudah tidak bisa diurus lagi. Saya tetap ajak mereka berdiskusi di kelas,” tuturnya.

Mencintai OdGJ

Tidak hanya nyaman sebagai seorang guru, Ibu Siska juga terlibat dalam aktivitas sosial kemanusiaan. Sejak beberapa tahun silam, ia bergabung dalam Komunitas Kasih Insani (KKI) Ende, sebuah komunitas yang memiliki kepedulian khusus terhadap OdGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa).

“Saya tidak tahu persis tahunnya, tapi waktu itu saya tertarik untuk merawat OdGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa). Pertama kali bertemu dengan Pater Avent, saya meminta untuk bergabung. Pater Avent tidak ajak, tapi saya yang mau bergabung,” tuturnya.

Bersama Pater Avent Saur selaku penggagas KKI, Ibu Siska aktif mendampingi dan merawat OdGJ hingga sekarang. Bersama rekan aktivis lain, ia turun ke kampung-kampung, menyisir sudut-sudut kota, sekadar untuk menemui dan merawat OdGJ.

“Apakah tidak jijik?” tanya rekan jurnalis yang lain.

“Sama sekali tidak,” timpal Ibu Siska. Baginya mengurus dan mencintai OdGJ merupakan sebuah panggilan jiwa. Hati akan tenang kalau mengurus OdGJ. Kalau tidak, hati belum tenang.

“Kalau kita sudah urus mereka, serasa ada yang penuh di sini,” imbuhnya sambil mengelus dada. Baginya, berbagi kasih dengan orang-orang yang terpinggirkan sangatlah mulia. Bayarannya bukan materi tapi kebahagiaan.

Tak hanya itu, bergaul dan mengurus OdGJ, menurut Ibu Siska, membuat dirinya mengenal sisi lain dari hidup. OdGJ adalah orang-orang yang harus diperhatikan. Tidak boleh dijauhkan. Apalagi dibiarkan begitu saja.

“Punya pengalaman yang paling unik dengan OdGJ?”

Semua perjumpaan dengan OdGJ, bagi Ibu Sikka, sangat berarti. Semuanya unik dan berkesan. Sekali lagi ditegaskannya bahwa perjumpaan tersebut bikin hati terasa penuh.

“Kemarin saya, ka Irma, dan Pater Avent baru pulang dari Moni. Kami bertemu dengan masyarakat dan OdGJ di sana. Kebetulan ada kasus OdGJ. Tapi kami sudah berkomunikasi dengan masyarakat, pemerintah desa, dan polisi. Pemerintah setempat juga minta kita beri sosialisasi tentang OdGJ karena banyak yang tidak tahu,” terangnya penuh semangat.

Rasa cintanya untuk OdJG, ia tularkan ke anak-anak dan suami. Ia mengajarkan anak-anak untuk punya hati berbagi dengan sesama, terutama untuk Orang dengan Gangguan Jiwa atau yang sudah latah kita sebut sebagai ‘orang gila’.

“Saat jalan dengan suami dan anak, saya pasti minta berhentikan kendaraan saat bertemu dengan OdGJ. Saya ajak mereka untuk mendekatinya. Lalu beri makan atau roti untuknya,” kata penyuka olahraga fitnes ini.

Tindakan-tindakan seperti ini, kata Ibu Siska, nampak sederhana tapi sangat berarti. Kenapa berarti? Anggota keluarga bisa belajar secara nyata bagaimana berbagi dengan orang yang dijauhkan oleh kebanyakan masyarakat.

Di akhir perbincangan, ia bilang bahwa walau terlibat aktif dalam urusan kemanusiaan, dirinya tidak mengabaikan perannya sebagai ibu bagi anak-anak dan mengurus suami.

“Keluarga itu yang utama. Semua aktivitas dan kesibukan di luar rumah harus dikomunikasikan secara baik dengan suami dan anak-anak. Saya bersyukur, suami sangat memahami dan mendukung kegiatan saya,” tutupnya.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA