Pemprov NTT Dorong Program Makan Bergizi Gratis Manfaatkan Potensi Lokal

Ia berharap bahan baku seperti sayuran, telur, daging ayam dan telur, dan ikan berasal dari petani, peternak dan nelayan di NTT.

Kupang, Ekorantt.com Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mendorong pemanfaatan potensi lokal dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis.

Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto berharap agar program di bawah naungan Badan Gizi Nasional ini dapat meningkatkan perputaran ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya lokal.

“Kita ingin bahan makanan yang dimanfaatkan itu datang dari masyarakat kita sendiri,” kata Andriko saat meninjau pelaksanaan program makan bergizi gratis di SD Katolik St. Yoseph Noelbaki, Kabupaten Kupang pada Rabu, 8 Januari 2025.

Ia berharap bahan baku seperti sayuran, daging ayam dan telur, dan ikan berasal dari petani, peternak dan nelayan di NTT.

“Jadi selain kita mendukung program makan bergizi gratis untuk pemenuhan gizi dan penurunan angka stunting pun sebaliknya juga bermanfaat bagi ekonomi masyarakat lokal,” kata Andriko.

Peluncuran program makan bergizi gratis di NTT berlangsung di SMAN 1 Kupang Tengah, Kabupaten Kupang pada Senin, 6 Januari 2025 lalu.

Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Nusa Tenggara Timur meluncurkan program makan bergizi gratis (MBG) perdana di 12 sekolah dengan total penerima manfaat 3.062 pelajar.

Mulai Terima Tawaran

Manfaat langsung program makan bergizi gratis milik Presiden Prabowo Subianto itu mulai terendus di Kabupaten Sikka, NTT.

Para petani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Hortikultura (APH) mendapat tawaran untuk memasok kebutuhan sayur dan buah-buahan mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi peserta didik di Kabupaten Sikka.

“Saya sudah dihubungi oleh salah satu calon pengelola MBG supaya menyediakan sayur dan buah-buahan. Saat ini, persediaan sayur dan buah-buahan para petani sangat memadai,” kata Ketua APH Kabupaten Sikka, Rofinus IM Luer kepada Ekora NTT, Jumat, 10 Januari 2025.

Hasil panen tanaman hortikultura di Desa Tilang, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka (Foto: Dok. Rofinus IM Luer).

Program MBG, menurut Rofinus, menjadi peluang pasar baru bagi petani. Usaha tanaman hortikultura lebih banyak berasal dari Kecamatan Nita, Waigete, dan Magepanda.

Rofinus mengatakan Desa Tilang yang dipimpinnya memiliki luas lahan hortikultura seluas 15 hektare dari keseluruhan lahan hortikultura seluas 23 hektare di Kecamatan Nita.

“Di Desa Tilang dominan tanaman tomat, cabai besar, cabai keriting, dan cabai rawit, buncis, semangka, dan ketimun,” Rofinus menambahkan.

Program MBG, kata Rofinus, tentu saja bikin petani semangat untuk menanam lebih banyak. Lagipula saat ini harga hortikultura cenderung lebih baik.

Dia menjelaskan, tanaman tomat bisa dipanen setelah usia 60 hari, usia cabai antara 75-90 hari, sedangkan ketimun dan buncis dipanen pada usia 40-50 hari.

Guru Harus Beri Edukasi

Selain pemanfaatan potensi lokal, Andriko juga meminta para guru untuk memberikan edukasi terkait pentingnya program makan bergizi gratis.

Menurut Andriko, makanan bergizi memiliki manfaat bagi tubuh.

Ia mengakui ada beberapa anak yang tidak suka makan sayur. Di situlah menurut dia, peran para guru untuk memberikan edukasi bagi anak bahwa “kelengkapan karbohidrat, vitamin dan protein penting bagi pertumbuhan mereka.”

Ia berharap keseluruhan program ini melalui keberadaan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang ada di 749 titik yang tersebar di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat segera diimplementasikan.

Andriko kemudian ingin NTT diprioritaskan karena memiliki jumlah stunting paling tinggi kedua di Indonesia. Berdasarkan data aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat per Februari 2024, prevalensi stunting di NTT 15,2 persen atau 61.961 anak stunting.

“Jadi masyarakat yang hidup sehat, aktif dan produktif untuk generasi emas 2045, berangkat dari program makan bergizi gratis seperti yang kita laksanakan hari ini,” kata Andriko.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA