Pemkab Mabar Belum Serius Tangani Pascabencana Tanah Bergerak di Sano Nggoang

Labuan Bajo, Ekorantt.com – Viktor Bitrudis, salah seorang tokoh masyarakat Wae Munting, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) menyatakan pemerintah belum serius menangani dampak fenomena tanah bergerak di wilayah Desa Persiapan Benteng Tado.

Padahal, peristiwa alam itu telah terjadi secara berturut-turut sejak tahun 2018.

“Kejadian ini sejak tahun 2018. Ada dua kampung yang mengalami yakni Kampung Wae Munting ini dan Kampung Dange,” kata Viktor kepada wartawan di Kampung Wae Munting, Desa Persiapan Benteng Tado, Senin (28/03/2022).

Ia menuturkan pergerakan tanah yang kembali terjadi pada Februari 2022 ini menyebabkan kerusakan 9 rumah warga di Kampung Wae Munting dan 2 keluarga di Kampung Dange.

Keluarga Benyamin Nenohaifeto (43), Mateus Demin (56), Simplisius Jempu (40), dan Kosmas Mandang (47) terpaksa harus mengungsi ke tetangga karena rumah mereka rusak akibat pergerakan tanah di Kampung Wae Munting. Kerusakan bangunan juga dialami Wilhelmus Gostram, Kristoforus Mantat, Sisi Dawas, Daniel Derin, dan Viktor Bitrudis.

iklan

Sementara di Kampung Dange, rumah milik Karolus Kembung dan Mikael Agung rusak akibat pergerakan tanah.

“Sejak tahun 2018 masyarakat sudah resah dengan pergeseran tanah itu, tapi mau pindah ke mana lagi? Sudah dilaporkan ke pemerintah, tetapi tidak segera ditindaklanjuti,” kata Viktor.

Viktor berujar, kerjadian itu bukan berdampak pada 11 rumah saja tetapi telah mengancam kehidupan 411 jiwa warga di dua wilayah itu. Warga mengalami trauma panjang karena belum ada tindaklanjut dari pemerintah pascabencana tahun 2018.

Ia merincikan pergerakan tanah menyebabkan penurunan dasar rumah milik Benyamin Nenohaifeto (43) dan Mateus Demin (56) pada tahun 2018. Peristiwa itu telah dilaporkan ke pemerintah desa namun tidak ditindaklanjuti.

Kemudian pada tahun 2019, pergerakan tanah juga menyebabkan retakan dan penurunan blok tanah di beberapa rumah di Kampung Wae Munting. Kerusakan rumah warga akibat pergerakan tanah pun kembali terjadi pada 2020 dan 2021 yang menyebabkan 4 rumah warga rusak.

Ia memastikan sudah dilaporkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai Barat, tetapi tidak segera ditindaklanjuti. Baru-baru ini, petugas BPBD Manggarai Barat kembali turun ke Kampung Wae Munting hanya untuk mengecek dampak pergerakan tanah.

Viktor berharap agar pemerintah menghadirkan tenaga ahli untuk meneliti fenomena pergerakan tanah yang terus menerus mengancam kehidupan ratusan warga di dua wilayah itu.

“Warga ingin mengetahui gambaran keadaan yang diberikan oleh ahli tanah karena mereka telah melalui tiga tahun kehidupan dengan resah ketika hujan dan gempa terjadi,” kata Viktor.

Viktor kembali berharap kepastian informasi tentang fenomena tanah bergerak tersebut serta tindaklanjut pemerintah ke depan. Sebab, mereka pun telah mengumpulkan kartu tanda penduduk dan kartu keluarga sesuai permintaan pemerintah daerah.

Untuk diketahui, Kampung Wae Munting dan Kampung Dange merupakan dua kampung dalam Dusun Tado, salah satu wilayah pelosok di Mabar.

Jarak tempuh Dusun Tado dari Kota Labuan Bajo berkisar 45 km melalui Simpang Dahot-Pusut-Bibang-Simpang Ndiri dengan kondisi jalan berkelok sekitar enam kilo dari Simpang Ndiri.

Kampung Wae Munting memiliki banyak sumber mata air pada bagian atas kampung. Kampung itu diapit Sungai Wae Dongka di sebelah kanan atau barat dan Sungai Wae Tiku Dange di sebelah kiri atau timur.

Kepala Dusun Benteng Tado Mikael Agung menyebut jumlah penduduk di Kampung Wae Munting sebanyak 225 jiwa dan 62 KK serta Kampung Dange berjumlah 186 jiwa dan 52 KK.

“Ada tiga kampung, tapi tidak ada laporan dampak fenomena pergerakan tanah dari satu kampung lain yakni Mengkaleng. Kalau Dange ada 186 jiwa dan Wae Munting 225 jiwa,” sebut Mikael.

Kondisi kerusakan rumah warga yang terpantau wartawan di Kampung Wae Munting bervariasi pada tiap rumah. Ada rumah warga yang roboh dan hancur, tanah terbelah, lantai dan dinding rumah retak, serta fondasi yang bergeser dari bangunan awal. Panjang, lebar, dan kedalaman dari setiap kerusakan pun bervariasi di tiap rumah.

Ian Bala

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA