Pemkab Matim Berkomitmen untuk Tuntaskan Pembongkaran Pasung 63 ODGJ pada 2023

Borong, Ekorantt.com – Matahari tepat berada di atas zenit, saat rombongan Bupati Manggarai Timur melesat ke arah barat kota Borong, pada Senin (19/4/2021).

Iring-iringan sekitar 10 unit mobil plat merah milik pemerintah tersebut cukup mencuri perhatian masyarakat di sekitar jalan nasional trans Flores pada siang itu.

Tiba di ujung barat Kampung Golo Mongkok, mobil-mobil itu berbelok ke arah selatan, menyusuri jalan bebatuan dengan medan yang sangat menantang.

Kondisi jalan yang rusak berat dengan batu-batu telford yang sebagiannya sudah terlepas, bikin kendaraan berjalan pelan di sepanjang jalan kabupaten yang menghubungkan Golo Mongkok-Lalang itu. Beberapa kali terlihat roda mobil yang ditumpangi Bupati Andreas Agas mengalami selip.

Siang itu, Bupati bersama Wakil Ketua II DPRD, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kasat Pol PP, Camat Rana Mese, dan beberapa lainnya, mendatangi kediaman mama Heleonora Bupu (67), salah satu pasien sakit jiwa yang dipasung di Kampung Tewuk, Desa Satar Lahing. Bupati bersama rombongan datang hendak membongkar balok pasung di kaki mama Heleonora.

iklan

Ini merupakan pembongkaran pasung pertama terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) – yang sudah dinyatakan pulih sesuai diagnosis dokter – yang dilakukan oleh Pemerintah Manggarai Timur.

Rombongan tiba di Tewuk sekitar pukul 14.30 WITA, dan disambut secara adat Manggarai – kepok dan pengalungan selendang – di Poskesdes Satar Lahing yang jaraknya sekitar 50 meter dari rumah mama Heleonora.

Di halaman Poskesdes itu, Bupati Agas memberikan pencerahan terkait sakit jiwa kepada masyarakat yang hadir.

Menurutnya, ODGJ harus diperlakukan secara manusiawi. Proses pemulihan pengidap sakit jiwa harus didukung oleh keluarga dan masyarakat sekitar.

“Pemulihan ODGJ bukan hanya karena obat saja, tetapi harus ada dukungan dari keluarga. Keluarga dan masyarakat harus terima mereka. Beri perlakuan pasien sama dengan kita,” ungkapnya.

Dinas Kesehatan Manggarai Timur mencatat, total ODGJ di Manggarai Timur hingga Maret 2021 sebanyak 532. Dari jumlah itu, ada 63 orang dipasung. Yang telah mendapatkan pelayanan obat sejumlah 136 orang, termasuk mama Heleonora.

Jumlah ODGJ di Manggarai Timur tersebut sudah melebihi standar nasional prevalensi sakit jiwa yakni 0,08 persen dari total jumlah penduduk. Sesuai data BPS, jumlah penduduk Manggarai Timur pada 2020 yaitu 275.603 jiwa. Jika dihitung, maka angka prevalensi sakit jiwa di kabupaten ini mencapai 0,19 persen.

Menurut Bupati Agas, kasus sakit jiwa di Manggarai Timur sudah masuk dalam kategori Kejadian Luar Biasa (KLB).

“532 itu sebenarnya sudah KLB. Terlalu banyak. Perhatian kita minim,” sebutnya.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Manggarai Timur, Pranata Kristiani Agas mengatakan bahwa pihaknya belum bisa menangani pengobatan semua pasien sakit jiwa karena keterbatasan logistik obat.

“Target 2021 ada penambahan obat, supaya setengah dari total ODGJ di Manggarai Timur bisa diobati,” ungkapnya.

Selain keterbatasan obat, kata Kristiani, saat ini, hanya dua dokter dan tiga perawat yang sudah mengikuti pelatihan penanganan kesehatan jiwa di kabupaten tersebut.

Meski demikian, ia berkomitmen untuk menjadikan Manggarai Timur sebagai kabupaten bebas pasung pada 2023.

“63 ODGJ yang dipasung mulai tahun ini pelan-pelan bebas pasung,” ujarnya.

Menurut Agas, praktik pemasungan terhadap ODGJ merupakan bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).

Oleh karena itu, kata dia, ke depan, tidak ada lagi alasan keterbatasan logistik obat.

“Omong anggaran lain jago semua. Tapi untuk org sakit? Mereka juga manusia yang harus diperhatikan. Mulai tahun ini logistik obat tidak boleh kurang,” ucapnya.

Bupati Agas meminta kepada dinas terkait untuk meneliti faktor penyebab tingginya jumlah ODGJ di Manggarai Timur.

Pada kesempatan itu, Bupati Agas juga mengatakan bahwa ODGJ pertama yang dibebaskan dari pasung adalah seorang perempuan.

Perempuan, kata dia, merupakan manusia yang hidupnya penuh kasih: mengandung, melahirkan dan mengasuh anak.

“Ini jadi spirit untuk kita semua. Ini rahmat yang luar biasa,” katanya.

Menurutnya, membongkar pasung dari kaki perempuan tersebut, juga menjadi simbol kebangkitan perempuan Manggarai Timur dari belenggu kemiskinan, intimidasi, dan berbagai bentuk pandangan sosial lain yang merendahkan martabat perempuan.

“Apalagi Manggarai Timur ini  kabupaten ramah perempuan dan layak anak,” pungkasnya.

Yohanes Manggu (31), anak kandung mama Heleonora, mengatakan bahwa tim medis rutin mengunjungi dan memberi obat untuk ibundanya itu pasca kunjungan relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) – kelompok sosial karitatif yang sejak 2014 memberikan perhatian khusus terhadap ODGJ.

“Mama rutin dapat obat itu sejak Februari 2021,setelah dikunjungi oleh KKI” katanya.

Sedangkan, intervensi dari Dinas Sosial, kata dia, masih sangat minim, meski ia sudah melaporkan kondisi ibundanya itu ke dinas tersebut sejak 2017 – saat mama Heleonora mulai terkena gangguan jiwa.

Yohanes mengucapkan terima kasih kepada Bupati Agas dan sejumlah pihak yang telah menunjukan kepedulian terhadap ibundanya itu.

“Saya bersyukur sekali karena akhirnya mama bebas dari belenggu pasung,” katanya.

“Semoga perhatian dan kepedulian terhadap kesehatan mama terus ada ke depannya,” tutupnya.

Rosis Adir

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA