Ruteng, Ekorantt.com – Warga Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), mulai resah menyusul harga beras yang terus melambung selama dua bulan belakangan. Pasalnya, harga beras naik Rp14.000 per kilogram dari sebelumnya Rp10.000 per kilogram.
“Tentu kenaikan harga beras ini, membuat kami masyarakat gelisah,” kata Rian, salah seorang warga Kota Ruteng kepada Ekora NTT, Senin, 13 Maret 2023.
Rian bilang, naiknya harga beras membuat warga kesulitan. Apalagi baru saja dilanda pandemi Covid-19, yang menyebabkan banyak orang kehilangan pendapatan dan pekerjaan.
Menurutnya, naiknya harga beras di Ruteng karena pasokan beras dari petani berkurang akibat gagal panen. Oleh sebab itu, hal ini mesti menjadi perhatian serius pemerintah.
“Tentu kami sangat cemas. UMR daerah kita kecil. Upah pekerja harian juga kecil. Pendapatan para ojek juga kecil. Belum lagi mereka yang masih belum dapat kerja akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK),” ujarnya
Elfrit Sanjoyo, pedagang beras di Pasar Inpres Ruteng, membenarkan bahwa harga beras mengalami kenaikan.
“Untuk sekarang harga beras di pasar ini rata-rata Rp14.000. Semenjak mengalami kenaikan memang belum turun sampai sekarang,” katanya.
Ia menjelaskan, faktor utama naiknya harga beras karena berkurangnya pasokan beras yang masuk ke Manggarai. Apalagi beras yang dijual berasal dari Surabaya dan Makassar.
Meski harga naik, namun warga tetap membelinya.
“Untuk sementara, kami punya stok yang tersisa sekitar delapan ton. Biasanya dengan jumlah ini akan habis selama tiga hari,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Hasim, seorang penjual beras di Pasar Inpres Ruteng.
Hasim mengaku, menjual beras dengan harga Rp14.000 per kilogram. Sementara per karung berisi 50 kilogram dipatok dengan harga Rp650.000.
Hasim berharap pemerintah segera mengambil langkah, sehingga harga beras di Kota Ruteng kembali stabil.
“Itu yang kami harapkan. Karena kami juga alami kerugian kalau stoknya berkurang,” tutupnya.
