Jakarta, Ekorantt.com – Dalam rangka memperingati 23 Tahun Otonomi Daerah Lembata 12 Oktober 2022, maka akan diadakan kegiatan Seminar Nasional.
Kegiatan yang dimotori oleh H. Sulaiman Hamzah pada awalnya direncanakan untuk launching buku “Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya”.
Menurut H. Sulaiman Hamzah, anggota DPR Dapil Papua yang sejak awal berkontribusi memperjuangkan Otda Lembata mengharapkan agar momen ini dapat menjadi satu evaluasi sekaligus merancang ide kreatif untuk pembangunan Lembata ke depan.
Sulaiman menegaskan bahwa masa depan Lembata akan juga ditentukan oleh tersiapnya SDM yang berkualitas.
Karena itu pada kesempatan lain saat bertemu dengan Yayasan Koker yang saat ini menginisiasi hadirnya Perguruan Tinggi di Lembata, Hamzah mengatakan untuk terus berjuang dan akan berusaha membantu.
Untuk itu, anggota DPR RI Dapil Papua ini meminta maaf kepada Yayasan Koker yang diletakkan dasarnya oleh Victor Nimo Wutun dan kawan-kawan.
“Saya minta maaf karena selama ini saya dengar bahwa yayasan telah bekerja secara konsisten memajukan Lembata melalui pendidikan. Namun, secara pribadi saya belum bisa membantu yayasan yang memiliki nama dua misoinaris di Lembata; P. Conrad Beeker, SVD dan P. Nicholas Strawn, SVD,” demikian ungkapnya, Senin (21/3/2022).
Mendengar permintaan maaf Sulaiman, Wilem Lodjor, salah satu pendiri Yayasan Koker pun langsung membuka suara.
Menurut Wilem, Hamzah sudah pernah menyumbang untuk Yayasan Koker dengan jumlah yang tidak sedikit.
“Pak Haji sudah pernah membantu Yayasan dengan menyumbang Rp20 juta. Itu terus kami ingat dan catat dan tidak akan kami lupakan,” kata Wilem.
Menanggapi apa yang disampaikan Wilem, Hamzah mengatakan bahwa sumbangan itu sudah di masa lalu, jadi tak perlu mengungkit apa yang sudah lewat.
“Itu di masa lalu. Saya sudah lupa. Sekarang yang terjadi bahwa belum menyumbang. Tidak usah ingat-ingat lagi apa yang sudah lewat,” katanya.
Di lain sisi, Sulaiman Hamzah juga selalu memberi tanpa pamrih sebagaimana diakui oleh Petrus Bala Pattyona.
Pengacara kondang ibu kota ini, mengatakan ketulusan dari wakil rakyat Partai Nasdem ini menempatkan pribadinya sebagai sosok yang tidak mudah di-bully di media sosial.
“Di Lembata itu, apapun yang dilakukan selalu mendapatkan nyinyiran. Apapun yang dilakukan baik memberikan sumbangan di Gereja atau kegiatan sosial lainnya selalu dilihat secara politis,” kata Pattyona.
Pria kelahiran 16 Oktober 1960 menambahkan, meski menjadi anggota DPR RI Dapil Papua, Sulaiman terus berbuat untuk Lembata dan hal itu dilakukan tanpa pamrih.
Seminar dan Launching Buku
Salah satu bukti pengabadian tanpa pamrih dari Sulaiman Hamzah adalah pelaksanaan seminar dan launching buku “Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya”.
Buku yang ditulis Thomas Ataladjar ini tidak sekadar menjadi momen untuk mengenang nostalgia masa lampau, tetapi dilakukan sebagai bahan refleksi terhadap 23 tahun otonomi daerah dan merancang 23 tahun ke depan yang bertepatan dengan Indonesia Emas.
Dalam kegiatan ini, Sulaiman kembali mengingatkan kepada tim pelaksana agar fokus pada seminar dan launching karena menurutnya, kegiatan kali ini berbeda dari apa yang selama ini dilakukan.
Sementara itu, Paulus Doni Ruing mengatakan bahwa persembahan seminar dan launching buku ini bisa disebut menjadi langkah yang sangat strategis.
“Bila Lembata ingin bersaing ke depan, maka yang perlu dipersiapkan adalah SDM yang berkualitas,” tandasnya.
Paulus yang menjadi salah satu pembina dalam acara seminar nasional ini mengatakan bahwa ‘manusia unggul’ sangat dibutuhkan di Lembata.
“Karena itu seminar ini akan sangat strategis; minimal menyadarkan publik bahwa Lembata sangat membutuhkan tenaga berkualitas,” sambungnya.
Pada persepektif ini, Paulus menekankan bahwa seminar ini tentu memiliki lini yang sama dengan rancangan program pendirian Perguruan Tinggi yang sedang digalang oleh Yayasan Koker Niko Beeker.
Menurutnya, inisiatif dari Haji Sulaiman Hamzah akan sangat bermakna ketika dikaitkan dengan aksi konkrit dalam upaya menciptakan SDM berkualitas.
“Dengan SDM berkualitas, maka manusia unggul itu akan menjadi garda terdepan dalam merebut Indonesia Emas yang tinggal 23 tahun ke depan. Dan lebih lagi karena 2023, Lembata memiliki impian punya Perguruan Tinggi,” terangnya.