Jakarta, Ekorantt.com – Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem (BBKSDA) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyalurkan bantuan kepada korban bencana alam di wilayah paling terdampak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dua dari tiga lokasi penerima bantuan adalah daerah yang sulit dijangkau, yakni Malaka Barat (Kabupaten Malaka) dan Latena (Kabupaten Sumba Timur). Bantuan berupa nasi bungkus dan ratusan paket bahan makanan pokok disalurkan pada 10-13 April 2021.
“Bekerja sama dengan BKSDAE Provinsi NTT, saya menyalurkan bantuan dari KLHK kepada korban bencana alam di Tode Kisar (Kota Kupang), Malaka Barat (Kabupaten Malaka) dan Latena (Kabupaten Sumba Timur). Tiga lokasi bantuan dipilih karena merupakan lokasi paling terdampak, sulit dijangkau, dan atau juga belum tersentuh bantuan dari pemerintah dan elemen masyarakat lainnya. Latena berjarak 130 kilometer dari pusat kota Waingapu,” kata Ansy Lema di Jakarta, Senin (12/4/2021).
Respon Sigap KLHK
Ansy menceritakan perihal pemberian bantuan KLHK terhadap korban bencana di NTT bermula dari aspirasinya dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR RI bersama Menteri Lingkungan Kerja dan kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, pada Kamis (8/4/2021).
Saat itu, ia mendesak KLHK dan dua kementerian lainnya untuk segera terlibat langsung memberikan bantuan berupa makanan, pakaian, dan berbagai kebutuhan pokok rumah tangga.
Dirinya juga meminta tiga kementerian itu untuk menyiapkan anggaran untuk membangun NTT pascabencana.
“Mendengar usulan kami, Ibu Menteri menginstruksikan BBKSDA NTT agar bekerja sama dengan saya menyalurkan bantuan paket kebutuhan pokok dan nasi bungkus kepada warga paling terdampak bencana alam di NTT. Bantuan dibagikan tim relawan di tiga titik yang telah kami tentukan,” papar Ansy Lema.
KLHK juga telah berkomitmen untuk menindaklanjuti aspirasi Ansy terkait rehabilitasi, renovasi, dan rekonstruksi NTT pascabencana.
Dalam Raker, Ansy telah mendorong KLHK agar menghijaukan daerah hulu sungai, daerah-daerah gundul, terutama daerah tangkapan air (catchman area) dengan melibatkan-memberdayakan masyarakat sekitar. Penghijauan di Daerah Aliran Sungai (DAS), misalnya DAS Benenain di Malaka, DAS Waibara di Sumba Timur dan penanaman ekosistem mangrove di bibir pantai sangat penting sebagai tindakan pencegahan bencana di NTT.
“Bahkan, Ibu Menteri KLHK menginformasikan kepada saya via Whatsapp bahwa ia telah menginstruksikan kepada Dirjen Konservasi dan Sumber Daya Alam Ekosistem (KSDAE) agar turun langsung mendata dan melihat kemungkinan program intervensi KLHK pascabencana di NTT,” tambah Ansy.
Tode Kisar, Malaka Barat, dan Latena
Ansy mengenang Tode Kisar sebagai tempat bermainnya saat masih kecil. Tode Kisar adalah sebuah kelurahan di bibir pantai Kota Kupang yang memiliki pesona keindahan alam pantai. Ketika mengunjungi rumah kakeknya di Tode Kisar, ia selalu menyempatkan diri untuk bermain di pantai serentak menikmati sunset yang indah. Keindahan dan pesona sunset di Pantai Ketapang Tode Kisar masih terkenang sampai sekarang.
“Saat ini keindahan Tode Kisar telah direnggut Badai Seroja. Tode Kisar adalah salah satu wilayah yang paling terdampak bencana di Kota Kupang. Rumah-rumah warga, kapal, dan insfrastruktur yang berada di sekitar pantai hancur remuk akibat gempa. Masyarakat di Tode Kisar saat ini sangat menderita dan tidak berdaya. Itulah alasan saya memilih Tode Kisar sebagai salah satu titik pemberian bantuan KLHK, agar beban mereka dapat diringankan,” lanjut Ansy.
Lebih lanjut, anggota BKSAP DPR RI itu menceritakan perjuangan tim relawan Ansy Lema mengantar bantuan kepada para korban di dua wilayah bencana yang paling sulit dijangkau, yakni Malaka Barat dan Latena. Untuk mencapai dua wilayah tersebut, tim relawan harus melewati jalan yang telah rusak (hampir terputus) dan berlumpur akibat bencana. Namun, ia tetap menginstruksikan untuk mengantar bantuan di dua titik ini.
“Di Sumba Timur, misalnya, ratusan paket bantuan sembako diantarkan ke Desa Latena berjarak 130 km dari Kota Waingapu. Perjalanan ke sana memakan waktu dan dihambat jalanan yang berlobang dan berlumpur. Namun, saya tetap mengutus tim untuk mengantar ke sana karena Desa Latena merupakan salah satu desa di aliran DAS Waibara yang paling terdampak banjir akibat badai Seroja,” ujar Ansy.
Ansy menjelaskan, maksudnya mengantar bantuan ke daerah terpencil seperti di Latena dan Malaka Barat adalah semata-mata ingin menunjukkan kehadiran negara di tengah penderitaan yang dialami warganya. Dilihat dari jumlah dan jenisnya, bantuan tersebut mungkin belum mencukupi kebutuhan korban saat ini.
Namun, pesan yang ingin disampaikan adalah mengirim pesan simbolik kepada para korban bahwa mereka tidak sendiri dan negara serius ingin memperbaiki kehidupan mereka pascabencana. Bantuan super cepat adalah wujud nyata representasi simbolik kehadiran negara.
“Mengantar bantuan ke wilayah terdampak yang sulit dijangkau menunjukkan kehadiran negara, sekaligus mengirim pesan empati kepada para korban. Derita korban adalah derita seluruh warga negara Indonesia. Ini juga menunjukkan bahwa negara serius akan memulihkan mereka dari bencana. Selanjutnya, saya berharap negara juga segera mengirimkan bantuan kepada lokasi sulit dijangkau di Sabu, Alor, Rote, dan daerah-daerah lainnya,” pinta Ansy.
Akhirnya, aktivis reformasi 1998 itu mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan, terutama Menteri LHK, Dirjen KSDAE KLHK, dan jajaran BBKSDA NTT yang telah memberi respon sigap dan bersinergi memberikan bantuan kepada korban di daerah bencana yang sulit dijangkau.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para relawan yang setia berjibaku mengantar bantuan dan menyapa para korban.