Ende, Ekorantt.com – Seorang bayi asal Desa Loboniki, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia setelah gagal mendapat pertolongan medis yang cepat akibat terhalang jalan putus di Desa Tou, Kecamatan Kota Baru, yang dihantam material banjir pada Minggu, 2 Februari 2025.
Hujan lebat yang melanda wilayah tersebut sejak beberapa hari terakhir mengakibatkan longsor dan kerusakan jalan, termasuk di Desa Tou, yang menghubungkan Kota Baru dengan Maumere.
Keadaan ini menghalangi akses kendaraan, termasuk mobil ambulans Puskesmas Loboniki yang hendak merujuk pasien ke rumah sakit di Maumere.
Perawat Puskesmas Loboniki, Maria Ermalinda dan Albina Mane, yang menangani proses persalinan tersebut, menceritakan bahwa kejadian bermula saat seorang ibu hamil, Yuliana Sona, datang ke puskesmas pada sore hari untuk melahirkan anak keduanya.
Proses persalinan yang berlangsung cukup lama, hingga pukul 03.00 dini hari, melahirkan bayi dengan kondisi tidak normal. Sang ibu selamat, namun bayi tidak menangis dan tampak kesulitan bernapas.
Dalam kondisi darurat, listrik padam sehingga komunikasi dengan rumah sakit di Ende terputus.
Dengan pertimbangan waktu dan jarak, kedua perawat memutuskan untuk merujuk bayi tersebut ke Rumah Sakit TC Hilers di Maumere, yang hanya berjarak sekitar satu jam perjalanan. Sementara itu, perjalanan ke Ende akan memakan waktu lebih lama, sekitar empat jam.
Namun, perjalanan mereka terhambat saat sampai di Desa Tou. Jalan yang sebelumnya dapat dilalui, kini terputus total akibat banjir yang menggerus badan jalan dan membentuk alur sungai.
Mereka pun terpaksa menunggu hampir satu jam untuk mencari kendaraan lain. Beruntung, sebuah mobil pikap bersedia mengangkut mereka.
Namun, nasib buruk kembali menghampiri. Pikap yang mereka tumpangi terperosok di lumpur setelah beberapa kilometer berjalan, dan meskipun berusaha mendorongnya, laher mobil pecah, sehingga perjalanan mereka kembali terhambat.
Setelah itu, sebuah mobil ikan yang datang dari arah Maumere bersedia membantu mereka. Dengan perjuangan tersebut, mereka tiba di Rumah Sakit TC Hilers Maumere sekitar pukul 06.00 pagi.
Namun, setelah mendapat penanganan medis di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD), bayi tersebut dinyatakan tidak dapat tertolong.
“Kami sudah berusaha sekuat tenaga, tapi mungkin ini sudah takdirnya,” ujar Albina dengan nada datar.
Peristiwa ini mendapat perhatian dari anggota DPRD Kabupaten Ende, Vinsensius Sangu, yang menyampaikan apresiasi atas usaha keras para perawat meskipun bayi tersebut akhirnya tidak selamat.
Vinsen juga memberikan beberapa catatan penting untuk perhatian pemerintah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Ende. Terutama terkait ketersediaan tenaga dokter di puskesmas-puskesmas, termasuk Puskesmas Loboniki.
Vinsen menekankan pentingnya keberadaan dokter yang tetap memberikan pelayanan meski status mereka sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS) belum diterima secara resmi.
Keberadaan dokter di puskesmas sangat vital bagi masyarakat, terutama di daerah terpencil seperti Loboniki.
Vinsen juga mengingatkan agar fasilitas di puskesmas, khususnya di daerah-daerah perbatasan dan rawan bencana, perlu lebih diperhatikan.
Ia menyarankan agar ambulans dilengkapi dengan peralatan medis yang memadai untuk pertolongan pertama pada bayi dan ibu hamil. Ini penting agar penanganan medis bisa segera dilakukan di tempat sebelum dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar.
Vinsen menyoroti pentingnya evaluasi terhadap jalur rujukan rumah sakit, terutama di daerah perbatasan, yang sering terhambat oleh kondisi alam dan infrastruktur yang kurang memadai.
Ia berharap pemerintah dapat memperhatikan masalah ini untuk mencegah kejadian serupa terulang ke depannya.