Warga Selalejo Timur Terpaksa Mengonsumsi Air Rasa Asam

Mbay, Ekorantt.com – Agnes Tuku (39) dan keluarga terpaksa mengonsumsi air rasanya asam selama bertahun-tahun. Tidak ada pilihan selain memanfaatkan air itu untuk kebutuhan minum, masak, mandi dan mencuci setiap hari.

Bukan saja keluarga Agnes, 271 jiwa warga lainnya di tiga kampung Dusun 2, Desa Selalejo Timur, Kecamatan Mauponggo, Kabupaten Nagekeo juga menggunakan air itu. Mereka terpaksa mengadaptasi dengan kondisi yang ada meski tidak layak dari sisi kesehatan.

Desa Selalejo Timur berada di wilayah ketinggian dengan keadaan topografi yang sulit serta struktur tanah subur. Daerah itu (Dusun 2) berbatasan dengan Desa Kotakeo 2, Kecamatan Nangaroro yang juga sering menyuplai komoditi seperti cengkih, pala dan kopi.

Meski kondisi wilayah subur dan menghasilkan, kendala air bersih yang sehat menjadi persoalan yang paling utama bagi warga setempat. Agnes menyebutkan, selain rasanya asam, tekstur air yang dikonsumsi setiap hari berkapur dan melengket.

Air rasa asam dan berkapur itu berasal dari mata air Loka Tonga dan Mila. Kedua mata air itu berada di wilayah pegunungan, tak jauh dari pemukiman. Jaringan perpipaan sudah tersambung ke beberapa titik simpul warga.

“Kalau musim panas, biasanya ada zat kapur kekuningan yang mengendap. Air jernih tapi kalau minum tetap asam, juga seperti lengket-lengket kalau mandi,” ujar Agnes, Sabtu pekan lalu.

Agnes dan keluarga memang berpasrah dengan kondisi air yang tak layak dikonsumsi itu. Meski jumlah air berlimpah, namun untuk kebutuhan minum dan memasak mereka kurangi. Saat haus misalnya, mereka mengambil sedikit takaran untuk minum, selebihnya tahan diri.

Dari segi kesehatan, Agnes sendiri sudah merasakan dampak dari kurangnya mengonsumsi air. Ia sering mengalami sakit lambung dan nyeri pada bagian pinggang.

Selain urus kesehatan diri sendiri dan anak-anaknya, Agnes harus bersusah payah merawat mertuanya yang kini sedang mengalami sakit ginjal akibat kekurangan konsumsi air selama bertahun-tahun.

Ketua RT 05, Hipolitus Tue Wula (28) juga mengalami hal yang sama. Kekurangan mengonsumsi air minum yang layak juga dialami oleh keluargannya. Ayahnya divonis menderita sakit ginjal hingga akhirnya meninggal dunia.

“Dari penjelasan medis, bapak saya sakit ginjal karena salah satu masalah itu kekurangan konsumsi air minum,” ujar Hipolitus.

Hasil Uji Air

Bidan Desa Selalejo Timur, Maria Anjelina Ari (27) menuturkan keadaan air bersih di Kampung Loka Tonga dan Mila sudah diuji oleh petugas medis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo. Ada 8 (delapan) rumah warga yang diambil sampel air.

Ia menyatakan hasil uji kelayakan air bersih langsung ditempel di pintu rumah warga. Adapun sampel air minum lainnya dibawa petugas ke lab Puskesmas Boawae.

“Jadi, waktu itu saya dampingi dua petugas dari kabupaten selama tiga hari di sini. Mereka ambil sampel di rumah warga yang sudah ditentukan. Lalu hasilnya mereka laporkan ke desa dan ditempel di rumah-rumah warga yang diambil sampel air,” jelas Anjelina.

Keluarga Ignasius Koba (54) di RT 05, Dusun 2 Mila adalah salah satu rumah yang ditentukan pemerintah untuk diuji kadar airnya. Hasil studi kualitas air minum rumah tangga masih menempel di muka pintu.

Di situ juga tertera jumlah zat padat terlarut atau Total Dissolve Solid (TDS), keadaan suhu serta tingkat keasaman air atau pH.

Hasil pengujian kelayakan air rumah tangga pada 8 Desember 2020 lalu di rumah Ignasius tertulis TDS : 272 mg/L, Suhu : 20 derajat celsius dan pH : 3,7.

“Setelah tempel hasil itu, mereka (petugas) bilang air tidak layak diminum, lalu mereka pergi. Yah, kami terpaksa minum air ini,” kata Ignasius.

TERKINI
BACA JUGA