Maumere, Ekorantt.com – Beberapa bulan belakangan, puluhan ribu anak-anak di Pulau Flores menerima beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP). Mereka ikut bergembira. Kegembiraan mereka pertama-tama adalah saat bisa terbantu untuk di tengah pandemi.
Beasiswa PIP menyasar anak usia sekolah dari keluarga miskin. Program beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini disalurkan oleh Andreas Hugo Parera (AHP), wakil rakyat di senayan yang mewakili Dapil NTT 1.
Membidangi Komisi X, AHP fokus menyuarakan aspirasi rakyat di bidang pendidikan, olahraga, dan pariwisata. Khusus di bidang pendidikan, sejauh ini AHP menyerap aspirasi masyarakat NTT terkait akses pembelajaran lewat sistem belajar online yang menuntut adanya sarana-prasarana yang memadai.
“Saya tegaskan sekali lagi agar beasiswa PIP bisa dipakai membeli HP dan pulsa data bagi siswa karena ini kebutuhan sangat penting. Jadi, gunakan dana PIP,” papar AHP saat sambutan penyerahan beasiswa kepada para kepala sekolah SD, SMP dan SMA/SMK di Aula Nawa Cita, Kampus Unipa Maumere, 22 Agustus 2020 lalu.
Kata-kata AHP ini sontak membuat para guru dan orang tua yang terlibat dalam urusan adminsistratif uang beasiswa boleh bernafas lega. Maklumlah para guru dan orangtua terpaksa harus berpikir keras untuk memenuhi kebutuhan belajar anak-anaknya.
“Jadi, sudah ada PIP reguler dan sekarang melalui dana aspirasi yang saya perjuangkan ada tambahan lagi 24 ribu untuk Flores, Lembata dan Alor. Untuk Sikka ada 8.259 beasiswa bagi pelajar SD, SMP dan SMA/SMK,” papar AHP.
Selain di Kabupaten Sikka, AHP juga menyalurkan beasiswa PIP di sejumlah Kabupaten di Flores, Lembata, dan Alor.
Ada kerinduannya untuk bertatap muka langsung dengan para siswa. Tapi, protokol kesehatan tak memungkinkan untuk itu. Kendati demikian, AHP punya ikhtiar untuk terus menyuarakan aspirasi masyarakat di bidang pendidikan.
Saat mengunjungi awak redaksi Surat Kabar Ekora NTT pada 22 Agusutus 2020 juga, AHP kembali menegaskan soal komitmennya pada perjuangan memajukan pendidikan di NTT.
Menurut AHP kualitas pendidikan di NTT memang sering jadi sorotan karena dinilai yang paling rendah tapi patut diingat bahwa NTT telah banyak menyumbang putra-putri terbaiknya untuk kemajuan pembangunan bangsa dan negara ini.
Kedepannya bersama dengan semua stakeholder pendidikan di NTT, AHP bertekad agar kualitas pendidikan di NTT ditata agar moncer dan berkualitas sehingga bisa bersaing dengan para pelajar dari daerah lainnya.
Saat ini AHP memang sedang terlibat mendorong sekolah-sekolah di NTT agar fokus juga pada materi literasi digital di sekolah.
Literasi digital, kata AHP, meliputi kecakapan menggunakan alat-alat komunikasi atau jaringan internet dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, serta memanfaatkannya bijak dan cerdas.
“Kita minta literasi digital masuk dalam kurikulum pendidikan nasional. Sehingga ke depan anak-anak kita mengetahui memanfaatkan media sosial seperti facebook, whastApp, instagram, youtube secara bijak,” terangnya.
AHP secara khusus juga meminta awak redaksi Ekora NTT untuk perbanyak liputan tentang pendidikan di NTT. Semua hal yang baik maupun buruk tentang pendidikan mesti diangkat ke publik. Perbanyak kerja sama liputan tentang perkembangan pendidikan di sekolah. Dengan itu, ada kesalingan untuk belajar antar lembaga pendidikan.
“Pendidikan itu tanggung jawab kita semua, termasuk para jurnalis jadi saya mendorong semua pemangku kepentingan pendidikan mulai dari kepala dinas dan juga para kepala sekolah agar melaporkan perkembangan tentang pendidikan di sekolahnya dengan memanfaatkan media-media lokal di tiap daerah,” demikian tutur AHP.
Tugas Media
Kepada awak media Ekora NTT, AHP menggarisbawahi pentingnya pendalaman-pendalaman dalam liputan. Saat ini, ada banyak media. Informasi yang disajikan juga sangat banyak. Agar tidak terkesan ikut arus, setiap media harus punya karakter atau kekhasan.
“Apa yang khas dari Ekora NTT?” ujarnya
Menurutnya, masyarakat kita punya karakter yakni ingin tahu secara mendalami sebuah isu atau persoalan.
“Saya keliling di daerah kita untuk urusan politik, khususnya di Flores, orang-orang kita suka melihat persoalan secara mendalam. Ini menarik,” tuturnya.
Ia mengapreasi KSP Kopdit Pintu Air karena punya koran publik seperti Ekora NTT. Tak lupa ia mengapresiasi Kopdit yang berpusat di Rotat ini dalam hal inovasi sektor riilnya.