Danlanal Maumere Minta Prajurit Jaga Netralitas Songsong Pemilu 2024

0

Maumere, Ekorantt.com – Komandan Lanal (Danlanal) Maumere, Kolonel Laut (P) Ady Dharmawan meminta seluruh Prajurit Lanal Maumere untuk menjaga netralitas menyongsong pemilihan umum (Pemilu) tahun 2024 mendatang.

“Pemilu tinggal satu tahun lagi, saya minta seluruh prajurit Lanal Maumere untuk bersikap netral pada saat menjelang dan waktu pelaksanaan Pemilu kali ini,” ujarnya saat acara Coffee Morning bersama awak media di Mako Lanal Maumere, Kamis, 23 Februari 2023.

Prajurit Lanal Maumere, kata dia, mesti berlaku netral terhadap semua calon dan pasangan calon (Paslon) yang maju dalam Pemilu nanti. Tidak boleh memihak pada calon-calon tertentu.

“Saya berharap kepada rekan-rekan media jika ada Prajurit Lanal Maumere yang sengaja atau tidak sengaja mendekati pasangan calon (Paslon) dalam pelaksanaan kampanye mohon dikonfirmasi ke saya,” tegas Danlanal Ady.

Danlanal Ady sengaja mengumpulkan wartawan dalam acara Coffee Morning demi membangun keakraban antara Lanal Maumere dan awak media di Kabupaten Sikka.

“Media menjadi kunci utama dalam ciptaan opini masyarakat, sedikit pemberitaan jelek akan tersorot. Saya harapkan rekan-rekan media jujur dan menjunjung tinggi kode etik jurnalistik,” ucapnya.

Dukungan media, kata Danlanal Ady, sangat penting bagi Lanal Maumere. Karena itu, ia berharap sinergitas antara Lanal Maumere dan rekan-rekan media dapat terjalin apik.

“Terima kasih kepada rekan-rekan media dan saya mengapresiasi sekali, saya berharap akan terus beritakan kegiatan-kegiatan Lanal,” kata Danlanal Ary.

Pemimpin Redaksi Lenterapos.com, Vianey Tinton mengucapkan terima kasih kepada Danlanal Maumere beserta staf karena telah mengundang wartawan yang bertugas di Kabupaten Sikka dalam kegiatan Coffee Morning ini.

“Kami berharap sama dengan Bapak Danlanal, semoga sinergitas kita dapat terus terjalin dengan baik,” tutur Tinton.

Pintu Air Cabang Kefamenanu Budayakan Komunikasi yang Baik dan Kerja Sama Tim

Kefamenanu, Ekorantt.com – Maria Victoria Abi, Ketua Pengurus KSP Kopdit Pintu Air Cabang Kefamenanu mengatakan, pihaknya membudayakan proses komunikasi yang baik dan kerja sama.

Hal tersebut, kata Maria, dijadikan sebagai salah satu keutamaan yang wajib jadi budaya kerja dalam keseluruhan proses mengelola Kopdit Pintu Air Cabang Kefamenanu.

Menurutnya komunikasi dan kerja sama tim sesungguhnya jadi pelecut untuk membangun kekuatan yang solid di antara sesama pegawai demi pelayanan yang optimal kepada anggota.

“Sangat penting membangun komunikasi dan kerja sama tim yang baik. Itu yang senantiasa saya tekankan dalam tim kerja kami di Cabang Kefa,” ujar Tori, sapaan dari Maria Victoria Abi pada Kamis, 23 Februari 2023.

Tori memaparkan salah satu agenda yang dikerjakan rutin adalah penagihan tim yang dibentuk dalam kelompok untuk bergerak cepat selama kurang lebih seminggu. Target yang ditentukan untuk setiap tim dalam sehari adalah 1% dari total pinjaman yang ada.

Tori juga mengatakan, saat ini di Cabang Kefamenanu ada 15 kelompok titik kumpul yang terus menjadi perhatian tim kerjanya.

Ia juga lebih jauh mengemukakan untuk layanan jemput bola (jempola) saat ini di Cabang Kefamenanu baru ada dua kelompok.

“Untuk layanan jempola kami masih terus lakukan sosialisasi. Jempola ini lebih difokuskan pada mereka yang punya usaha sehingga bisa ada pemasukan setiap hari maka otomatis pengembaliannya juga tidak susah,” kata Tori.

Ketua Pengurus KSP Kopdit Pintu Air Rotat Indonesia, Yakobus Jano menegaskan untuk model pelayanan yang berkualitas memang butuh komunikasi dan tim kerja yang solid.

Ia pun mendorong semua cabang dan cabang pembantu KSP Kopdit Pintu Air se-Indonesia untuk senantiasa memperhatikan budaya kerja ini.

Untuk diketahui saat ini anggota di Cabang Kefamenanu berdasarkan data Januari 2023 ada 10.910 orang. Usaha anggota pun bervariasi mulai dari ternak ayam, ternak babi, usaha kios sembako, dan lainnya.

Pintu Air Cabang Kupang Adakan Pertemuan Bulanan untuk Motivasi Anggota

Kupang, Ekorantt.com – Komite dan Managemen KSP Kopdit Pintu Air Cabang Kupang melakukan pertemuan bulanan secara rutin oleh untuk menghidupkan kembali motivasi anggota yang mulai berangsur-angsur redup.

Hal ini diperangruhi oleh minimya informasi dari lembaga dan lemahnya ekonomi anggota yang bersangkutan. Dalam pertemuan, ada banyak hal yang disampaikan kepada anggota dan sebaliknya anggota men-share pengalaman mereka kepada manajemen.

Wakil Ketua Komite KSP Kopdit Pintu Air Cabang Kupang, Aloysius Kami pada Senin (22/2/2023) mengatakan, pertemuan itu sendiri berlangsung di rumah Yohanes Bria, di mana turut turut menghadiri, Manager Pintu Air Cabang Kupang, Bernadus Novianto serta staf managemen.

Di hadapan peserta pertemuan bulanan kelompok Penfui yang berjumlah 187 orang, Wakil Ketua Komite menuturkan bahwa pertemuan bulanan merupakan forum yang sangat penting bagi semua anggota untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pengelolaan KSP Kopdit Pintu Air.

”Melalui pertemuan bulanan menajemen akan mengumumkan kepada anggota tentang capaian kinerja keuangan dan pelayanan berbagai produk unggulan yang manjadi kepada anggota,” tutur Aloysius sembari manambahkan, dari forum pertemuan itu, pihaknya juga mendengarkan catatan sebagai masukan yang dapat diperbaiki.

Agenda penting dari pertemuan rapat bulanan meliputi; penyampaian perkembangan kinerja keuangan yang meliputi, jumlah aset, jumlah simpanan pokok dan wajib, jumlah kredit beredar serta kredit lalai.

“Inilah hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang mesti diketahui anggota, karena anggota adalah sebagai pemilik. Sedangkan Komite dan managemen hanyalah sebagai pengelola atau pelayan,” ujar Aloysius.

Adapun target lain yang ingin dicapai dari pihak managemen adalah ingin menghidupkan kembali anggota yang pasif alias tidak aktif lagi.

Disampaikannya, pada saat awal pembentukan kelompok Penfui tahun 2011, jumlah anggota mencapai 400 orang hingga sekarang yang masih aktif tinggal 187 orang.

Selain itu, juga mengamati tunggakan pinjaman anggota yang cukup besar. Sehingga melalui pertemuan itu secara perlahan manajemen mengingatkan anggota yang oleh karena berbagai kesulitan sedang mengalami tunggakan atas pinjamannya supaya sedikit demi sedikit mulai melaksanakan kewajibannya.

Aloysius menambahkan, tidak kalah pentingnya adalah menyampaikan kepada anggota akan beberapa produk dari sektor riil Pintu Air seperti, minyak kelapa, garam , sabun  dan air mineral kemasan  Rotat serta Pertashop yang menjual BBM. Ini semua merupakan produk sekto riil yang harus diketahui anggota.

Menjawab Ekora NTT tentang bagaimana tanggapan peserta rapat, Aloysius mengungkapkan bahwa mereka sangat senang karena bukan saja informasi dari Kopdit Pintu Air diketahui anggota, tetapi pihak manajemen juga mendengarkan apa kendala dana tau kesulitan yang dihadapi anggota.

Empat Titik Rawan Kecelakaan Jalur Maurole-Kotabaru

0

Ende, Ekorantt.com – Sedikitnya terdapat empat titik rawan kecelakaan di jalur jalan Maurole-Kotabaru, Kabupaten Ende, NTT.

Ruas jalan provinsi itu mengalami kerusakan serius akibat bencana yang disebabkan intesitas curah hujan.

Daerah yang rawan kecelakaan itu, meliputi wilayah Desa Tou sebanyak dua titik. Drainase jebol dan tembok penahan tanah runtuh menutup sebagian bahu jalan.

Selanjutnya, kampung Tanaria di Desa Lobiniki terdapat satu titik bencana akibat banjir. Pengendara harus menerobos arus air kali saat melintas.

Satu titik paling rawan kecelakaan ialah daerah Maujawa, Desa Nuanaga. Abrasi menghantam badan jalan kurang lebih 200 meter hingga rusak berat.

“Kita minta pak gubernur datang pantau langsung di sini. Supaya bisa lihat kondisi yang terjadi dan bisa memperbaikinya,” ujar Frans Pati Pongo, Rabu (22/2/2023).

Ia berharap pihak terkait baik Pemkab Ende, DPRD dan Pemrov NTT saling berkoordinasi untuk memperbaiki kerusakan jalan trans utara di wilayah Ende.

“Jalur utara sudah cukup rawan, sehingga disarankan secepatnya diintervensi,” ucap dia.

Untuk diketahui, tahun 2022, Pemprov NTT mengalokasikan anggaran Rp55 miliar untuk memperbaiki akses jalur utara Flores. Namun, anggaran sebesar itu belum tuntas menyelesaikan kerusakan jalan.

TNI Bedah Rumah Tidak Layak Huni di Nagekeo

0

Mbay, Ekorantt.com – Komando Distrik Militer (Kodim) 1625 Ngada, NTT, melaksanakan bedah rumah tidak layak huni (RTLH) milik warga kurang mampu di Desa Marapokot, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo.

Dandim Ngada Letkol Czi Deni Wahyu Setiawan menerangkan rehabilitasi RTLH merupakan program inisiasi Pangdam IX /Udayana sebagai wujud kepedulian TNI AD kepada masyarakat.

“Sasaran ialah keluarga yang memang membutuhkan,” tegas Deni Wahyu di Mbay, Rabu (22/2/2023).

Penegasan tersebut disampaikan Dandim saat meninjau progres rehabilitasi rumah di RT 05, Desa Marapokot bersama Bupati Nagekeo Johannes Don Bosco Do.

Dandim menegaskan program tersebut akan terus dilakukan ke depan dengan berkolaborasi TNI-pemerintah daerah sebagai upaya untuk mempercepat mengurangi kemiskinan ekstrem di wilayah itu.

“Selain itu ada stunting yang mungkin dipengaruhi oleh kesehatan rumah. Dengan adanya kegiatan rehabilitasi RTLH pola hidup akan berubah sebab kesehatan rumah akan mempengaruhi kesehatan tubuh kita sendiri,” katanya.

Bupati Nagekeo Johanes Don Boco Do menyampaikan terima kasih kepada TNI yang sudah menginisiasi bantuan nyata, rehabilitasi rumah tidak layak huni di Kabupaten Nagekeo.

Upaya tersebut ditargetkan Pemkab Nagekeo melalui RPJMD 2018-2023 dengan target pembangunan rumah layak huni sebanyak 10.000 unit.

“Kita masih punya 21 ribu lebih KK yang memiliki rumah tidak layak huni. Belum sampai enam ribu KK yang rumahnya kita perbaiki. Target kita dalam lima tahun ini sebetulnya ada 10 ribu rumah yang mesti kita kerja,” terang Bupati Don.

“Saya bersyukur, Pangdam melalui Dandim telah memilih Kabupaten Nagekeo sebagai penerima bantuan ini,” kata dia.

Ia menjelaskan program rehabilitasi RTLH bertujuan agar para penerima bantuan menempati rumah layak huni dan terhuni. Sebab, saat ini masih banyak ditemui dalam satu rumah dihuni lebih dari satu keluarga.

Kondisi ini perlu didata secara tepat dengan sumber data yang satu dan benar sehingga dapat bersinergi dengan program Pangadam IX /Udayana.

“Ini yang harus didata dan mereka dibantu untuk bisa keluar dan bisa miliki rumah yang layak dan lebih baik, apalagi yang miskin ekstrem. Ini kita bisa padu-padankan dengan programnya Pangdam,” tandas Bupati Don.

Polisi Tetapkan Dua Tersangka Kasus Pungli di Disdukcapil Manggarai

0

Ruteng, Ekorantt.com – Polres Manggarai telah menetapkan dua tersangka dalam kasus dugaan pungutan liar (Pungli) di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Manggarai.

Kapolres Manggarai, AKBP Yoce Marten mengatakan, dua tersangka itu yakni seorang ASN berinisial DR dan calo berinisial AJ.

“Tersangka dari PNS untuk sementara satu orang untuk saudara DR. Tapi sebagaimana yang saya sampaikan di awal, untuk tersangka ini kami sebutkan dengan kawan-kawan, berarti ada tersangka-tersangka lainnya,” tuturnya kepada wartawan di Ruteng, Rabu, 22 Februari 2023.

AKBP Yoce mengatakan bahwa pihaknya menetapkan tersangka setelah membuat laporan polisi, lalu meningkatkan status kasus itu dari penyelidikan menjadi penyidikan.

Selanjutnya, kata AKBP Yoce, pihaknya melengkapi berkas untuk dikirim ke Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Manggarai.

Ia bilang, tersangka terancam dihukum enam tahun penjara.

“Unsur pasal kita masih gunakan sebagaimana LP awal, yaitu UU tentang Administrasi Kependudukan di-junto-kan dengan perbuatan penyertaan yaitu pasal 55 KUHP dan perbuatan yang berlanjut, yaitu pasal 64 KUHP,” terangnya.

“Untuk masalah ditahan, nanti kita lihat sikon. Karena kemarin masih semua status pemeriksaan sebagai saksi nanti ini kita akan panggil kembali dalam status tersangkanya,” tambahnya.

Sebelumnya, DR bersama AJ terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) saat hendak melakukan transaksi dalam pengurusan dokumen di halaman Kantor Disdukcapil Manggarai yang beralamat di Jalan Ade Irma, Ruteng.

Dalam kasus ini, korbannya adalah Sandrianus Supardi dan Baldianus Farman. Mereka telah melakukan perekaman e-KTP sejak Januari lalu. Namun, menurut pengakuan petugas, pihak dinas telah kehabisan blangko.

Keduanya pun diarahkan oleh seseorang untuk menghubungi AJ, terduga pelaku calo. Akan tetapi, AJ mengaku telah kehabisan blangko.

AJ kemudian berupaya lewat “pintu belakang” asalkan kedua korban rela membayar Rp100 ribu per KTP. Jika dikalkulasikan, keduanya harus membayar Rp200 ribu.

Tapi, sebelum kedua korban menyerahkan uang, mereka berdebat dengan AJ, mempermasalahkan pengurusan KTP yang lama dan harus menelan biaya, apalagi biayanya diserahkan ke staf di dinas.

Tak lama kemudian, polisi datang setelah mendapat laporan warga. Polisi langsung menangkap AJ dan mengecek jejak komunikasinya, lalu arahkan ke ruangan Kantor Disdukcapil untuk menanyakan oknum pegawai yang berhubungan dengan AJ.

Kemudian, DR dan AJ digelandang ke Polres Manggarai untuk dimintai keterangan lebih lanjut. Keduanya telah diperiksa polisi, hingga ditetapkan sebagai tersangka.

Tenun Ikat Flores: Antara Tradisi dan Tuntutan Ekonomi

0

Maumere, Ekorantt.com – Magdalena Kartini (48) menyandarkan alat tenunnya di dinding bangunan mungil itu. Ia kemudian duduk di atas bale-bale sambil menenggak segelas air putih.

Kartini baru saja istirahat setelah menenun seharian penuh di rumah produksi sanggar Tati Nahing pada awal Februari 2023 lalu. Ia meregangkan otot agar badan kembali segar bugar.

“Mau bagaimana lagi, hidup saya itu dari tenun,” kata Kartini membuka pembicaraan.

Kartini terlahir dari keluarga penenun. Mendiang ayah mendirikan sanggar tenun bernama Bliran Sina di Watublapi, yang sekarang dikelola oleh kakak kandungnya, Yoseph Gervasius. Sementara sang ibu mewarisinya ilmu menenun.

Ia sudah belajar menenun sejak kecil, tepatnya saat masih mengenyam pendidikan SMP. Tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Kartini malah memilih untuk fokus belajar menenun.

“Hasil tenun pertama yang saya buat itu satu selendang kecil. Waktu itu ada tamu yang kunjung dan hari itu tamu beli saya punya kain,” kata Kartini mengenang kejadian puluhan tahun lalu.

Setelah meninggalkan kampung halaman untuk mengikuti suami, Kartini tetap setia menenun. Ia pun merintis sanggar tenun Tati Nahing di Desa Lepolima, Kecamatan Nelle, Kabupaten Sikka pada tahun 2014.

Anggota sanggar Tati Nahing berjumlah 12 orang, yang terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak muda. Tidak semua anggota sanggar bisa menenun. Karena itu, dilakukan pembagian tugas untuk masing-masing anggota.

“Ada yang bagian pewarnaan, kemudian ikat benang. Ada yang khusus untuk menenun, goan (rentang benang), dan wolot (gulung kapas),” kata Kartini.

Sanggar Tati Nahing, tutur Kartini, masih mempertahankan pewarnaan alami dalam aktivitas menenun. Bahkan, untuk pesanan tertentu, mereka masih menggunakan bahan-bahan baku dari alam.

Tidak heran, areal di sekitar bangunan sanggar ditanami pohon mengkudu, pohon raja, tanaman tarum, dan tanaman lain yang nantinya digunakan untuk pewarna alam. Nantinya pohon dan tanaman-tanaman ini diolah untuk menghasilkan warna-warna dalam tenun ikat.

Tati Nahing sendiri bermakna perjuangan hidup yang dikerjakan dalam kebersamaan. Demikian pun menenun, mesti dirawat secara bersama-sama. Kecintaan pada warisan tenun ikat memunculkan elan dalam diri Kartini untuk merawat tenun sampai kapan pun.

Aktivitas menenun di sanggar Tati Nahing (Foto: Dok. Tati Nahing)

Masalah Regenerasi Penenun

Namun Kartini tak menafikan bahwa tradisi menenun kian terancam bila tak ada yang melanjutkannya. Bagaimana tidak, kata Kartini, semakin hari semakin berkurang generasi muda yang berminat untuk menenun.

Kartini ingat betul pepatah dalam bahasa Sikka yang mengatakan du’a deri jata kapa, jata kiok manu koko yang secara harafiah berarti ibu memintal benang saat ayam berkokok.

Pepatah ini menggambarkan gaya hidup ibu-ibu zaman dulu, yang sejak dini hari sudah beraktivitas, khususnya menenun, sembari menyiapkan sarapan pagi untuk suami dan anak-anak.

Sekarang, rata-rata penenun berumur 40 tahun ke atas. Anak-anak muda jarang memilih jalan hidup sebagai penenun. Kartini khawatir bila warisan menenun akan punah bila tidak dijaga dengan baik.

“Siapa yang mau tenun? Paling seumuran kami yang bisa tenun. Tapi untuk anak-anak yang ke depan lagi tidak ada lagi,” kata Kartini.

Itulah kenapa Sanggar Tati Nahing memiliki komposisi anggota anak-anak muda. Mereka diharapkan bisa merawat tradisi menenun ke depan.

“Saya juga minta mama-mama di sini untuk ajak anak untuk menenun mulai dari rumah. Pendidikan dari rumah dulu baru kita keluar.”

Pengelola Sanggar Bliran Sina, Yosef Gervasius melakukan hal yang sama dengan mendorong generasi-generasi muda agar mau menenun. Usaha pertama yang dilakukan adalah dengan memperkenalkan tenun dan cara menenun.

“Kami di sini mencoba melatih anak-anak muda untuk menenun. Kalau tenun ditinggalkan, maka tidak ada lagi generasi-generasi penenun yang akan datang,” ujar Yosef.

Sanggar yang memiliki anggota 30-an orang ini mencoba bernegosiasi dengan sekolah-sekolah formal untuk memasukkan program belajar tenun ke dalam pelajaran muatan lokal. Ini dilakukan agar regenerasi penenun berjalan.

Menjadi seorang penenun, kata Yosef, harus punya kemauan dalam diri sendiri, butuh kesabaran, dan tekun dalam mengerjakannya. Dengan begitu, seseorang akan terpacu untuk mengerjakan tenun.

“Jadi kalau dasarnya saja tidak tahu, tidak punya kemauan untuk bekerja maka percuma, tidak akan bisa menjadi seorang penenun,” kata Yosef.

Penenun muda di Sanggar Bliran Sina, Antonia Arifin (37) mengaku belajar menenun bukan perkara enteng, seperti membalikkan telapak tangan. Dan itu yang tidak ada dalam diri anak muda sekarang.

Banyak anak muda yang mengenakan tenunan, kata Antonia, tetapi tidak mengetahui proses pembuatannya atau cara menenunnya.

“Siapa yang jaga dan pertahankan kalau bukan kita, maka dari itu kita harus tetap mempertahankan warisan kita sendiri dan itu akan terjadi secara turun-temurun supaya tidak hilang dan tetap ada,” ungkapnya.

Dionisius Kartino Pratama, anggota sanggar Tati Nahing sedang membereskan benang yang baru dicelup (Foto: Dok. Tati Nahing)

Upaya Merawat Tradisi Menenun

Sekretaris Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Sikka, Even Edomeko mengakui adanya kecenderungan menurunnya jumlah penenun. Penenun hanya menjadi pekerjaan orang-orang tua di kampung.

Baginya, upaya pelestarian tenun bukan hanya menjadi tugas Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, tetapi semua pihak mesti terlibat. Dibutuhkan kerja sama untuk menggairahkan dan menumbuhkan semangat generasi muda untuk mencintai tradisi menenun.

Upaya pertama yang dilakukan, jelas Even, yakni dengan memasukkan mata pelajaran menenun ke dalam kurikulum sekolah. Beberapa sekolah telah menerapkan hal itu.

“Sudah ada sekolah yang menjalankan misalnya di SMP PGRI Egon Waigete, yang sudah ada program pendidikan menenun dan itu berjalan bagus,” kata Even dan menambahkan bahwa pengalaman di SMP PGRI Egon Waigete seharusnya menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain.

Even mengatakan, peran sanggar-sanggar budaya sangat penting dalam upaya melestarikan tenun. Melalui sanggar-sanggar itu, anak muda bisa belajar dan merawat tenun yang sudah diwariskan nenek moyang.

“Jangan hanya mama-mama yang menenun, tetapi orang muda juga harus menenun. Bahkan, kami senang sekali anak-anak SD juga belajar menenun, itu dilihat di beberapa sanggar mereka sudah mulai,” katanya.

Tidak Menjanjikan Secara Ekonomi

Salah satu alasan menenun mulai ditinggalkan, kata Even, adalah pilihan pekerjaan generasi muda yang semakin bervariasi. Menenun dianggap tidak menjanjikan secara ekonomi.

“Faktanya, usia dari para penenun itu 40 tahun ke atas, 40 tahun ke bawah tidak ada karena generasi muda lebih suka jadi pekerja milenial karena tenun sarung itu dianggap sebagai pekerjaan sampingan para perempuan desa yang nganggur,” kata Even.

Namun bila berkaca pada apa yang dialami oleh Kartini di Sanggar Tati Nahing, tradisi menenun rupanya mampu menopang ekonomi rumah tangga. Hal itu bisa terwujud bila penenun memiliki kemampuan untuk memanajemeni keuangan.

“Kami penenun hanya tahu tenun. Kami juga harus belajar atur keuangan. Jangan sampai kita tenun lalu tidak dapat apa-apa,” kata Kartini.

Kartini menerapkan manajemen keuangan yang ketat dalam aktivitas menenun. Minimal, kata Kartini, seorang penenun memiliki gambaran tentang pengeluaran dan pendapatan yang didapatkan dari menenun.

Kartini mengatakan, seorang penenun harus memiliki perhitungan ekonomis, mulai dari biaya produksi hingga harga penjualan kain tenun ikat. Sehingga tenun tidak sekadar warisan, tapi juga menguntungkan secara ekonomi.

“Kalau kami hitung, biaya produksi kami Rp500 ribu per lembar kain tenun. Itu kita hitung sampai hal yang kecil. Kita hitung juga air yang diminum. Dari situ, baru kita tentukan harga jualnya, supaya kita juga untung,” kata Kartini.

Kartini bersyukur karena Sanggar Tati Nahing juga bekerja sama dengan Pendopo, sebuah merek usaha Kawan Lama Group yang menjadi rumah bagi para UMKM lokal yang berbasis di Jakarta. Para anggota sanggar mendapat pendampingan yang intensif dari Pendopo.

Direktur Utama Pendopo, Tasya Widya Krisnadi mengatakan bahwa usaha pendampingan telah menjangkau lebih dari 90 penenun dari empat kelompok tenun di Kabupaten Sikka. Pendampingan itu telah menghasilkan produk tenun ikat yang dipasarkan lewat Pendopo.

Hasilnya, perekonomian para penenun meningkat hingga 122 persen. Di sisi lain, pihaknya telah menerbitkan sebuah modul berisi panduan standardisasi tenun dan bahan pembelajaran bagi penenun baru.

Diakui Tasya, tenun ikat Sikka merupakan kekayaan budaya yang memendar nilai estetika dan filosofis yang tak ternilai. Wajar saja Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual menerbitkan tenun ikat Sikka sebagai indikasi geografis.

Pendopo, kata Tasya, memiliki tiga fokus utama yakni pengembangan produk, kolaborasi dengan para pengrajin, pemerintah, maupun desainer lokal, lalu memperkenalkannya kepada publik.

“Salah satu wujudnya adalah program pendampingan dan pelatihan di Sikka yang kami lakukan,” kata Tasya.

Adapun materi pendampingan, jelas Tasya, mencakup pelatihan SDM (termasuk regenerasi penenun), penyusunan laporan keuangan, manajemen produksi dan penerimaan pesanan, hingga pembuatan demplot (metode penyuluhan) pewarnaan alam.

Lebih jauh, Pendopo memberikan workshop ekonomi kreatif untuk menggali potensi, menghadirkan inovasi, dan mengeksplorasi produk turunan dari tenun ikat Sikka sesuai dengan selera masa kini.

Langkah yang sama dilakukan Dekranasda NTT dengan terus melakukan upaya pelestarian tenun NTT. Sejauh ini, sekitar 737 motif tenun asal NTT didaftarkan dalam indikasi geografis. Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat mengatakan, pendaftaran indikasi geografis bertujuan untuk melindungi motif kain tenun NTT dari klaim pihak lain.

Dekranasda NTT pun telah merajut kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan lewat program kewirausahaan khusus untuk tenun. Sekitar 1.000 anak putus sekolah di NTT mengikuti program ini.

“Mereka nantinya akan menjadi wirausaha. Mereka sudah bisa mencari uang dari menenun,” ujar Julie Laiskodat.

Layanan dan Pendampingan Perbankan

Selain pelayanan keuangan biasa, Bank NTT memiliki program khusus yakni membentuk desa binaan di kabupaten/kota di NTT. Program ini bermaksud untuk menggali potensi daerah yang selanjutnya dikelola demi kesejahteraan masyarakat.

Dirut Bank NTT, Harry Alexander Riwu menjelaskan bahwa program desa binaan membantu kelompok masyarakat yang ada di desa untuk mengembangkan potensi secara kreatif. Dengan begitu, ekonomi bertumbuh di desa.

Sejalan dengan itu, Sekundus Wolfhadus Olga selaku Sepervisor Dana Bank NTT Cabang Maumere, bilang bahwa melalui program desa binaan,  Bank NTT ikut mendampingi masyarakat pedesaan, termasuk ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok penenun. Pendampingan dilakukan, baik pelatihan maupun akses permodalan.

Sugito Akses Pinjaman Pintu Air untuk Beternak Ayam Petelur

Surabaya, Ekorantt.com – Sugito, anggota kesatuan Marinir yang sekarang berdinas di Batalion Arhanud 2 Marinir Karang Pilang Surabaya telah bergabung menjadi anggota Kopdit Pintu Air beberapa waktu lalu.

Ia memiliki usaha produktif berupa usaha beternak ayam petelur. Untuk menambah modal usaha, Sugito mengakses dana pinjaman dari Kopdit Pintu Air.

“Saya sampaikan terima kasih banyak kepada manajemen Kopdit Pintu Air yang telah menerima saya menjadi anggota. Dan terima kasih juga karena saya diberikan kepercayaan untuk meminjam dana guna menjadi modal untuk beternak ayam petelur, “ ujar suami dari Silvia Mendonza kepada Ekora NTT, Rabu, 22 Februari 2023.

Sudah sejak lama Sugito bercita-cita untuk membuka usaha beternak ayam petelur. Mulanya, ia memelihara ayam petelur dalam skala kecil.

“Kita pelihara kecil-kecilan sekaligus buat belajar,” kata Sugito.

Merasa punya pengalaman yang cukup, Sugito memberanikan diri untuk meminjam dana di Kopdit Pintu Air. Ia meminjam uang sebesar Rp15 juta rupiah.

Dana pinjaman itu digunakan untuk membeli bibit ayam petelur. Sementara bangunan dan pakan menggunakan modal sendiri.

Sugito merasa sangat senang karena setiap hari ia dapat memanen rata-rata 12 kilogram telur ayam segar. Dan yang lebih menguntungkan adalah terbukanya rantai pasar bersama pengepul yang setiap hari datang mengambil pesanan telur ayam.

“Dengan rantai pasar yang ada saya telah dapat memberi manfaat bagi orang lain juga,” ujarnya.

Sementara itu Ketua Pengurus KSP Kopdit Pintu Air, Yakobus Jano mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh seorang anggota marinir aktif itu patut diacungkan jempol. Bahkan Sugito, menurut Jano, patut menjadi role model bagi banyak orang.

Betapa tidak, menurut Jano, banyak orang tidak memanfaatkan waktu luang dengan baik. Waktu luang digunakan dengan hal-hal yang tidak berguna alias tidak produktif.

“Saya apresiasi terhadap keputusan yang dipilih oleh Bapak Sugito. Dia pantas menjadi contoh bagi banyak orang yang waktu luangnya dibiarkan berlalu tanpa arti,” tutup Jano.

JPIC Ruteng Ingatkan Pemerintah dengan Melakukan Aksi Pungut Sampah

0

Ruteng, Ekorantt.com – JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) Keuskupan Ruteng melakukan bakti sosial dengan memungut sampah di Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Selasa (21/2/2023).

Ketua JPIC Keuskupan Ruteng, RD Marten Jenarut menyebutkan, pihaknya menggandeng lembaga Caritas dan mahasiswa Stipas Santo Sirilus menjalankan aksi pungut sampah dengan misi mengingatkan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai untuk menemukan tata kelola sampah yang efektif.

Selain itu, kata RD Marten, aksi memungut sampah tersebut untuk membangun kesadaran masyarakat agar peduli sampah dan kebersihan lingkungan.

“Sekarang ini produksi sampah di Kota Ruteng makin hari makin banyak dan nyaris melampaui daya dukung lingkungan,” kata pastor yang juga berprofesi sebagai lawyer itu.

Ia berpendapat, sampah tidak hanya menjadi masalah lingkungan, tetapi berpotensi terjadinya masalah sosial. Pembuangan sampah sembarangan juga memicu konflik horisontal.

RD Marten bilang, selain itu, bakti sosial juga merupakan kegiatan untuk mengambil bagian dalam Hari Peduli Sampah Nasional yang dirayakan setiap tanggal 21 Februari.

“Kegiatan bakti sosial pembersihan sampah ini mulai di depan Gereja Katedral lama menuju Pasar Puni. Kemudian dilanjutkan depan Toko Sari Agung menuju Telkom. Lalu, samping Kantor DPR menuju belakang SMAK Setia Bakti. Kemudian lanjut lagi dari Katedral lama menuju Kantor Dispenda dan menuju Rumah Wunut sampai depan SMPK Imaculata,” sebutnya.

Senada juga disampaikan Soteris Seperuri Tanggul, salah seorang mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan itu.

Sejauh pengamatan Soteris, masih banyak sampah yang berserakan di Kota Ruteng. Artinya, kesadaran masyarakat akan kebersihan belum terlihat.

“Terutama di got-got terlihat kumuh dan sangat memprihatinkan. Kami melihat banyak sekali sampah plastik,” tuturnya.

“Aksi ini nanti akan dilakukan bukan hanya pada saat memperingati Hari Peduli Sampah Nasional, tetap kegiatan yang sama nanti bisa dilakukan pada hari Sabtu, misalnya,” pungkasnya.

NTT Berpotensi Kehilangan Rp3 Miliar dari Sektor Kelautan dan Perikanan

0

Kupang, Ekorantt.com – Pemerintah Provinsi NTT berpotensi kehilangan pendapatan dari sektor kelautan dan perikanan sebesar Rp3 miliar di tahun 2023.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT, Stefania T Boro menuturkan kehilangan pendapatan disebabkan ketidakselarasan peraturan pada objek pungutan.

Peraturan Gubernur (Pergub) 54 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas Tarif Izin Usaha Perikanan dinyatakan tidak selaras pasca adanya UU Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Ia menjelaskan objek-objek pungutan bukan lagi menjadi kewenangan pemerintah provinsi seperti surat izin kapal penangkapan ikan, surat izin kapal pengangkut ikan, surat izin kapal penangkapan ikan dan cek fisik kapal.

“Berdasarkan objek perikanan tangkap kita tidak boleh pungut lagi berdasarkan Pergub 54,” kata Stefania di Kupang, Selasa.

Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapenperda) DPRD NTT, Emanuel Kolfidus mengatakan kondisi ini harus segera disikapi pemerintah provinsi dengan DPRD melalui Bapenperda.

“Secepatnya kita akan membahas rencana membuat peraturan daerah baru,” ujar Eman.

Menurut Eman, peraturan daerah baru yang akan dibuat nantinya tidak bertentangan dengan UU Nomor 1 Tahun 2022.