‘Are Lolo’ Untuk Ekonomi Baru Petani

Ende, Ekorantt.com – Wabah Covid-19 menyebabkan perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan itu menyentuh banyak aspek. Khusus aspek ekonomi, tak sedikit masyarakat yang keteteran akibat guncangan ekonomi. Tapi, tak sedikit pula yang mulai berbisnis walaupun di masa pandemi. Adapula sebagian orang yang justru bertahan dan nyaman mengembangkan usaha yang digeluti.

Yuning Wangge (44) tetap mengembangkan usaha di bidang pangan yang dirintis sejak tahun 2016 silam. Perempuan asal Kabupaten Ende ini konsisten membudidayakan ‘Are Lolo’ (bahasa Ende-Lio) atau lebih dikenal sebagai tamanan sorgum.

Dari berbagai literatur, sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan kelima setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sorgum terkenal menjadi makanan penting di wilayah Asia Selatan dan Afrika.

Jika dibandingkan dengan beras, sorgum diklaim memiliki nilai gizi yang lebih tinggi. Selain protein, kalsium, zat besi, dan fosfor, sorgum mengandung vitamin B1 yang tinggi. Batang dan daun sorgum bisa menjadi pakan ternak sehat bagi sapi, kerbau,kambing, dan domba. Seratnya dapat difungsikan sebagai bahan baku industri kertas dan papan partikel.

Di Kabupaten Ende, sorgum pernah mencapai masa jayanya pada periode 1960-1990. Sorgum menjadi pilihan alternatif yang ditemukan di setiap lahan garap para petani. Namun, sejak beberapa tahun belakangan, sorgum kian tergerus dan hanya menjadi cerita masa lalu di kalangan para petani.

Yuning Wangge berangkat dari kondisi itu. Bersama para petani, dirinya nekad membudidayakan sorgum di beberapa desa di Kabupaten Ende. Kemudian, ia membuka akses pasar secara mandiri. Akses pasar semakin hari semakin terbuka berkat jaringan yang semakin luas.

Terbalut Rasa Cinta Pada Petani

Kini Yuning telah memiliki desa dampingan yaitu Kelompok Tani di Desa Nuamuri Barat, Kecamatan Kelimutu dengan lahan seluas tiga hektare. Yuning bekerja sama dengan pemerintah desa. Para petani diajak untuk membudidayakan sorgum.

Dirinya mengakui permintaan dari luar Kabupaten Ende sangat tinggi. Namun permintaan itu tak dipenuhi karena terkendala minimnya produksi.

“Jadi permintaan tinggi sekali. Saat ini kita harap banyak petani mulai lagi terlibat. Kalau soal pasar hubungi kita. Saya sudah belajar dengan Kementerian Pertanian, dan harapannya Ende ini bisa jadi pusat produksi sorgum di Flores. Untuk Desa Nuamuri Barat kita jadikan sebagai desa pemasok bibit sorgum untuk seluruh desa di Kabupaten Ende,” jelas Yuning.

Diakuinya, menanam sorgum akan memberikan dampak ekonomis yang tinggi mengingat sorgum dapat menjadi tanaman sela di setiap lahan. Bahkan, dapat dipanen 3-4 kali setiap tahunnya.

“Untuk satu kali panen dengan lahan satu hektare saja dapat menghasilkan lima sampai enam ton setiap kali panennya. Kan, usia panennya hanya tiga sampai empat bulan. Kalau dihitung, yah harga perkilo gabahnya tiga ribu, bisa hasilkan 18 juta setiap kali panen,” kata Yuning.

Menurut Yuning, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Ende untuk pengembangan lahan 200 hektare. Jika berjalan baik, program ini dapat meningkatkan pendapatan para petani.

Untuk membangun kesadaran menabung para petani, Yuni juga membentuk koperasi sorgum. Bagi petani yang mau bekerja sama, dirinya mengajak untuk bergabung di koperasi.

“Ini kerjanya dari hulu sampai hilir. Jadi mulai dari siapkan bibit, budidaya hingga layani permintaan pasar. Kita juga olah menjadi makanan berbahan dasar sorgum melalui kafe sorgum yang saya dirikan,” tutup Yuning.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA