Cerita Guru Yohanis Aliyande, Sulap Lahan Kosong Jadi Kebun Hortikultura

Maumere, Ekorantt.com – Banyak hal yang dapat dilakukan selama pandemi Covid-19, salah satunya dengan bertani. Seperti yang dilakukan Yohanis Aliyande, guru Penjaskes di SMK Negeri 1 Maumere.

Sejak tahun 2020, ia memanfaatkan waktu libur pandemi Covid-19 dengan menyulap lahan kosong seluas satu hektare di kampung halamannya Tomu, Desa Paubekor, Kecamatan Koting menjadi lahan hortikultura.

Kepada Ekora NTT Sabtu 15 Mei 2021, Yohanis menuturkan, sejak dahulu ia mempunyai mimpi untuk menjadi petani hortikultura. Keinginan itu pun ia wujudkan saat pulang kampung.

Yohanis mengaku tidak tega melihat lahan kosong di kampung halaman yang hanya dimanfaatkan saat musim hujan. “Saya ingin mengubah mindset petani tradisional karena hanya manfaatkan lahan di saat musim hujan. Setelah panen lahan kebun dibiarkan tumbuh belukar,” ujarnya.

Niat Kerja Sama

Yohanis mengaku usaha tanaman hortikultura tentu mebutuhkan modal, namun yang paling utama adalah niat. Pasti ada jalan.

Awalnya, kisah Yohanis, ia melihat unggahan di media sosial facebook tentang Tilang of Finance Group (ToF). Ia pun berniat untuk bekerja sama dan memutuskan kelompok tani (Poktan) Paulus Tani yang diembaninya selama ini untuk bermitra dengan Tof Groupbulan Agustus 2020 lalu.

Alumni STM Negri Maumere ini mengatakan, sebagian lahan tersebut ditanami mentimun, paria, dan tomat. Di bagian lainnya ditanami cabai keriting, varietas laju.

Yohanis mengaku sangat bahagia. Sebab saat panen perdana pada 15 Mei 2021 lalu, dihadiri orang nomor satu di Kabupaten Sikka, Bupati Roby Idong bersama istri.

“Tetaplah berkarya walau banyak tantangan. Sesuai nama kelompok Paulus Tani harus menjadi pewarta terang di sekitar kamu,” kata Aliyande mengutip pesan singkat Bupati Roby saat panen.

Mantan atlit voli yang pernah membawa Sikka meraih medali emas pada Pordafta 2009 di Sikka ini menjelaskan, tujuan utama Poktan Paulus Tani tidak semata-mata mencari penghasilan. Tetapi lebih dari itu adalah memotivasi generasi milenial untuk tidak berkutat dengan generasi ojek dan handphone.

“Banyak anak muda menyandang gelar sarjana tapi nganggur karna masih tetap berpatokan pada basic ilmu yang diperoleh waktu kuliah. Ditambah tidak mau bekerja dengan tanah kotor. Kami bertiga sebagai orang muda di kelompok Paulus Tani ingin memberi contoh kepada anak- anak muda bahwa profesi petani hortikultura sangat menjanjikan,” katanya.

Mereka juga ingin mengubah mindset petani tradisional di kampung Tomu, Desa Paubekor agar tidak hanya memanfaatkan lahan dengan tanaman jagung, padi ladang, dan ubi- ubian.

“Sebagai generasi muda asal kampung Tomu yang berpendidikan tidak hanya berteori tetapi memberikan contoh bukan hanya kepada petani tradisional tetapi membuka mata anak muda untuk memanfaatkan lahan kosong dengan tanaman hortikultura,” pungkasnya.

Yuven Fernandez

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA