Ruteng, Ekorantt.com – Yayasan Ayo Indonesia mengajak mahasiswa Fakultas Kesehatan Unika Santu Paulus Ruteng untuk peduli pentingnya bicara kesehatan jiwa. Hal tersebut dilakukan melalui lomba debat dan pidato yang digelar pada Minggu, 27 Oktober 2024.
Kegiatan bertajuk ‘Membangun Kampus Sehat Jiwa: Mendorong Kepedulian, Mendobrak Stigma’ itu berlangsung di Aula Unika Santu Paulus Ruteng dengan melibatkan tiga program studi (Prodi), yakni Prodi Keperawatan, D3 Kebidanan, dan S1 Kebidanan.
Direktur Yayasan Ayo Indonesia, Tarsisius Hurmali mengatakan, kesehatan jiwa masih menjadi isu yang terpinggirkan dan jarang dibahas oleh publik.
Menurutnya, stigma negatif dan kurangnya pemahaman akan pentingnya kesehatan jiwa sering kali menghalangi kita untuk memberikan perhatian yang cukup pada hal ini. Namun, kesadaran akan kesehatan jiwa harus dibangun bersama-sama, terutama di lingkungan pendidikan, di mana generasi muda tengah belajar dan berkembang.
Melalui lomba debat dan pidato, dia berharap, para mahasiswa dapat menggali pemikiran-pemikiran kritis, berani menyuarakan pandangan mereka, dan membentuk sikap peduli terhadap kesehatan jiwa.
“Kalian adalah agen perubahan, dan saya percaya bahwa dari sinilah bisa lahir pemimpin-pemimpin masa depan yang lebih peka dan berempati terhadap sesama,” ujar Tarsi.
“Kami di Ayo Indonesia sangat bangga bisa mendukungnya,” tambahnya.
Ia meyakini, bila inisiatif kecil terus dikembangkan maka akan menjadi langkah besar dalam membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa di seluruh lapisan masyarakat, khususnya di kampus.
“Semoga kita semua semakin termotivasi untuk menjadi bagian dari perubahan positif dalam mendorong kepedulian dan mendobrak stigma seputar kesehatan jiwa,” terangnya.
Terpisah, Program Officer Community Based Mental Healt pada Yayasan Ayo Indonesia, Jeri Santoso mengungkapkan, penelitian Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022 mengemukakan bahwa sekitar satu dari 20 remaja usia 10-17 tahun didiagnosis memiliki gangguan mental, termasuk depresi dan kecemasan, yang dapat mempengaruhi performa akademik serta kehidupan sosial mereka.
Di kampus, stigma terhadap kesehatan jiwa sering kali membuat mahasiswa enggan mencari bantuan. Karena itu, melalui kegiatan ini diharapkan tercipta ruang diskusi terbuka yang mampu mendorong perubahan sikap, sekaligus memperkuat kesadaran pentingnya menjaga kesehatan mental bagi seluruh civitas akademik.
“Kegiatan debat dan pidato juga menjadi bagian dari upaya berkelanjutan Universitas Katolik Santu Paulus Ruteng dalam mendukung program kesehatan jiwa berbasis masyarakat dan akademik, melalui kolaborasi dengan Yayasan Ayo Indonesia,” jelasnya.
Jeri memandang, kompetisi ini akan menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi isu kesehatan jiwa, baik dalam dimensi pribadi maupun sosial, serta merumuskan solusi yang dapat diimplementasikan di tingkat kampus dan masyarakat luas.
Theresia Anjelita Jehuman, salah satu peserta kegiatan mengatakan, materi tentang kesehatan jiwa sangat bermanfaat bagi para mahasiswa, apalagi waktu kesibukannya cukup tinggi.
“Jika Kesehatan jiwanya baik maka dia mampu beradaptasi dengan lingkungan kampus dengan baik pula,” katanya.
Menurut dia, bila mahasiswa mampu beradaptasi dengan baik maka ia bisa seluasnya mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, baik kemampuan akademik maupun non-akademik.
Akan tetapi, peran kampus juga sangat penting dalam melihat kesehatan jiwa mahasiswa. Seseorang dikatakan gangguan jiwa bisa dilihat dari ekspresi maupun gesturnya, kata Theresia.
“Keterlibatan kampus sangat penting. Kampus sebagai tempat utama perkembangan mahasiswa,” tutupnya.