Desa Nitunglea di Pulau Palue Masih Berstatus Desa Sangat Tertinggal

Selain faktor instruktur jalan, item-item lainnya yang menjadi indikator IDM juga belum maksimal, katanya.

Maumere, Ekorantt.com – Desa Nitunglea di Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka selalu jadi desa dengan status desa sangat tertinggal, sejak terbentuk pada 1968.

Pada 2024, indeks desa membangun (IDM) yang menjadi ukuran perkembangan suatu desa, dengan tolok ukurnya pada indeks ketahanan ekonomi, indeks ketahanan sosial, dan indeks ketahanan ekologi menempatkan Desa Nitunglea sebagai desa sangat tertinggal kedua setelah Desa Regapu’u di Kecamatan Paga. Skor IDM hanya di angka 0,4587.

“(Selalu menjadi desa dengan status sangat tertinggal) karena kondisi ekonomi, sosial, dan infrastruktur yang belum memadai,” kata Kepala Desa Nitunglea, Bay Langko, usai Musrembang Kabupaten Sikka tahun 2026 di Aula Sikka Convention Center, Maumere, Kamis, 6 Maret 2025.

Ketiadaan infrastruktur yang memadai menjadi persoalan utama, kata dia, “sehingga akses ekonomi warga menjadi sangat terbatas.”

Memang, kondisi topografi Pulau Palue yang sebagian besar wilayah curam di lereng Gunung Rokatenda, menjadikan akses infrastruktur jalan raya lebih sulit untuk dibangun.

Selain faktor instruktur jalan, item-item lainnya yang menjadi indikator IDM juga belum maksimal, katanya.

Jelas Bay, ketersediaan layanan dasar seperti layanan kesehatan cukup memadai. Akan tetapi, di layanan pendidikan, anak-anak sekolah dasar cukup kesulitan untuk akses ke sekolah, terutama di enam RT dari total 20 RT yang ada di desanya.

“Enam RT tersebut belum ada akses jalan. Masyarakat hanya jalan kaki,” kata dia.

Terlebih, jarak masing-masing RT antara satu dan yang lain cukup berjauhan, tujuh hingga 10 kilometer.

Saat ini, pihaknya telah mendapatkan bantuan anggaran dari anggota DPRD Sikka asal Palue, Manto Eri, melalui dana pokir untuk membuka akses jalan bagi enam RT tersebut.

“Anak-anak sekolah dari keenam RT tersebut terancam putus sekolah. Karena mereka harus jalan kaki dengan topografi yang cukup ekstrem. Bukan lagi mendaki itu, mereka (jalan) seperti memanjat.”

Menurut Bay, hal tersebut terjadi karena SDN Okacere yang awalnya berlokasi di desanya dipindahkan ke desa tetangga, Desa Ladolaka, karena keterbatasan murid.

Bay juga berharap, “karena kondisi yang sudah bertahun-tahun dari tahun 1968 desa ini mekar, semoga tahun ini atau dalam masa kepemimpinan Bapak Bupati dan Wakil Bupati yang baru, ada perubahan untuk desa kami, terutama untuk akses transportasi.”

Pada kesempatan yang sama, Camat Palue, Rudolfus Riba menanggapi pernyataan Bay soal faktor infrastruktur sebagai masalah utama di Desa Nitunglea.

“Kita sudah berjuang baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten untuk hal-hal yang sifatnya infrastruktur, hanya terkendala dari covid-19 sampai dengan hari ini di Musrembang ini belum mendapat anggaran yang pasti soal infrastruktur di sana, apalagi sekarang terkena efisiensi anggaran,” kata Devi, sapaannya.

Kata dia, setiap tahun pihaknya mengusulkan di musrembang, tapi belum pernah diakomodir dalam anggaran.

“Anggaran kabupaten dari covid sampai saat ini belum ada. Yang bisa membantu hanya lewat pokir DPRD.”

“Sebagai pemerintah di Kecamatan Palue kami selalu berupaya, kalau memang tidak diakomodir, kami terus berupaya untuk mendapatkan sumber pendanaan lainnya, atau dari pihak ketiga,” pungkasnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA