Maumere, Ekorantt.com – Jika Anda pernah berkunjung dan memanfaatkan jasa menjahit dari sepasang suami-istri penyandang disabilitas (tuna daksa), Yosef Loku (49) dan Albina Abong Wadan (42) maka kisah unik tentang perjuangan membiayai pendidikan anak-anaknya adalah keutamaan yang wajib dijadikan contoh.
Sebagai penyandang disabilitas, tak ada dalam kamus hidup Yos dan Albina untuk menyerah. Justru dengan keterampilan menjahit, pasutri ini telah dan sedang menata pendidikan enam buah hati mereka demi mencapai masa depan yang gemilang.
“Bagi kami pendidikan harga mati. Kami tidak punya harta untuk diwariskan kepada anak. Lewat pendidikan kami yakin mereka bisa mengantongi ijazah sebagai salah satu persyaratan memperoleh pekerjaan,” ujar Albina.
Sementara sang suami, Yos mengungkapkan walaupun memiliki keterbatasan fisik tetapi tetap bersyukur kepada Tuhan karena masih memiliki dua tangan untuk beraktivitas.
“Berkat kerja keras kami bisa punya rumah sendiri dan mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari dan membiayai pendidikan anak-anak. Inti dari semua yang kami terima adalah bersyukur dan berserah dalam doa, Tuhan pasti bantu,” ujar Yos.
Keteladanan dan ketelatenan bekerja telah memberikan mereka banyak pengalaman hidup untuk terus sungguh-sungguh bekerja.
Kini si sulung, Maria Valentina Bunga telah mengenyam pendidikan sebagai mahasiswi pada STFK Ledalero. Lenti demikian sapaannya mengungkapkan cinta yang besar dari sang ayah dan ibu yang adalah difabel sungguh istimewa.
“Kadang saya rasa tidak tega lihat bapa dan mama bekerja. Kebaikan dan cints mereka begitu besar dan tulus untuk kami anak-anaknya. Perjuangan mereka tidak bisa saya definisikan,” ujar Lenty.
Apa yang disampaikan Lenty diamini juga oleh adik-adiknya,Lis, Anto, Archy dan Arnold.
“Saat ini saya juga adalah seorang calon biarawati dari dari serikat CB, adik-adik saya ada yang SMA, SMP dan SD. Tekad kami semua sama yaitu ingin fokus dalam pendidikan kami dan buat orang tua bangga,” ujar Lenty lagi.