Larantuka, Ekorantt.com – Desa Nawokote, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur rupanya memiliki tempat wisata terbaik yang belum dikenal banyak orang.
Tempat wisata terbaik ini adalah Wai Nape yang memiliki beberapa mata air putih jernih, diselingi juga bebatuan alam berwarna hitam membentang sekira belasan meter lebarnya.
Di tempat yang kini sudah mulai ditata ini, pihak gereja bekerja sama dengan Pemerintah Desa Nawokote membangun sebuah Gua Maria persis di pinggir Wai Nape.
Ketika dihubungi Ekora NTT, Kamis (17/3/2022), Kepala Desa Nawokote Petrus Dua Puka mengatakan bahwa saat ini Pemdes dan pihak gereja sedang berproses untuk menata Wai Napang menjadi tempat wisata.
“Sudah ada akses jalan ke Wai Nape, tapi kita belum bisa dengan sepeda motor sampai di pinggir Wai Nape. Paling tidak, ada yang ke kebun sampai di pertengahan jalan lalu tinggalkan motor dan jalan kaki,” terang Piet.
Menurut Piet, apabila infrastruktur jalan ke depannya sudah dikerjakan, maka akses masuk ke Wai Nape menjadi lebih mudah dan lancar.
Will Puka (30), salah seorang tokoh muda mengakui, tahun lalu masyarakat Duang, Bawalatang, dan Kumaebang bahu-membahu memikul batu dan pasir dan dibawa ke Wai Nape untuk pembangunan Gua Maria.
“Masyarakat antusias karena di Wai Nape dibangun gua, kalau ini jadi, maka pastinya juga menjadi tempat doa paling indah, apalagi dibangun di bawah pohon beringin. Nuansanya pasti lebih mistis dan sakral,” ungkapnya.
Wil menambahkan, jika Wai Nape dikelola dengan baik ke depan, maka Desa Nawokote bakal jadi pusat wisata yang tidak kalah bersaing dengan Pantai Oa dan Pantai Rako dan beberapa titik wisata lainnya di Flores Timur.
“Kita juga punya Gunung Lewotobi. Selama ini kan semua orang yang mau naik gunung lewat kampung Bawalatang, jadi pasti ke depannya lebih ramai. Tapi, saya cuma mengingatkan, berlakukan aturan yang ketat terkait pariwisata desa,” tandasnya.
Di sisi lain, Agus Puka, warga Desa Nawokote yang kini sudah menetap di Batu Cermin-Labuan Bajo pun memberi masukan, kiranya Pemdes menyiapkan lahan khusus untuk masyarakat bisa jualan hasil kebun atau kuliner lokal dan tempat parkir yang baik.
“Om dan anak-anak di Lombok pernah ikut terlibat pembangunannya, hanya saja perlu ditambah fasilitas MCK dan kamar ganti untuk para wisatawan yang hendak berkunjung,” kata ayah tiga anak ini.
Lebih jauh, Agus berharap pihak gereja bisa mempunyai rencana yang matang untuk menjalankan aktivitas doa yang terjadwal dengan baik.
“Dan pihak gereja Duang maupun Bawalatang harus punya planning yang matang untuk kegiatan doa di lokasi paling tidak 2 kali setahun yang mana bisa di-blow up ke publik,” pintanya.
Tidak hanya itu, Agus yang pernah menjadi guide dari Mataram hingga Labuan Bajo ini menyinggung soal sampah yang perlu diperhatikan oleh warga.
“Bagi warga atau kita yang hendak mandi di kali harap menjaga sampah dan sopan santun dalam berpakaian,” tandasnya.