Maumere, Ekorantt.com – Banyak kasus emegency maternal dan neonatal yang terlambat dirujuk karena keluarga menolak dirujuk terutama suami atau keluarga yang menolak rujukan energency setelah diedukasi.
Selain itu masyarakat juga kurang mendukung karena belum semua masyarakat memahami kesehatan ibu dan anak. Di sisi lain, tenaga kesehatan (nakes) juga belum optimal dalam memberikan edukasi.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Sikka Martina Pali merancang inovasi tentang gerakan keluarga sadar sehat dalam sapaan edukasi.
Hal ini Martina sampaikan saat presentasi rancangan inovasi di hadapan 50 peserta pada pertemuan evaluasi program kerja organisasi IBI, Jumat (04/02/2022) di Kantor Dinkes Sikka yang dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Petrus Herlemus sebagai pembina profesi.
Dalam paparannya, Martina memberbicarakat kesehatan keluarga tentang kesehatan ibu dan anak, kesehatan remaja sampai kesehatan lansia.
“Dalam inovasi ini fokusnya pada kesehatan ibu dan anak. Kita akan menetapkan hari Jumat adalah hari edukasi kesehatan ibu dan anak di tingkat keluarga dan masyarakat. Kita berharap hari Jumat adalah hari spesial edukasi melalui pendekatan keluarga,” ungkapnya.
Martina menambahkan 25 puskesmas akan serentak melakukan edukasi setiap hari Jumat dengan tema yg berbeda dan langsung evaluasi hasilnya.
Ia memberi contoh edukasi di tingkat dusun mengumpulkan warga untuk jadi pendonor hidup, atau sekalian gerakan menyumbang darah organisasi siapkan susu dan telur artinya darah siap untuk digunakan ketika ada emergency.
Contoh lain, sebut Martina, jika ada keluarga yang menolak rujukan atau keluarga yang tidak mau ke faskes maka hari Jumat menjadi hari nakes bersama keluarga.
Selain itu, edukasi massa akan disampaikan hal-hal umum yang harus disiapkan oleh masyarakat misalnya ketika ada kasus emergency pada ibu hamil masyarakat harus segera hubungi nakes.
“Masyarakat harus pro aktif untuk mendampingi ketika dirujuk masyarakat bantu siapkan dana, masyarakat gotong royong menyelesaikan masalah secara bersama-sama,” tegasnya.
Diikatakan, setiap Jumat adalah hari edukasi massa dengan menyampaikan hal umum lewat calling dan juga bisa cara lain. Hal yang sangat teknis dan sangat privacy bisa menggunakan edukasi individu.
“Mari bersemangat untuk memulai hal yang sederhana tetapi daya ungkitnya tinggi dan harus optimal,” pinta Martina.
Ia mengemukakan pula dalam menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat lebih berfokus pada upaya preventif dan promotif. Oleh karena itu, inovasi tentang keluarga sadar sehat dalam sapaan edukasi perlu digalakkan.
“Artinya sapaan tenaga kesehatan kepada pasien dan klien bukan sekedar sapaan biasa tetapi sapaan bernuansa edukasi,” kata ibu asal Palue ini.
Kapasitas Bidan
Pada sisi lain, Martina juga menyinggung mengenai kapasitas tenaga bidan. Dalam evaluasi program kerja selama 6 bulan, terungkap misi yang sudah dijalankan adalah aspek pendidikan.
Pada September 2021, sebut Martina, sebanyak 10 bidan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi yakni S1 Bidan plus profesi.
Sementara, bidan 18 orang setara SMA akan melanjutkan pendidikan melalui Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) jadi waktu kuliah ditempuh dalam 1 tahun untuk mendapatkan ijazah Diploma (D3).
“Kita harapkan mudah-mudahan bulan April atau Mei sudah bisa kuliah,” tuturnya.
Kadis Kesehatan Sikka Petrus Herlemus sebagai pembina profesi pada pembukaan pertemuan evaluasi mengatakan organisasi IBI adalah organisasi terbesar di Indonesia.
“Saya mengapresiasi kerja bidan dalam meningkatkan usaha kesehatan ibu dan kesehatan anak. Saya berharap IBI bisa mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan ibu dan anak dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah melalui dinas kesehatan untuk ditanggulangi,” kata Herlemus.
Ia juga mengingatkan IBI Sikka untuk merencanakan kegiatan peningkatan kapasitas bagi bidan dengan melakukan seminar dan kegiatan lain yang dapat menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Yuven Fernandez