Tuteh Pharmantara Luncurkan Novel Tantrum, Berkisah Tentang Pariwisata Berbalut Cinta

Ende, Ekorantt.com – Tuteh Pharmantara, seorang blogger asal Ende, Flores, NTT kembali merilis sebuah novel baru berjudul Tantrum di HoLA Coffee & Shop, Ende pada Sabtu (11/12/2021).

Sebelumnya, perempuan yang bekerja pada UPT Publikasi dan Humas Universitas Flores tersebut telah menerbitkan sederet novel dan antologi bersama teman-teman Blogfam antara lain Indira Fedel, Curhat Donk!, 3.tiga, The Messenger, Ramuan Jomblo, hingga buku kumpulan perjalanan wisata berjudul Aku Cinta Indonesia: Jelajah Eksotisme Negeri (bersama Petualang ACI-Detik).

Salah satu novel bertema cerfet (cerita estafet) pernah diulas dalam tayangan Kick Andy karena termasuk dalam novel dengan tata penulisan yang unik.

Tuteh mengakui 80 persen Tantrum bercerita tentang dunia pariwisata, 10 persen tentang pergolakan dan ledakan emosi, 10 persen lagi tentang cinta.

“Karena saya suka mengeksplor tempat wisata, suka jalan-jalan, dan kagum pada dunia wisata di Pulau Flores, saya pikir sudah saatnya wisata dan cinta dipadukan dalam satu novel,” akunya.

iklan

Sebagian besar wisata, baik alam dan budaya, dikisahkan di dalam Tantrum. Namun, Tuteh tidak menutup kemungkinan adanya tempat wisata lain seperti Taman Laut 17 Pulau Riung dan Puncak Wolobobo sebagai spot terbaik untuk menikmati pemandangan Gunung Inerie dan Bukit Langa. Oleh karena itu ia memilih HoLA Coffee n Shop sebagai lokasi rilis karena kafe tersebut terkenal akan desain interior petualang.

Kearifan lokal dan hal-hal berbau Ende juga termuat di dalam Tantrum. Nama tokoh-tokohnya, kata Tuteh, juga tidak jauh dari nama orang Ende, termasuk bagaimana orang Ende berbicara.

“Ini yang penting. Rata-rata Orang Ende tidak berbicara menggunakan ‘kamu’ melainkan ‘kau’, juga tidak menggunakan ‘enggak’ melainkan ‘tidak’ atau ‘tir’, dan masih banyak lagi.”

Cover Novel Tantrum

Menurutnya, pemilihan nama tokoh hingga pembentukan karakter sudah dimulai sejak awal kerangka Tantrum disusun.

“Mungkin karena sudah lama tidak menulis, proses penyusunan kerangka sampai finishing tidak membutuhkan waktu yang lama. Hanya sekitar empat bulan.”

Menyinggung soal pemasaran Tuteh mengakui tidak memasarkannya melalui toko buku tetapi dijual sendiri.

“Saya tidak berharap Tantrum meledak di pasaran. Sudah terbit melalui self publishing saja saya sudah sangat senang. Artinya buah kerja keras saya selama sekitar empat bulan ada hasilnya dan bisa dinikmati oleh banyak orang. Dan semoga orang-orang pun senang membacanya dan bisa tertawa, karena ada balutan humor di dalamnya.”

Ke depan, Tuteh sedang menyusun novel berlatar Kabupaten Nagekeo. Baginya, banyak yang bisa dieksplor dari Nagekeo. Temanya tentu tetap wisata, tapi harus ada balutan cerita cinta yang berulir.

“Untuk itu saya harus melakukan riset setiap kali datang ke Kabupaten Nagekeo. Salah satunya menonton tinju adat dan mencatat data-data yang diperlukan.”

Ia menambahkan, sekelas novel cinta pun tidak boleh melencengkan data seperti letak suatu tempat terutama tempat wisata.

Saat ini Tantrum dapat diperoleh langsung pada penulisnya. Hubungi 082144509324 untuk informasi dan pemesanan.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA