Maumere, Ekorantt.com – Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun 2021 senilai Rp17 miliar lebih hingga saat ini belum dicairkan dan masih menjadi penantian panjang bagi nakes di Maumere, Kabupaten Sikka.
Hal itu tak menjadi halangan bagi Maria Serianti dan 7 nakes Puskesmas Tanarawa, Desa Tanarawa, Kecamatan Waiblama untuk bertarung nyawa melintasi Bendungan Napun Gete dan Kali Nona Kojan.
Maria dan kawan-kawan melakukan home visit untuk memberi pengobatan kepada OdGJ Markus Mada (49) yang tinggal di seberang bendungan, tepatnya di kampung Enakter, Desa Ilin Medo, Kecamatan Waiblama.
Kepada Ekora NTT Rabu (23/3/2022), Maria Serianti mengisahkan, pada Senin 21 Maret 2022, ia mengajak 7 nakes lainnya yakni Herman Mado, Hilarius Minggus, Novianti, Avriani Vianney Keleng, Agustina Anita, Natalia Merlina, dan Marselinus Min ke rumah OdGJ Markus atau biasa disapa Kus.
Menurut Serianti, Kus selama ini rutin minum obat dan rajin ke Puskesmas Tanarawa, apalagi Kus ini juga menderita asma jadi selalu rutin kontrol di Puskesmas.
“Karena ia sudah tinggal di sebelah Bendungan Napun Gete, tidak ada warga setempat yang berani memberi tumpangan rakit jadi pasien tidak bisa ke Puskesmas Tanarawa,” kata alumni STIK GIA Makassar ini.
Serianti menambahkan, karena sudah 6 bulan tidak bisa mengunjungi Kus ke rumah Enakter lantaran harus melintasi bendungan dan ditambah lagi dengan cuaca yang tidak bersahabat apalagi musim hujan seperti saat ini.
“Jadi kemarin itu saya ajak 7 nakes lainnya untuk bersama-sama berkunjung ke rumah Kus,” terang Serianti.
Dikatakannya, perjalanan ke rumah pasien kampung Enakter sebenarnya dekat kalau menggunakan rakit. Enakter jadi terpisah oleh karena Bendungan Napun Gete.
“Untuk sampai ke seberang kita bisa menggunakan rakit dan hanya menghabiskan waktu 15 menit. Kalau melewati daratan menempuh medan terjal dan Kali Nona Kojan harus diseberangi sehingga bisa sampai di seberang bendungan,” tuturnya.
Ketakutan itu muncul manakala Serianti dan 7 Nakes lainnya memilih jalur daratan yang tak disangka sebelumnya.
“Medan terjal. Ada teman duduk baru jalan karena kalau terpeleset berarti langsung jatuh ke kali,” imbuhnya.
Lebih menakutkan lagi, ujar Serianti, ketika melewati jembatan penyeberangan Kali Nona Kojan yang hanya menggunakan 3 batang bambu sepanjang 7 meter.
“Nyawa jadi taruhan karena di bawahnya air mengalir deras. Jadi saat injak dan melintasi bambu harus ekstra hati-hati. Ini yang membuat keringat dingin,” tuturnya.
Walaupun demikian, Serianti mengakui usaha mereka membuahkan hasil karena bisa bertemu OdGJ Kus dan mamanya.
“Sungguh memprihatinkan. Menempati ukuran rumah 4×6 meter dengan lantai tanah, dinding pelupuh. Atap, seng bekas dan sudah bocor,” ungkap nakes yang sudah bertugas 12 tahun di Puskesmas Tanarawa ini.
Pelayanan kasih dari Serianti dan sesama nakes kepada Orang dengan Gangguan Jiwa (OdGJ) ini sebagai aplikasi motto dari Puskesmas Tanarawa “Kesehatan Anda Kepuasan Kami” dan dalam semangat “Siap Melayani Sepenuh Hati”. *