Maumere, Ekorantt.com – Para petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Hortikultura (APH) mendapat tawaran untuk memasok kebutuhan sayur dan buah-buahan mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi peserta didik di Kabupaten Sikka.
“Saya sudah dihubungi oleh salah satu calon pengelola MBG supaya menyediakan sayur dan buah-buahan. Saat ini, persediaan sayur dan buah-buahan para petani sangat memadai,” kata Ketua APH Kabupaten Sikka, Rofinus IM Luer kepada Ekora NTT, Jumat, 10 Januari 2025.
Program MBG, menurut Rofinus, menjadi peluang pasar baru bagi petani. Usaha tanaman hortikultura lebih banyak berasal dari Kecamatan Nita, Waigete, dan Magepanda.
Rofinus mengatakan Desa Tilang yang dipimpinnya memiliki luas lahan hortikultura seluas 15 hektare dari keseluruhan lahan hortikultura seluas 23 hektare di Kecamatan Nita.
“Di Desa Tilang dominan tanaman tomat, cabai besar, cabai keriting, dan cabai rawit, buncis, semangka, dan ketimun,” Rofinus menambahkan.
Program MBG, kata Rofinus, tentu saja bikin petani semangat untuk menanam lebih banyak. Lagipula saat ini harga hortikultura cenderung lebih baik.
Dia menjelaskan, tanaman tomat bisa dipanen setelah usia 60 hari, usia cabai antara 75-90 hari, sedangkan ketimun dan buncis dipanen pada usia 40-50 hari.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Yohanes Satriawan mengklaim tanaman hortikultura cukup tersedia untuk menyuplai kebutuhan sayur dan buah-buahan program MBG.
Dia mengatakan, program MBG merupakan salah satu peluang baru bagi petani mengembangkan usaha lebih besar. Selama ini, petani hanya mengandalkan pasar-pasar tradisional di Kota Maumere dan pasar di kecamatan.
“Kami akan mendorong para petani supaya mengembangkan penanaman dan meningkatkan kualitas tanamannya,” kata Jemi Sadipun, sapaan Yohanes Satriawan, kepada Ekora NTT pada Jumat siang.
Belum Berjalan
Sejak diluncurkan pada Senin, 6 Januari 2024, program makan bergizi belum bisa dijalankan di Kabupaten Sikka. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sikka, Germanus Goleng, mengatakan belum mengetahui pasti kapan program MBG yang berjalan.
“Beberapa waktu yang lalu saya didatangi utusan Yaspem dan Yayasan Tani Mandiri meminta data anak sekolah untuk program MBG,” kata Germanus.
Sementara itu, Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Sikka Margaretha M. Da Maga Bapa atau Femmy Bapa berkata belum menerima petunjuk teknis terkait penerapan program makan bergizi gratis.
“Kita belum mulai karena kita belum ada arahan teknis lebih lanjut. Kami masih menunggu juknisnya (petunjuk teknis),” kata Femmy Bapa kepada Ekora NTT saat ditemui di ruang kerjanya, Senin, 6 Januari 2024.
Padahal, Pemkab Sikka sudah menerima arahan untuk menyiapkan dana sebesar 0,75 persen dari total APBD atau kurang lebih 750-an juta rupiah.
Buntut dari belum adanya juknis, kata Femmy Bapa, pihaknya belum mengetahui langkah lebih lanjut terkait intervensi mekanisme pengelolaan, distribusi, serta penempatan dapur-dapur gizi.
“Pada prinsipnya kalau itu sudah turun ya kita siap untuk berkolaborasi dengan semua pihak yang disyaratkan untuk melaksanakan itu,” pungkasnya.
Penulis: Eginius Moa & Petrus Popi