Maumere, Ekorantt.com – Pepatah bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian cocok disematkan kepada Sisilia Odilia (54) yang sudah 12 tahun lebih menjalani usaha dagang kain tenun ikat Sikka.
Hanya bermodalkan Rp 35 ribu untuk berdagang sarung adat, ia berhasil membeli 9 (sembilan) bidang tanah. Bidang-bidang tanah itu ia beli di wilayah Mahardika, Wairklau, Wolonmaget dan Bolowolon.
Awalnya, warga asal Gehak, Kecamatan Koting, Kabupaten Sikka itu berjualan kacang tanah, daun ubi dan daun pisang. Hasil itu ia kumpulkan lalu berdagang tenun ikat.
Varian motif tenun adat Sikka dipajang di los penjualan yang berada di samping kiri Kantor Koperasi Sube Huter Nita yang berada di dalam Pasar Alok-Maumere.
Bagi ibu yang tidak menyelesaikan pendidikan SMP Kimbul Nita ini, jualan tenun ikat memiliki prospek cerah. Sebab, kain tenun banyak diminati berbagai kalangan baik wisatawan maupun untuk kebutuhan adat, seragam pegawai, anak sekolah dan juga busana harian bagi masyarakat di kampung.
“Sarung itu identik dengan adat. Sehingga banyak dicari pada urusan adat perkawinan, kematian dan urusan adat lainnya,” jelas Mama Odilia kepada Ekorantt.com, Senin (17/01/2022).
Ibu empat orang anak ini menyebutkan tenunan dengan aneka motif dijual dengan harga Rp 150 ribu hingga Rp 2 juta. “Sarung harga Rp 2 juta adalah sarung asli yang dibuat bukan menggunakan benang toko tapi dibuat oleh mama-mama dengan pewarna asli dari tumbuh-tumbuhan,” terang Mama Odilia.
Ia mengaku, pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap pendapatan hasil dagang dari sebelumnya mencapai belasan juta menurun tiga hingga lima juta.
Namun, Mama Odilia meyakini bahwa bisnis jual beli sarung ini tak akan ia tinggalkan sampai kapan pun.
“Semua ini bukan hanya kerja keras semata saya tapi ini adalah berkat Tuhan,” katanya.
“Saya akan tetap menekuni bisnis ini dan tidak akan berpindah ke bisnis lain karena sejak umur 16 tahun saya sudah tertarik dengan bisnis jual beli barang,” tutup Mama Odilia.
Yuven Fernandez
