Sukses Kelola Air Minum Bersih Jadi Sumber PAD, Kades di Mabar: Kita Beda dari Jokowi

Labuan Bajo, Ekorantt.com – Desa Watu Galang, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) sukses mengelola air minum bersih menjadi sumber Pendapatan Asli Desa (PAD). Program ini sudah berlangsung sejak awal tahun 2020 silam.

“Ini program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat). Sesuai regulasi, dari desa kita intervensi melalui dana sharing. Program kita sudah berjalan selama satu tahun,” ujar Kepala Desa Watu Galang, Ferdinan Mboli kepada Ekora NTT belum lama ini.

Dijelaskan Ferdinan, program tersebut dikelola oleh Kelompok Pengelola Sarana Air Minum dan Sanitasi (KP-SPAM) Desa Watu Galang. Kelompok ini beranggotakan lima orang yang terbagi dalam beberapa seksi, yakni seksi pengaduan, sanitasi, dan pemeliharaan air.

Program Pamsimas menjadi investasi untuk keberlangsungan desa ke depan. Hal ini, kata Ferdinan, harus dimulai dari rumah tangga.

“Kita beda dari Pak Jokowi. Kalau dia bangun Indonesia dari desa, kami bagun Watu Galang dari keluarga,” katanya.

Sebelumnya, terang Ferdinan, warga Desa Watu Galang menimba air di beberapa pusat mata air yang jauhnya sekitar 300 meter. Kendati demikian, warga sudah menikmati air bersih di rumah masing-masing.

“Dulu warga ambil air di Wae Rompa, Wae Woang, Wae Rancang sekarang sudah tidak lagi. Kami berharapa ke depan bisa membuka jaringan ke desa tetangga,” pintanya.

Serah terima kegiatan program Pamsimas di Desa Watu Galang pada tahun 2020

Sementara itu, Ketua KP-SPAM Desa Watu Galang, Florianus Adi membeberkan, pemanfaat air minum bersih di desa Waru Galang berjumlah 40 pelanggan dari 97 kepala keluarga. Setiap pemanfaat, kata Adi, dilengkapi dengan jaringan pipa dan meteran air yang sesuai dengan standar.

“Kita transparan. Setiap pelanggan bisa hitung sendiri meterannya. Jadi setiap bulan kami langsung pergi tagih. Kami lengkap dengan kuitansi pembayaran. Kalau pakai boros bisa lebih dari Rp50.000 satu bulan,” katanya.

Ia menerangkan, pendapatan dari pengeloaan air minum desa akan digunakan untuk biaya operasional pegawai dan pemeliharaan. Hitungannya, terang Adi, 60 persen untuk gaji karyawan, 40 persen untuk pemeliharan air dan perbaikan meteran atau pipa yang rusak.

Penghasilan setiap bulan memang sangat tergatung pada musim.

“Saat musim kemarau biasanya libih dari Rp1.000.000. Kalau hujan seperti sekarang hanya Rp600.000,” katanya.

Direktur Perusahaan Umum Daerah Air Minum Wae Mbeliling (Perumda) Kabupaten Manggarai Barat, Aurelius Hubertus Endo

Perumda Beri Apresiasi

Terpisah, Direktur Perusahaan Umum Daerah Air Minum Wae Mbeliling (Perumda) Kabupaten Manggarai Barat, Aurelius Hubertus Endo mengapresiasi langkah pemerintah Desa Watu Galang. Sebab, sudah berusaha memenuhi kebutuhan air bersih bagi warganya.

“Bagus dan ini sudah sangat luar biasa. Program Pamsimas bisa berjalan dengan baik. Saya berharap tetap berlanjut dan keberlanjutan akan bisa terpenuhi ketika semua fasilitas terjaga,” ujar Aurelius.

Pemerintah desa, lanjut Aurelius, perlu memberdayakan masyarakat dengan menyiapkan badan pengelola air minum bersih. Salah satunya melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

“Ini untuk keberfungsian berkelanjutan. Jangan sampai setelah ini rusak lagi. Faktor yang paling dominan adalah membangun sebuah kesepakatan kebersamaan. Beri pemahaman kepada setiap pemanfaat untuk menjaga fasilitas yang ada,” pintanya.

Perumda, kata Aurelius, sangat bersedia apabila Pemdes Watu Galang ingin berdialog tentang strategi pengelolaan dan pemanfaatan air minum di desa itu.

“Kita siap untuk membantu,” tukas Aurelius.

Sandy Hayon

TERKINI
BACA JUGA