‘Uji Nyali’ Para Pendamping Desa di Ende, Menantang Ganasnya Medan Pantai Selatan

Ende, Ekorantt.com – Karakter wilayah pantai selatan Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur cukup menantang. Garang dan sangar.

Medan wilayah Kecamatan Ndona, misalnya, sungguh menguji nyali para Pendamping Lokal Desa (PLD) dan Pendamping Desa (PD) yang bertugas di sana.

Untuk menjangkau desa-desa di wilayah ini butuh ketahanan fisik yang prima. Apalagi jika musim tenggara tiba. Gelombang laut sangat tinggi. Tidak sedikit nelayan mengurungkan niat berlayar karena takut ketiban malapetaka.

Dari ibukota Kecamatan Ndona, warga menyeberang laut dengan perahu motor menuju ke empat desa yakni Kekasewa, Wolokota, Nila, dan Ngaluroga.

Selain menantang ganasnya gelombang, jantung berdebar saat perahu menepi. Tidak ada tambatan perahu. Tebing pantainya sangat curam. Saat mau turun, penumpang harus menunggu arus gelombang naik agar bisa melompat ke daratan yang hanya mengandalkan bebatuan di sekitar tebing sebagai pijakan.

Bila salah perhitungan, bisa terpeleset dan tercebur ke dalam laut. Begitu cerita Hironimus Lamun kepada Ekora NTT pada Sabtu (8/5/2021).

Meski demikian, ujar Hironimus, pilihan perjalanan laut terasa lebih cepat. Mereka hanya membutuhkan waktu 30 hingga 45 menit.

Hironimus adalah pendamping Lokal Desa di Desa Ngaluroga dan Desa Nila. Sedangkan rekannya Inosensius Paka mengabdi sebagai Pendamping Lokal Desa di Desa Reka, Kekasewa, dan Wolokota.

Menurut Hironimus, saat musim tenggara tiba, perahu penumpang tidak beroperasi. Karena itu, mereka memilih jalur darat.

Bersama rekannya yang lain, ia harus berputar jauh melalui Kecamatan Wolojita. Praktis, mereka harus melintasi lima kecamatan dengan jarak 80 kilometer. Melewati Kecamatan Ende Timur, Detusoko, Kelimutu, Wolowaru, dan Wolojita, barulah sampai di Kampung Ngaluroga.

Sementara akses jalan pantai selatan baru sampai di Desa Wolotopo, Wolotopo Timur, Ngalupolo, dan Reka. Tapi itu pun tidak mulus. Jalur Ngalupolo-Reka sangat ekstrem. Kondisinya sempit dan menantang. Melintasi medan curam dan melingkari lereng-lereng bukit.

Di Desa Wolokota belum ada infrastruktur jalan. Jarak antara Desa Reka dan Desa Wolokota sekitar 5 kilometer. Warga hanya bisa berjalan kaki melintasi medan curam.

Para Pendamping Lokal Desa dan Pendamping Desa Kecamatan Ndona saat ada di Desa Wolokota

Pemkab Ende baru merintis jalan menuju Desa Wolokota dua tahun terakhir melalui program Tentara Masuk Desa. Walau demikian, akses jalan tersebut belum sampai di Desa Wolokota karena medan yang terjal dan bebatuan curam sehingga membutuhkan biaya yang besar.

Dengan kondisi medan seperti ini, kata Hironimus, dirinya tetap bersemangat. Hal yang sama dialami Ferdinandus Ari, Koordinator Pendamping Desa Kecamatan Ndona.

“Saya sudah empat tahun tugas di Kecamatan Ndona. Memang di sini medannya cukup ekstrem. Tapi jika sampai di desa rasa lelah kami terbayar saat menyaksikan semangat partisipasi masyarakat baik pada saat pertemuan maupun pada saat pekerjaan fisik dana desa. Mereka bergotong royong dan saling mendukung. Itu kepuasan dan kebanggaan kami,” ujar Ferdinandus.

Selain masalah akses jalan, Ferdinandus bilang, warga beberapa desa di Kecamatan Ndona juga terkendala listrik PLN dan juga sinyal seluler.

“Dari 12 desa yang ada di sini, ada lima desa belum ada listrik PLN dan dua desa tidak ada sinyal,” terang Ferdinandus.

Koordinator Kabupaten Tim Pendamping Profesional Kabupaten Ende, Vinsensius Pati Tukan ikut prihatin dengan kondisi yang dialami rekan-rekan PLD dan PD yang bertugas di Kecamatan Ndona.

Walau demikian, dirinya mengatakan bahwa sejauh ini progres kegiatan pendampingan dan pekerjaan fisik di Kecamatan Ndona selalu tepat waktu.

“Itulah dedikasi pengabdian rekan-rekan untuk masyarakat. Kan motonya pergi, tinggallah bersama mereka dan rasakan apa yang mereka rasakan. Pasti ada banyak hikmah bagaimana membuat desa jadi mandiri,” pungkas Vinsen.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA