Ikhtiar Petani Muda Bangun Pertanian Berkelanjutan

Maumere, Ekorantt.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah petani muda hanya 8 % dari total 33,4 petani di Indonesia pada tahun 2019. Petani usia di atas 40 tahun masih mendominasi, sekitar 30,4 juta orang.

Lebih mengkhawatirkan, regenerasi petani muda berjalan di tempat. Dalam catatan BPS, misalnya, terjadi penyusutan 415.789 petani pada periode 2017-2018.

Di tengah kemelut tersebut, muncul harapan dari sekelompok petani muda di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang tergabung dalam Kelompok Moeda Tani Farm. Adalah Yance Maring (31) yang mengawalinya.

Berbekal ilmu yang didapat selama di Israel, Yance menggarap lahan kritis di kampung halamannya dengan sistem irigasi tetes. Lahan gersang yang kering kerontang pun menjadi lahan pertanian yang produktif.

“Saya awalnya coba buka lahan 1 hektare untuk hortikuktura. Hasilnya bagus,” kata Yance.

iklan

Bersama empat kawannya yang lain, Yance lalu membentuk Kelompok Moeda Tani Farm dan menggarap lahan yang lebih luas. “Kami sewa pakai lahan Pemkab Sikka sekitar lima hektere,” ujarnya.

Mereka mengembangkan sistem irigasi tetes menggunakan smart farming irrigation system. Sistem ini berbeda dengan sebelumnya yang hanya menggunakan selang irigasi sederhana, sehingga airnya tidak stabil.

Menurut Yance, metode baru yang digunakan itu, bisa mengendalikan sistem pengairan, sensor NPK tanah, sensor PH tanah, sensor kelembaban tanah, sensor suhu, sensor water level, dan sensor flow water semua yang dikendalikan dalam satu aplikasi android.

Pola pertanian seperti ini sangat efektif untuk daerah kering seperti di NTT, apalagi disokong dengan penggunakan fitur teknologi yang canggih.

Kelompok Moeda Tani Farm telah menikmati hasil. Tanaman hortikultura seperti tomat dan cabai laku di pasaran.

Hal yang membanggakan bahwa Yance dan teman-temannya pelan-pelan mengurangi ketergantungan masyarakat lokal dari produk pertanian luar daerah.

“Selama ini berton-ton tomat datang dari Makassar. Kita di sini kurang sekali. Padahal kita punya lahan yang luas,” kata Yance.

Hal yang sama dilakukan oleh Gestianus Sino (38) di Desa Penfui Timur, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Gesti mulai bertani sejak tahun 2013, setamat kuliah dari Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana Kupang.

Pekerjaan pertama yang dilakukannya adalah mencungkil karang di permukaan tanah seluas 1,2 hektare miliknya. Lubang bekas karang ditambal dengan tanah, kemudian digembur, membentuk bedeng-bedeng berjejer rapi. Dia lalu meracik pupuk kompos. Kotoran hewan dan dedaunan diolah menjadi pupuk organik, untuk kemudian ditabur ke lahan.

Di lahan pertaniannya itu, Gesti memadukan beberapa kegiatan yakni pertanian, peternakan, dan perikanan. Ia menanam beraneka macam sayuran sembari membudidayakan lele, itik, dan kambing. Itulah yang ia namakan sebagai pertanian organik terpadu.

Saat masa panen tiba, sayur-sayuran segar dan buah dipetik lalu dijual. Sementara yang tidak terpakai, diolah kembali untuk makanan hewan dan pupuk. Demikian pula kotoran hewan akan dijadikan pupuk.

“Buah-buahan yang tidak laku akan diolah jadi pupuk cair. Kita punya mesin untuk mengolahnya. Air bekas kolam lele juga disiram ke bedeng, jadi pupuk cair. Artinya kita bentuk ekosistem yang punya dampak bagi lingkungan,” tutur Gesti kepada Ekora NTT pada 2 Juli 2022 lalu.

Motivasi Gesti untuk mengembangkan pertanian organik terpadu tidak terlepas dari upaya menciptakan pertanian yang berkelanjutan. Baginya, lahan harus direkayasa bukan saja untuk hari ini tapi untuk masa depan.

Gesti meyakini bahwa pertanian organik akan melahirkan tanah yang sehat, tanaman yang sehat, dan tentu saja manusia yang mengonsumsi produk pertanian organik pun akan sehat.

Khusus pemasaran, Gesti tidak kesulitan. Ada yang datang langsung ke kebun. Ada pula yang memesan lewat pasar digital bernama GS Organik yang tersedia di aplikasi handphone.

Selain memberikan asupan pangan yang sehat bagi pelanggan, Gesti juga memperoleh keuntungan ekonomi dari pengembangan pertanian organik. Bahkan selama pandemi, pemasaran produk pertaniannya tetap stabil.

Manajer Fungsi Perumusan KEKDA Provinsi, Greis Dewi Roma Ito Simamora menyerahkan bantuan BI NTT kepada Yance Maring

Pertanian Jadi Andalan

Pengalaman Gesti sejalan dengan catatan BI NTT bahwa sektor pertanian tetap tumbuh positif ketika sektor-sektor yang lain ambruk di tengah pandemi. “Kita ingat pada saat pandemi di 2020, 2021, kita lihat perdagangan negatif, konstruksi itu juga tumbuh negatif, pariwisata apalagi tumbuh negatif,” jelas Manajer Fungsi Perumusan KEKDA Provinsi, Greis Dewi Roma Ito Simamora mewakili Kepala Perwakilan BI NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja.

Perdagangan berkurang, kata Greis, karena orang mulai menahan konsumsi akibat berkurangnya pendapatan. Kemudian konstruksi juga sempat terhambat.

“Kenapa? Karena anggaran pemerintah direfokusing sehingga tidak ada pembangunan karena anggaran direalokasi ke tempat lain. Atau pun swasta mau masuk investasi juga kan wait and see karena perekonomian kita,” bebernya lebih lanjut.

Greis menjelaskan bahwa perekonomian Provinsi NTT sangat bergantung pada sektor pertanian. Sekitar 29 persen ekonomi NTT ada di pertanian.

“Artinya kalau pertanian kita maju, maka daerah kita akan maju, ekonomi kita akan maju. Jadi NTT yang tadinya kemiskinannya sangat tinggi itu bisa kita tekan dengan pertanian,” jelas Greis

Mengetahui bahwa sektor pertanian sangat menjanjikan, BI NTT sangat peduli dengan pengembangan pertanian. Salah satu wujud kepedulian itu yakni pendampingan kelompok UMKM.

BI NTT telah mendampingi 539 kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tersebar merata di seantero NTT. Dari angka tersebut, 49 diantaranya adalah UMKM binaan dan 490 merupakan UMKM mitra.

Greis mengatakan, cakupan UMKM itu beraneka macam. Mulai dari pertanian, pendidikan, peternakan hingga tenun ikat.

“Ada macam-macam usaha yang memang mendorong perekonomian rakyat,” kata Greis.

Pendampingan BI NTT, jelas Greis, ditunjukkan melalui klaster binaan. Dan sekarang ini pihaknya fokus pada korporatisasi.

“Kita menata kelembagaan. Lalu yang berikut, kita lakukan dan tingkatkan kapasitas tapi basisnya itu merujuk pada usaha yang mereka geluti,” jelasnya.

Misalnya untuk peternak sapi, BI NTT memfasilitasi pelatihan tentang teknik budidaya yang baik, lalu pelatihan manajemen pakan dan manajemen penggemukan.

“Kalau di padi, bagaimana mereka berproduksi secara optimal. Kita kasih pelatihan teknik budidaya yang baik,” ujarnya.

Greis menambahkan, pihaknya fokus pada upaya digitalisasi dan mendorong hilirisasi produk UMKM dampingan. Upaya hilirisasi dilakukan lewat kerja sama antar-daerah dan menghasilkan produk turunan dari bahan mentah yang sudah tersedia.

“Kita jangan hanya menjual barang mentah. Ketika over suplay, kita dorong lahirnya produk turunan. Contohnya di Semau kita fasilitasi bawang goreng. Kita kasih pelatihan,” sebutnya.

Tiga Isu Utama

Sektor pertanian memang menjadi isu strategis saat kegiatan Presidensi G20. Tiga isu prioritas yang diangkat yakni, pertama, membangun sistem pangan dan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan.

Kedua, promosi perdagangan pangan yang terbuka, adil, dan dapat diprediksi serta transparan. Ketiga, mendorong bisnis pertanian yang inovatif melalui pertanian digital untuk memperbaiki kehidupan petani di wilayah pedesaan.

Dalam sebuah Webinar pada Maret lalu, Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pertanian yang Ade Candradijaya mengatakan, sejumlah isu ini akan dideklarasikan oleh para menteri pertanian Presidensi G20

Ade mengatakan, negara-negara G20 harus terus bersinergi untuk memastikan ketahanan pangan dan gizi. Apalagi pandemi menyebabkan pembatasan pergerakan barang dan jasa di tingkat lokal, regional, dan global.

Oleh sebab itu kepastian ini bisa diwujudkan melalui keseimbangan jaminan produksi pangan dan pertanian nasional, jaminan keandalan, kepastian, dan keadilan perdagangan pangan dan pertanian lintas batas negara.

G20 perlu mendukung peran krusial dari sektor pertanian dalam menyediakan pangan dan gizi yang penting bagi semua orang serta menjamin pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan tanpa membiarkan satu orang pun tertinggal di belakang.

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA