Transformasi Kolping Indonesia Dimulai di Ruteng: Saatnya Dorong Kemandirian Iman

Koordinator Pembinaan Kolping Timor Leste, Bonifacio menyampaikan kekagumannya terhadap pelaksanaan konvensi kali ini.

Ruteng, Ekorantt.com – Konvensi Kolping Indonesia ke-IV yang berlangsung pada 29-31 Maret 2025 di Rumah Effata Ruteng, Kabupaten Manggarai, NTT, telah mencatatkan sejarah baru bagi perjalanan organisasi ini.

Dalam suasana yang penuh kehangatan dan kekeluargaan, para peserta merasakan semangat yang membara dan keberagaman yang justru menjadi kekuatan penyatu.

Koordinator Pembinaan Kolping Timor Leste, Bonifacio menyampaikan kekagumannya terhadap pelaksanaan konvensi kali ini.

“Konvensi Kolping Indonesia di Ruteng benar-benar menjadi pengalaman yang sangat berkesan. Suasana kekeluargaan begitu hangat, persis seperti semangat Kolping yang hidup di seluruh dunia,” ungkap Bonifacio.

Menurutnya, pertemuan ini bukan hanya sekadar acara, melainkan juga kesempatan untuk saling bercanda, berbagi cerita, dan menguatkan satu sama lain.

“Ikatan di antara peserta terasa semakin kuat,” tambahnya.

Bonifacio juga melihat dampak nyata dari gerakan Kolping, terutama dalam mendorong kemandirian dan pertumbuhan iman di berbagai komunitas.

“Keberagaman justru menjadi kekuatan yang menyatukan,” katanya.

Konvensi ini lebih dari sekadar pertemuan. Ia menjadi momen penting dalam memperkokoh semangat Kolping untuk mendorong kemandirian dan pengembangan iman, serta memperluas jaringan keluarga Kolping di seluruh Indonesia.

Keberagaman yang ada semakin memperkuat solidaritas antar anggota Kolping dari berbagai daerah.

Sisilia Pawolung, dari Kolping Katiku Loku, juga memuji konvensi Konvensi Kolping Indonesia ke-IV, yang menurutnya, benar-benar menjadi momen yang luar biasa.

Konvensi berhasil menghadirkan orang-orang hebat, memilih Pengurus yang tidak hanya cerdas tetapi juga punya hati, dan semua berjalan dengan baik.

“Saya pribadi merasa ini awal yang sangat baik untuk Kolping Indonesia, apalagi masih sempat menikmati Kolping Tiles dan sesi sharing yang penuh inspirasi,” kata Sisilia.

Komentar serupa datang dari Hendrik Nango, anggota Kolping Lewa yang telah lebih dari 20 tahun berkontribusi di Kolping. 

Menurut dia, konvensi ini adalah karya Roh Kudus yang memberikan semangat baru dalam organisasi.

“Suasana penuh kekeluargaan, banyak masukan berharga untuk membangkitkan kembali keluarga Kolping yang sempat lesu di berbagai Keuskupan,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya pengurus dan pengawas baru yang berasal dari Ruteng, Kupang, dan Sumba.

Hal ini menjadikan Kolping Indonesia semakin inklusif, tidak terpusat di satu wilayah, dan terus menjalankan konsolidasi serta penumbuhan keluarga Kolping dengan semangat, kerja sama, dan transparansi.

Etty Seda, Koordinator Kolping Kupang sejak 2008, juga memberikan pandangannya.

Ia bilang, konvensi ini menghasilkan kesepakatan dalam Anggaran Dasar, yang akan tetap hidup jika dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan.

“Selama perjalanan saya di Kolping, ini adalah kali ketiga saya mengikuti Konvensi Nasional—dan yang ini paling berkesan,” ujarnya.

Etty merasa konvensi kali ini sangat istimewa karena melahirkan ide-ide segar, nama baru Perkumpulan Kolping, serta kepengurusan baru dengan semangat baru.

Tak kalah berkesannya adalah komentar dari Antonia Mbulu, anggota Kolping Kumba dan penerus dari almarhum Alfons Sene, pendiri Kolping Kumba.

“Saya senang sekali mengetahui bahwa ada saudara-saudara Kolping di berbagai tempat di NTT selain Manggarai. Rasanya seperti menemukan keluarga baru dengan spirit Kolping yang sama,” ungkapnya dengan bahagia.

Ia juga sangat terkesan dengan perkembangan keluarga-keluarga Kolping di Ru’a, Lewa, dan Tiles, yang menunjukkan semangat persaudaraan yang kental.

“Ada pertemuan rutin, olahraga bersama, doa bersama, hingga kegiatan ekonomi yang saling menguatkan. Kalau pada akhirnya banyak masalah bisa terselesaikan karena perkumpulan ini… mungkin surga memang terasa makin dekat, ya?” ujarnya dengan penuh haru.

Pemberkatan pengurus Kolping Indonesia Preses Nasional terpilih, RD. Zosemus Erot (Foto: HO)

Pemilihan Pengurus: Demokrasi dalam Gerak

Salah satu momen penting dalam Konvensi Kolping Indonesia ke-IV adalah berlangsungnya pemilihan pengurus yang penuh semangat demokrasi.

Proses pemilihan yang berlangsung secara rahasia, meskipun intens, tetap terjaga dalam suasana hangat dan penuh kekeluargaan.

Dalam hasil pemilihan, Adam Musi, Ketua Kolping Ruteng, terpilih sebagai Ketua Pengurus Nasional yang baru.

Pemilihan ini menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari para anggota terhadap kepemimpinan Adam Musi untuk membawa Kolping Indonesia ke arah yang lebih baik.

Selain itu, Paulce Parera, yang sebelumnya dikenal sebagai sosok berpengalaman dalam pengelolaan organisasi, terpilih sebagai Direktur Eksekutif yang akan memimpin kantor pusat Perkumpulan Kolping Indonesia di Katiku Loku, Sumba Tengah.

Paulce Parera, yang kini mendapatkan mandat penuh, diharapkan segera membentuk tim kerja dan menyusun program-program strategis yang akan menggerakkan langkah Kolping Indonesia. Salah satu langkah konkret yang harus segera dilaksanakan adalah Program 100 Hari.

Program 100 Hari ini mencakup beberapa agenda penting, di antaranya konsolidasi keanggotaan, pendataan ulang Keluarga Kolping, serta pelaksanaan Musyawarah Karya di tiga Keuskupan: Weetebula, Ruteng, dan Kupang.

Selain itu, program ini juga mencakup pengesahan Perkumpulan Kolping Indonesia bersama Notaris terpilih, serta penyusunan Program Kerja 2025.

Dengan kepemimpinan baru dan program kerja yang jelas, Kolping Indonesia berharap dapat terus berkembang dan memberi dampak positif bagi masyarakat di seluruh Indonesia, terutama dalam membangun kemandirian dan iman para anggotanya.

Apa itu Kolping?

Kolping Indonesia, bagian dari gerakan internasional yang didirikan oleh Beato Adolph Kolping, terus berkembang dengan semangat pemberdayaan kaum muda, keluarga pekerja, dan komunitas lokal melalui pendidikan, pelatihan keterampilan, serta penguatan nilai-nilai iman dan solidaritas.

Beato Adolph Kolping (1813–1865) adalah seorang imam Katolik asal Jerman yang menjadi pelopor gerakan sosial bagi kaum buruh pada era Revolusi Industri.

Ia mendirikan Kolpingwerk, sebuah organisasi internasional yang kini telah menyebar ke lebih dari 60 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Kolping masuk ke Indonesia pada tahun 1994, dimulai di Pulau Sumba, dan sejak itu berkembang pesat ke berbagai wilayah seperti Kupang, Kefamenanu, Maumere, Ende, Ruteng, dan Waijarang di Larantuka.

Salah satu momen bersejarah dalam perjalanan Kolping Indonesia terjadi pada Konvensi Kolping Indonesia ke-IV yang berlangsung di Ruteng pada 29–31 Maret 2025.

Konvensi ini dibuka dengan sambutan hangat dari Martinus Todo, Ketua Kolping Indonesia periode 2018–2023.

Dalam pidatonya, Martinus menekankan pentingnya pemilihan Pengurus Nasional yang baru, yang siap membawa Kolping Indonesia ke era baru dengan badan hukum yang baru pula, yakni Perkumpulan Kolping Indonesia.

Konvensi juga menampilkan video sambutan dari Dr. Markus Demele, Sekretaris Jenderal Kolping International, yang mengingatkan bahwa masa depan Kolping Indonesia ada di tangan para anggota dan pengurus, dari tingkat lokal hingga nasional.

“Kolping Internasional akan selalu mendukung, akan selalu ada di samping Kolping Indonesia — sejauh kalian bersatu dan berkomitmen untuk maju dan berkembang,” pesan Markus.

Salah satu langkah signifikan dalam Konvensi ini adalah pengumuman pembubaran Yayasan Karya Kolping berdasarkan Surat Keputusan Ketua Dewan Pembina, Pater Marianus Dapa Talu, CSsR.

Pembubaran Yayasan ini menjadi simbol bahwa Kolping Indonesia siap melangkah dengan semangat baru, meninggalkan bentuk hukum lama dan beralih ke struktur yang lebih partisipatif dan representatif.

Sebagai bagian dari transformasi ini, Konvensi juga menetapkan dan menyetujui Anggaran Dasar Perkumpulan Kolping Indonesia secara bulat.

Penandatanganan Berita Acara Pendirian Perkumpulan dilakukan oleh 13 Anggota Pendiri yang mempunyai hak suara dalam Konvensi, menandai awal baru dalam perjalanan Kolping Indonesia yang lebih inklusif dan terorganisasi.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA