Perawakannya tegas dan berwibawa. Terselip sisi humoris dalam dirinya. Gaya bicaranya lugas dan serius.
Sesekali dia melempar senyum dan candaan sehingga mengundang tawa dari lawan bicaranya. Itulah sosok Kepala Desa Ili Medo, Damianus Gobang ketika ditemui tim Ekora pada Maret 2017 lalu.
Dibawah rintik hujan, Damianus, tampak semangat mengawasi dan memperhatikan pengerjaan jalan menuju waduk Napun Gete.
Melihat kehadiran kami, dia tersenyum ramah dan mengajak kami berteduh dan shering beberapa hal mengenai waduk Napun Gete yang saat ini sedang dalam proses pembangunan.
Proses pembangunan waduk tentu kita tidak bisa lepas dari peran pria kelahiran Ili Medo 19 Februari 1972 ini.
Mulai dari pembebasan lahan, mengahadapi amukan warga yang tidak setuju akan pembangunan waduk. Hingga berusaha menjadi penengah yang baik dikala persoalan pembangunan waduk semakin memanas.
Hal tersebut diakuinya bahwa peran seorang kepala desa sebagai pemimpin bagi masyarakatnya benar-benar diuji. Terlepas dari protes, semua proses yang tengah berjalan di desa Ili Medo termasuk proses pembangunan, sejalan dengan visi dan misinya yakni terwujudnya masyarakat Ili Medo yang mapan (mandiri pangan, mandiri pendidikan, mandiri kesehatan, mandiri pendapatan dan mandiri kelembagaan).
Menarik untuk disimak, bahwa program kerja di atas tentu tidak hanya omong kosong belaka.
“Kita tidak hanaya omong doang, tetapi bagaimana kita benar-benar memberdayakan masyarakat sesuai dengan program-program tersebut. Dan sudah ada hasil dari program yang saya canangkan”. Ungkapnya bangga.
Program-program kebanggaan saya antara lain, Gerakan Wajib Tanam (Gawat), Gerakan Wajib Sekolah (Gesek) dan Gerakan Mencintai Kesehatan (Gemas).
Damianus yang telah mejabat sebagai kepala desa dua periode ini menjelaskan, mandiri pangan berkaitan dengan makanan sehari-hari, yakni ubi dan pisang yang pasti ditanam di kebun masing-masing.
“Kita tanam lalu kita kelola. Mungkin bisa dijadikan keripik atau makanan ringan lainnya untuk kita jual. Hitung-hitung bisa dapat uang sedikit-sedikit,” tuturnya.
“Kalau memang kita tidak bisa olah, ya kita tinggal rebus dan makan supaya kita tidak lapar. Nanti kalau sudah ada waduk, kegiatan menanam akan terakomodir dengan baik lagi,” tambahnya.
Damianus melanjutkan bahwa beliau sudah mencanangkan program Gawat atau gerakan wajib tanam bagi masyarakat Ili Medo khususya anak muda. Bukan hanya ubi pisang saja yang ditanam, tetapi juga bisa pohon dan tanaman yang berguna. Hal itu diakuinya berhasil.
Selain program mandiri pangan diatas, ada juga program pendidikan. Hal tersebut terbukti dengan sebuah program yang di kenal dengan Gesek atau gerakan bersekolah.
Dalam program Gesek ini, orang tua wajib menabung untuk anak-anaknya di desa.
“Saya tidak mewajibkan menabung berapa. Semua tergantung kemampuan. Yang penting anak harus sekolah, tidak boleh tidak.”
Menurut suami dari Agustina Florida ini, sejak dia memimpin desa Ili Medo, program Gesek ini sudah menghasilkan tujuh lulusan sarjana, 15 masih di perguruan tinggi, 30 di bangku SMA dan 50 di tingkat SMP.
Sedangkan untuk program Gemas memang harus dicanangkan, agar masyarakat sadar bahwa kesehatan itu penting. Gerakan ini juga mengajak masyarakat untuk proaktif omong tentang kesehatan serta peka jika ada masyarakat yang sakit dan membutuhkan pertolongan.
Damianus mengaku sering mendapat reward dari Puskesmas setempat karena program gemasnya ini berhasil.
Salut Pak Kades untuk program kerja yang telak mendarat bagi warga desa Ili Medo.
Kontributor: Mia Margaret